Sisi Pertama

412 45 7
                                        

"Ra, ini semua apa?" Ucap Doyoung menyerahkan beberapa lembar foto di hadapan Ah Ra. Ah Ra menatap Doyoung bingung, namun sepersekian detik kemudian Ah Ra terkejut melihat isi foto yang diberikan oleh Doyoung.

"Kak Doy...." Ucap Ah Ra lirih, Doyoung hanya memalingkan wajahnya, tak sanggup menatap gadis di hadapannya, ia terlalu kecewa dengan semua fakta yang baru saja ia tahu.

Ah Ra sedang mempersiapkan segalanya hingga ia siap untuk bercerita kepada Doyoung, tetapi kenapa secepat ini untuk Doyoung mengetahuinya? Ah Ra bahkan tak sanggup untuk menatap Doyoung. Rasanya ia ingin menghilang dari dunia ini.

"Kak, aku bisa jelasin." Ah Ra menarik tangan Doyoung, menggenggamnya pelan, tanpa sadar Ah Ra meneteskan air matanya.

"Ra, saya nggak tahu kamu ada hubungan apa sama sahabat saya. Saya juga nggak mau berprasangka buruk mengenai kamu. Saya hanya kecewa." Ah Ra memberanikan diri menatap Doyoung yang tengah menatapnya.

Ah Ra bisa melihat itu, tatapan Doyoung yang menyiratkan rasa kecewa yang begitu besar. Bukan ini yang Ah Ra inginkan, andaikan Ah Ra menceritakannya dari kemarin.

"Saya nggak mau emosi saya jadi menyakiti hati kamu, jadi saya butuh waktu untuk menenangkan hati saya." Ucapan Doyoung membuat leher Ah Ra serasa tercekik, ia menggelengkan kepalanya, air matanya semakin deras mengalir dari kedua bola matanya yang indah.

Doyoung mengusap air mata di pipi Ah Ra dengan lembut, yang justru membuat sang empunya semakin menangis dengan kuat. Wajah Ah Ra memerah, ia mencengkram lengan Doyoung dengan kuat.

"Ah Ra, jangan menangis. Saya cuma minta waktu sebentar, setelah itu, mari bertemu dan saya akan mendengarkan semua penjelasan dari kamu dengan kepala dingin." Ucap Doyoung dengan lembut, bahkan di saat kecewanya, ia masih bisa berbicara dengan lembut dengan Ah Ra.

"Kamu masih ingatkan perkataan saya, waktu itu? Saya nggak mau kehilangan wanita yang saya sayangi lagi, jadi saya harap penjelasan kamu tidak menyakiti hubungan ini." Ucap Doyoung mengusap rambut gadis itu lembut dan kemudian berdiri, melangkahkan kakinya keluar dari kos yang Ah Ra tinggali.

"Kak Doyoung!" Teriak Ah Ra memanggil Doyoung yang terus berjalan, seakan tuli dengan teriakan Ah Ra, Doyoung terus berjalan memasuki mobil miliknya dan menjalankan mobilnya. Meninggalkan Ah Ra yang masih histeris memanggil namanya.

Ah Ra mungkin tidak tahu, seberapa kuat Doyoung menahan dirinya untuk tidak berbalik ke belakang dan memeluk gadis itu erat serta menghapus air mata yang mengalir di pipinya.

*****

"Gue ngajak lo kesini bukan alasan, lo juga udah pasti tahu alasannya apa." Ucap Doyoung seraya meneguk Whiskey di tangannya.

"Doy, apapun yang ada di pikiran lo, semua itu salah paham." Ucap pria di hadapan Doyoung yang ikutan menegak minuman beralkohol yang sudah Doyoung pesan.

"Gue mau tahu dari sisi lo." Ucap Doyoung singkat dan kembali menegak minumannya, bahkan ini sudah habis setengah botol.

"Gue cinta banget sama Adeline, hahaha, bahkan gue udah nggak pantas buat manggil dia Adeline." Taeyong tertawa pedih menatap gelasnya yang kosong, Dewa Cupid benar-benar kejam padanya.

"Lo juga tahu semua ceritanya, dua tahun lalu, gue sama Ah Ra berakhir. Lo juga tau alasannya kenapa. Orang tua gue menjodohkan gue dengan perempuan lain, bahkan sejak gue masih ada di dalam kandungan. Ironis sekali."

"Gue yang salah, Doy. Gue yang nggak tahu diri dan masih berusaha mencari wanita lain, padahal hidup gue udah di atur oleh orang tua gue. Gue yang menyakiti Ah Ra."

"Gue hanya berusaha menyakinkan diri gue, bahwa Ah Ra udah nggak cinta sama gue. Waktu dia ninggalin gue tanpa kejelasan, haha sebenarnya itu hanya alasan bohong yang gue buat untuk mengurangi rasa sakit yang gue rasain. Gue hanya nggak bisa menerima kenyataan pahit bahwa alasan dia ninggalin gue itu ya karena kelakuan orang tua gue."

"Ah Ra itu wanita yang sangat cantik, wajahnya cantik, apalagi hatinya. Hatinya sangat cantik, Doy. Gue harap lo nggak menyakiti hati dia seperti gue menyakiti hatinya."

"Gue tahu." Doyoung setuju dengan ucapan Taeyong. Ah Ra, satu-satunya wanita yang tak bisa ia definisikan. Membuat Doyoung harus belajar setiap hari untuk memahami Ah Ra.

"Waktu gue ditinggal nikah sama Claire, gue sangat kacau saat itu. Gue kacau bukan karena Claire, tapi gue kacau karena penghianatan yang dilakukan oleh sahabat gue sendiri. Berbeda dengan Ah Ra, bahkan ngeliat dia sama pria lain, gue bisa sekacau itu." Doyoung tersenyum tipis, mengingat kesalahpahaman yang pernah ia alami waktu itu, hingga ia mabuk berat hanya karena masalah yang sebenarnya kecil dan lucu kalau diingat kembali.

"Gue harap lo mau dengerin penjelasan Ah Ra. Kita berdua udah selesai dengan masa lalu. Gue benci harus bilang ini, tapi masa depan Ah Ra sekarang itu lo. Walaupun rasanya kaya mau mati, tapi gue dukung kalian berdua." Ucap Taeyong kembali meneguk minumannya hingga habis.

Doyoung hanya bisa tersenyum, sangat terlihat jelas bahwa Taeyong masih mencintai gadisnya. Harus Doyoung akui, Taeyong benar-benar sahabat yang sangat baik.

"Thankyou, Yong."

"Simpan rasa terima kasih lo dengan menjaga dan memperlakukan Ah Ra dengan baik." Ucap Taeyong menepuk pundak Doyoung dan menyodorkan gelas minumannya untuk bersulang.

"Cheers!" Ucap Doyoung menyambut ajakan sulang Taeyong dan menegak minumannya hingga habis. 

(2) Bucin - DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang