Masalah Lain

301 39 0
                                        

Maaf untuk kalian yang menunggu terlalu lama dengan cerita ini >,<

Saya selaku author meminta maaf yang sebesar-besarnya, karena sedang sibuk menyelesaikan semester atas yang semakin hectic.

Ke depannya semoga bisa rajin update :D

Enjoy!

*****

Setelah pertengkaran di depan kos Ah Ra, di sinilah mereka bertiga sekarang, di sebuah café pusat kota, tempat yang cukup nyaman untuk melanjutkan permasalahan yang sepertinya akan rumit untuk dihadapi mereka.

"Jadi, siapa yang mau jelasin duluan?" Ucap Ten menatap keduanya yang sedaritadi bisu, tidak ada yang berani berbicara.

"Abang..." Ah Ra menarik lengan baju Ten pelan, menatap Ten dengan tatapan takutnya. Alih-alih meladeni Ah Ra, Ten menghiraukan apa yang Ah Ra lakukan dan berfokus kepada pria di hadapannya.

"Kamu diem. Coba lo yang jelasin, ada apa sebenarnya?" Ucap Ten menatap Taeyong dengan tatapan menusuknya.

"Gue bingung ngejelasinnya darimana." Taeyong menghela nafas berat, bibirnya bahkan terlalu sulit untuk mengeluarkan kata-kata yang berada di kepalanya. Semua terasa berat.

"Singkatnya, gue sama adek lo pernah pacaran, sekitar empat tahun yang lalu. Kita bertemu saat acara BEM Kampus, setelah kenalan dan merasa cocok akhirnya kita memutuskan pacaran."

"Jangan bilang, Adeline itu..." Ucapan Ten terpotong oleh anggukan dari Taeyong.

"Bener, dia orangnya." Ucap Taeyong membuat Ten terkejut. Ia bahkan sama sekali tidak berpikir bahwa adik perempuannya lah orang yang Taeyong ceritakan selama ini di hadapan teman-temannya.

Ten memijat pangkal hidungnya pelan, kepalanya terasa pusing saat ini, entahlah, banyak sekali hal yang ia lewatkan mengenai adiknya, ia fikir selama ini ia mengetahui segalanya, ternyata tidak sama sekali.

"Dan selama itu juga lo sembunyiin hal ini dari gue?"

"Ten, gue sama sekali nggak tahu kalau adik lo itu adalah Adeline." Bela Taeyong membuat Ten menggelengkan kepalanya dengan kuat.

"Gue pusing liat kalian bertiga. Lo, Doyoung, adik gue, astaga." Ucap Ten dengan nada frustasi, menjambak surai hitamnya yang lembut dengan kuat.

"Ah Ra, kenapa kamu nggak pernah cerita sama Abang? Kalau kaya gini, Abang jadi bingung. Kamu anggap abang itu apa sih? Kenapa Abang harus jadi orang yang terakhir tau tentang kalian?" Ucapan Ten sangat menohok hati Ah Ra, bukan maksud Ah Ra tidak menceritakan semuanya kepada Ten, tetapi ia sangat kenal abangnya seperti apa.

"Ah Ra takut kalau cerita ke abang, nanti abang marahin cowok yang Ah Ra pacarin." Ucap Ah Ra dengan nada takut-takut, membuat Ten menurunkan emosinya, ia tak ingin adiknya takut dengannya.

"Seenggaknya kamu bisa cerita, Ra. Abang nggak akan tiba-tiba marah tanpa jelas, kalau pacar kamu itu pria yang baik-baik abang bakalan setuju, nggak akan abang marahin."

"Terus Doyoung tahu hal ini?" Tanya Ten membuat keduanya menggeleng kompak.

"Mck, bahkan kalian nggak bilang ke Doyoung loh tentang masalah ini. Kalian tuh, udahlah nggak paham gue sama kalian berdua."

"Mending kalian selesaikan masalah kalian berdua, lalu kalian berdua cerita ke Doyoung tentang ini. Gue nggak mau pertemanan kita hancur karena perempuan, apalagi perempuannya itu adik gue." Lanjut Ten sambil menatap keduanya bergantian.

"Semuanya udah selesai, Ten. Nggak ada lagi yang bisa gue perjuangkan dari adik lo, dia udah nggak cinta lagi sama gue." Ucap Taeyong menatap Ah Ra dengan tatapan sendunya, sedangkan yang di tatap hanya bisa menundukkan kepalanya, tidak sanggup menatap pria di hadapannya, pria yang pernah ia cintai sebelumnya.

Ten tahu bagaimana Taeyong mencintai wanitanya kala itu, bagaimana Taeyong menceritakan wanitanya di hadapan teman-temannya dengan tatapan yang tulus, dan bagaimana hancurnya Taeyong kala itu ketika harus berpisah dengan wanitanya. Ten tahu semuanya, hanya saja Ten tak menyangka bahwa wanita yang selama ini Taeyong ceritakan adalah adik perempuannya.

"Ah Ra, kamu udah besar, udah bisa menentukan mana yang baik dan buruk untuk kamu. Abang nggak akan atur kamu lagi tentang hal seperti ini, asalkan kamu cinta dan bahagia dengan pilihan kamu, abang bagian pendukung aja. Pun, abang nggak mau ikut campur terlalu jauh ke dalam masalah kalian bertiga. Abang harap kamu bisa menyelesaikannya dengan baik."

"Buat lo, Yong. Gue berharap penuh sama lo. Lo tau kan Doyoung punya trust issues? Gue nggak mau Doyoung mengulang hal yang sama dan hancur seperti waktu itu, pun juga gue nggak mau lo sama hancurnya. Lo tau apa yang harus lo lakukan." Ucap Ten menepuk bahu Taeyong pelan, sebelum menarik tangan Ah Ra untuk ikut pulang bersamanya.

"Tapi Ten, gue cinta sama adek lo, secinta itu, bahkan sampai bernafas tanpa dia aja gue nggak sanggup." Batin Taeyong berbisik seraya menatap punggung gadis di depannya yang perlahan menghilang dari manik matanya. 

(2) Bucin - DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang