Sakit

360 48 3
                                    

Ah Ra menatap layar ponsel miliknya dengan penuh harap. Sudah tiga hari ia berusaha menghubungi Doyoung. Ratusan panggilan dan chat yang ia kirimkan sama sekali tidak mendapatkan balasan dari pria tersebut.

Ah Ra memegang keningnya pelan, suhu tubuhnya cukup tinggi. Ia bahkan tak makan dan tidur dengan teratur tiga hari belakang ini. Pria itu, yang menjadi penyebab hidup Ah Ra kembali berantakan. Bahkan gadis itu tidak ingat, kapan terakhir kali ia makan.

Sepertinya ia tidak bisa pergi ke kantor untuk magang. Dengan kondisi tubuhnya saat ini dan lagipula dirinya tahu diri juga, Doyoung pasti enggan bertemu dengannya.

"Galau sih galau, tapi waras dikit kek dek. Masa iya lo nggak keluar kamar tiga hari." Seru Ten melihat Ah Ra yang duduk merenung di tempat tidurnya. Terima kasih kepada ibu kos yang memiliki kunci cadangan sehingga Ten bisa masuk ke kamar kos Ah Ra dengan mudahnya.

"Abang...." Lirih Ah Ra ketika mendapati Ten yang sudah duduk di sebelahnya.

Ten beranjak mendekat dan menarik tubuh mungil adiknya ke dalam pelukannya, mengusap puncak kepala adiknya dengan lembut.

"Adik abang udah besar, ya? Udah bisa galauin cowok ternyata." Ucap Ten dengan suara pelan, tak tega melihat keadaan adiknya yang seperti seorang anak nggak diurus.

"Makan yuk, kamu belum makan kan? Abis itu minum obat dan istirahat. Badan kamu panas banget."

"Doyoung nggak akan suka lihat keadaan kamu yang kaya gini, Ra." Ucap Ten lagi, sedangkan yang diajak bicara hanya diam seribu bahasa.

"Ra, makan ya? Abang bawain ayam goreng kesukaan adek loh. Jauh nih abang beli khusus buat adek abang." Bujuk Ten lagi yang hanya dibalas dengan gelengan lemah.

Ah Ra menarik ujung baju abangnya dengan kencang, menahan sakit di kepalanya berputar dengan sangat kencang. Pusing yang menderanya membuat Ah Ra tak sanggup untuk membalas ucapan Ten sedari tadi.

Perlahan pandangan Ah Ra meredup, tubuhnya melemah, terakhir yang bisa ia dengar hanyalah suara teriakan Ten yang memanggil namanya beberapa kali dan menggoyangkan tubuhnya sebelum ia kehilangan kesadaran sepenuhnya.

*****

Doyoung hampir saja menabrakan mobilnya ketika ia membaca chat masuk dari Ten yang mengatakan bahwa Ah Ra dilarikan ke rumah sakit. Ia memukul stir mobilnya, membawa mobilnya seperti orang kesetanan, memaki setiap orang yang menghalangi jalannya.

Yang ada di dalam pikirannya hanya satu, ia harus secepatnya sampai ke rumah sakit. Atau tidak ia tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu kepada gadisnya, gadis yang ia cintai.

Dengan tergesa ia memasuki rumah sakit tempat Ah Ra di rawat. Ia sudah mendapatkan informasi mengenai kamar inap Ah Ra, maka dari itu Doyoung dapat dengan mudah mencari ruangan gadisnya.

"Ah Ra, gimana?" Ucap Doyoung dengan nafas yang terengah-engah.

"Nafas dulu woi, jangan sampe lo ikutan masuk rumah sakit juga. Gue jadi tambah repot." Doyoung menuruti ucapan Ten dengan menarik nafasnya berulang kali, hingga ia merasa lebih tenang.

"Kata dokter Ah Ra kena dehidrasi yang cukup berat. Bocil satu itu nggak makan dan minum selama tiga hari. Jadi harus bed rest, disarankan dokter seminggu sambil dilihat perkembangannya." Penjelasan Ten membuat Doyoung semakin khawatir. Selama tiga hari ini ia benar-benar melewatkan banyak hal.

"Gue sih udah bisa nebak, pasti ribut sama lo, makanya anaknya galau terus gaya-gayaan nggak makan sama minum."

"Doy, Ah Ra itu adik perempuan gue satu-satunya. Gue sayang banget sama dia. Apapun masalah yang terjadi di antara kalian berdua, gue mohon jangan pernah sakitin dia. Kalau lo nggak sanggup, mending jauhin Ah Ra."

(2) Bucin - DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang