Abang

349 51 3
                                    

"Adeline." Ucap seorang pria dengan jas hitam di tangannya, menegur seorang gadis yang tengah membuka pintu gerbang kosnya.

Suara yang terdengar seketika membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya, ia sangat mengenal siapa pemilik suara ini. Suara berat dan serak yang selalu ia kagumi, dahulu kala. Untuk sekarang, tidak lagi, mungkin?

"Adeline, tolong berhenti. Aku butuh penjelasan." Ucap pria itu lagi, menahan lengan gadis itu yang tengah tergesa-gesa masuk ke dalam gerbang.

"Penjelasan apa lagi yang kamu butuhin? Kita udah selesai, kan?" Ucap Ah Ra dengan tegas, kedua bola matanya menatap pria tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan. Rahang pria itu mengeras, tak suka dengan balasan dari Ah Ra.

"Kita belum selesai, Adeline. Kamu, yang menganggap ini semua selesai. Aku nggak pernah dan nggak akan mau." Pria itu menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tak mau kehilangan gadis di hadapannya.

"Terserah, aku anggap kita udah selesai. Jadi jangan pernah temui aku lagi dan berhenti untuk memanggil aku dengan nama Adeline. Nama ku bukan Adeline!" Tegas gadis itu dan mendorong gerbang besi untuk menutupnya, namun lengannya kembali ditahan oleh pria itu.

Dengan satu tarikan yang kencang, Taeyong menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Pelukan yang sangat ia rindukan. Mengusap bahu gadis itu perlahan dan meletakkan kepalanya di bahu gadis itu. Seperti yang sering ia lakukan waktu itu.

"Adeline, aku nggak mau. Kenapa sih?" Ah Ra berusaha mendorong tubuh Taeyong, namun tentu saja tenaga pria itu lebih besar daripadanya.

"Yong, kita udah selesai. Tolong jangan ganggu aku lagi." Lirih Ah Ra sambil berusaha melepaskan pelukan Taeyong.

"Ah Ra, nama aku Ah Ra, bukan Adeline!" Serunya lagi membuat Taeyong menggelengkan kepalanya.

"Nggak! Kamu tetap Adeline, Adeline yang aku miliki." Ucap Taeyong dengan keras kepalanya, ia tak mau kehilangan gadis di pelukannya ini. Meskipun pelukan ini sudah terasa kosong, tak sehangat dulu.

"Yong, tolong hargai aku, aku bukan lagi Adeline dan bukan lagi milik kamu. Kamu seharusnya jangan kurang ajar seperti ini. Aku pacarnya sahabat kamu! Kamu tega?" Ucap gadis itu dan mendorong dengan kuat tubuh Taeyong hingga pelukan mereka terlepas.

"Kasih aku penjelasan, dua tahun lalu, kenapa kamu menghilang tiba-tiba? Aku mencari kamu kemana-mana, nggak ada satupun yang tahu keberadaan kamu. Kamu yang tiba-tiba lulus tanpa memberi tahu aku, kamu menghapus semua akses aku untuk menemui kamu. Kenapa?"

"Dan sekarang, tiba-tiba kamu pacaran sama sahabat aku? Rasanya sakit banget, Adeline. Sakit sekali." Taeyong memegangi dan sesekali memukuli dadanya sambil menangis, berharap dengan memukul dadanya, dapat mengurangi rasa sakit yang ia rasakan.

"Kamu tahu alasannya, tanpa aku kasih tau, kamu pasti tahu alasannya." Ucap Ah Ra sambil membuang muka, ia tak sanggup melihat Taeyong menangis di hadapannya. Ia sangat takut pendiriannya hancur.

"Karena orang tua aku? Aku nggak perduli sama mereka. Aku rela meninggalkan semuanya cuma untuk kamu, Adeline. Aku sayang banget sama kamu."

"Bubu..." Ucap Ah Ra lirih, membuat Taeyong yang mendengarnya kembali menarik Ah Ra ke dalam dekapannya. Taeyong sangat rindu dengan panggilan kesayangan yang diucapkan oleh gadis itu, sangat rindu bahkan tangisannya semakin deras hanya dengan panggilan tersebut keluar dari bibir mungil gadisnya.

"Nggak mungkin, kamu segalanya buat mereka, kamu harapan satu-satunya untuk mereka, Yong. Aku harap kamu menghargai keputusan aku."

"Adeline, tatap mata aku dan bilang sama aku kalau kamu udah nggak cinta lagi sama aku." Ucap pria itu, menarik dagu Ah Ra untuk menatap kedua matanya.

"Bilang sama aku, kalau kamu nggak cinta sama aku dan kamu cinta sama Doyoung."

"Aku nggak cinta sama kamu." Ucap Ah Ra menatap lekat kedua bola mata pria di hadapannya. Wajahnya tak mengalami banyak perubahan, masih tetap tampan seperti dahulu.

"Bilang ke aku sekali lagi." Ucap Taeyong penuh penekanan, menatap kedua bola mata gadis di hadapannya, mencari tahu apakah gadis di hadapannya berbohong atau tidak.

"Aku nggak cinta sama kamu, yong! Aku cinta sama Doyoung, maaf." Tatapan mata gadis itu kosong, tidak ada lagi tatapan memuja ketika menatap dirinya. Hal itu membuat Taeyong semakin sakit, ia tak dapat melihat tatapan memuja itu lagi.

Pegangan tangan itu perlahan terlepas, namun tatapan pria itu tak lepas menatap wajah gadis itu, satu-satunya gadis yang ia rindukan setiap malam, satu-satunya gadis yang selalu ada dalam mimpinya, dan satu-satunya gadis yang dapat membuatnya mengenal rasa cinta sedalam ini.

"Haha, oke kalau kamu maunya kaya gitu." Ucap Taeyong tertawa menyerah, ia tak mungkin memaksakan cintanya, ternyata perjuangannya mencari gadis ini selama dua tahun, berakhir dengan sia-sia.

"Wow, drama apaan nih?" Ucap pria lain yang sedaritadi menyaksikan drama di depannya dengan tenang. Walaupun dalam hatinya cukup terkejut dengan apa yang tengah ia tonton.

"Abang." Ucap Ah Ra terkejut melihat kehadiran Ten dihadapannya yang tengah membawa kantong plastic di tangannya.

"Niat mau nganter martabak, malah dikasih tontonan gratis. Kalau mau peluk-pelukan di dalam kamar dong, jangan di depan gerbang gini. Dilihat orang kan malu." Ucap Ten lagi dan mengalihkan pandangannya menatap Taeyong yang tengah menyeka air matanya.

"Heh! Sejak kapan lo sama adik gue, sat? Kok gue nggak tahu apa-apa?" Ucap Ten memukul bahu Taeyong lumayan kencang, membuat Taeyong yang tak siap dengan pukulan Ten terhuyung ke belakang. Taeyong hanya terdiam, ia sangat tahu bahwa Ten sangat menjaga adiknya, terlebih lagi yang mengejutkan bahwa adiknya Ten yang selama ini ia sembunyikan adalah Adeline-nya.

"Kemarin Doyoung, sekarang Taeyong. Siapa lagi yang gue nggak tahu? Terus kenapa temen-temen gue semua yang ngedeketin lo?" Ucapan Ten membuat Ah Ra ketakutan bukan main, walaupun nada bicaranya terdengar tenang, ia tahu bahwa Ten pasti sangat marah.

"Capek-capek gue ngejagain adek gue biar nggak kenal lo semua, eh ujung-ujungnya adek gue malah dapetnya dari antara kalian, dua orang lagi."

"Abang, jangan marah." Ucap Ah Ra menggenggam tangan Ten, inilah alasan kenapa ia tak pernah bercerita kepada Ten ketika ia punya pacar. Meskipun Ten orang yang ramah, namun jika itu berkaitan dengan pacar adiknya, tentu saja Ten akan menjadi orang yang galak dan dingin.

"Siapa yang lo pilih buat jadi adik ipar lo Ten? Gue atau Doyoung?" Ucap Taeyong mengeluarkan suaranya membuat Ah Ra pusing dengan ucapan Taeyong. Di saat seperti ini, seharusnya lelaki ini tak memancing amarah Ten.

Ten hanya menatap Taeyong dengan tatapan tenang namun semua orang dapat merasakan betapa menusuknya tatapan Ten. Berdecih pelan, sebelum mengucapkan sebuah kalimat yang tidak di duga.

"Nggak dua-duanya." 

(2) Bucin - DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang