Doyoung berubah 180 derajat. Entahlah, semenjak Ah Ra menyetujui ajakan mantan atasannya ini untuk membangun rumah tangga bersama, Doyoung menunjukan perubahan sikap yang sangat signifikan.
Pribadinya yang dingin disertai mulut pedasnya lenyap begitu saja digantikan dengan Doyoung yang manja dan mengikuti dirinya kemanapun ia pergi. Bahkan ke toilet saja–
"Yang! Lama banget..." Teriakan Doyoung yang berada di luar membuat Ah Ra mengusap wajahnya dengan kasar. Ia berani bertaruh, belum ada dirinya di kamar mandi selama lima menit, namun Doyoung sudah berteriak seakan-akan ia berada di dalam kamar mandi seharian penuh.
"Yang...." Panggil pria itu lagi sambil mengetuk pelan pintu kamar mandi dengan tempo yang lambat.
"Yang..."
"Yang..."
"Yang..."
"Ampun deh, Kak. Aku cuma lima menit di kamar mandi ya." Omel Ah Ra setelah ia membuka pintu kamar mandi yang langsung memunculkan wajah Doyoung yang cemberut menatapnya.
"Lama." Keluh Doyoung mengekori Ah Ra yang berjalan menuju ke sofa untuk duduk.
"Baru lima menit, gimana kalau seharian aku tinggal." Gumam Ah Ra yang masih bisa di dengar oleh pria tersebut.
"Makanya aku bawa kamu tinggal ke apartemen, biar kamu nggak bisa jauh-jauh dari aku." Jawab pria itu membalas ucapan gadisnya. Ah Ra hanya bisa menghela nafas berat. Permintaan pria ini, semakin lama semakin aneh.
"Aku belum nikah tapi berasa punya anak bayi tau nggak."
"Gapapa, aku kan bayi gedenya Kim Ah Ra!" Seru Doyoung sambil menarik lengan Ah Ra, menggosokkan mukanya ke lengan Ah Ra yang tertutupi baju lengan panjang yang gadis itu kenakan.
"Sejak kapan marga aku ganti?"
"Sejak kamu nerima lamaran aku kemarin lah! Kan nanti kalau nikah marga kamu jadi Kim."
"Emang kita beneran nikah?" Ucapan Ah Ra membuat Doyoung secara tiba-tiba menghentikan aktivitasnya. Ia tak suka mendengar ucapan Ah Ra.
Doyoung mendudukan badannya dengan tegap, melepaskan pelukannya dan menatap Ah Ra dengan tatapan yang tajam. Sepertinya Ah Ra dalam bahaya, karena ucapan isengnya.
"Kamu kok ngomongnya kaya gitu? Kamu nggak mau nikah sama aku?"
"Masa depan nggak ada yang tau. Manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan akhirnya kan?" Lanjut Ah Ra, sepertinya sangat seru menguji kesabaran Doyoung yang setipis kapas ini.
Ah Ra dapat melihat dengan jelas kedua bola mata Doyoung yang menunjukkan kilatan amarah. Namun tak memberhentikan Ah Ra untuk mengerjai Doyoung, sesekali pria itu memang harus di kerjain.
"Ra, aku nggak suka ya kamu ngomong kaya gitu." Nada bicaranya pun ikut berubah. Ini dia yang Ah Ra cari, nada tegas Doyoung yang sudah seminggu ini menghilang.
"Kalau kamu emang belum siap, kamu bisa nolak lamaran aku kemarin. Kalau kamu kaya gini, artinya kamu ngga ikhlas, kamu nggak mau nikah sama aku. Kamu buat aku berharap lebih–"
Pria itu berhenti berbicara setelah gadis di hadapannya secara tiba-tiba mengecup bibirnya dengan cepat. Doyoung hanya terdiam membisu, berusaha mencerna apa yang barusan terjadi.
"Berisik banget sih, kak. Kalau diem kaya gini kan lebih ganteng." Ah Ra tersenyum manis, pria satu ini, sangat menggemaskan.
"Apaan sih." Dengus pria itu sebal, sesaat setelah kesadarannya sudah kembali. Doyoung menepis tangan Ah Ra yang berusaha menangkup pipinya. Ia merasa dipermainkan.
"Dengerin! Kalau aku nggak serius sama kakak, aku nggak akan nerima lamaran kakak, aku nggak akan ada di apartemen ini, dan aku nggak akan sejauh ini, kalau aku nggak serius."
"Sekarang, ngerti kan?" Tanya Ah Ra menunjuk dada Doyoung dengan jari telunjuknya, membuat jantung Doyoung berdetak sangat cepat. Gadis ini, benar-benar.
"Kita nikah sekarang aja bisa nggak sih?" Ucap Doyoung dengan nada polosnya, membuat Ah Ra tertawa mendengarnya.
"Jangan aneh-aneh." Doyoung menarik tubuh gadisnya ke dalam pelukannya, memeluknya erat, sesekali mengecup puncak kepala gadisnya.
"Rambut kamu wangi strawberry, aku suka." Doyoung menghirup dalam-dalam wangi rambut Ah Ra, sangat menenangkan bagi dirinya.
"Kamu jangan ganti shampoo ya, aku suka wangi yang ini."
"Ra, can I?" Ucap Doyoung pelan, menatap mata Ah Ra dengan tatapan sayu, menunggu jawaban gadisnya.
"Aku nggak akan berbuat lebih jauh sebelum kita sah, just a kiss." Jelas Doyoung, membuat Ah Ra mengangguk tanda ia menyetujui apa yang akan tunangannya lakukan.
Doyoung menangkup wajah Ah Ra dengan lembut, menyatukan bibirnya dengan bibir manis milik gadisnya, mengecupnya beberapa kali, sebelum ia menyesap lebih dalam.
Ciuman kali ini sangat berbeda. Manis dan bergairah, keduanya bisa merasakan itu. Saling membalas dan menyalurkan segala rasa yang keduanya miliki. Bahkan Ah Ra mengalungkan tangannya ke leher Doyoung, mengikuti alur permainan yang Doyoung mainkan.
"Kak, stop, aku nggak bisa nafas." Ucap Ah Ra dengan tersengal, membuat Doyoung menghentikan aksinya dan mengusap bibir gadisnya pelan.
"Ra, saya bisa gila kalau kaya gini." Gumam Doyoung pelan. Ia menarik Ah Ra kembali ke dalam pelukannya. Jika ia terus-terusan menatap wajah sempurna itu, mata indah yang berbinar, bahkan menatap bibir mungil gadis itu, tak menutup kemugkinan keduanya akan berakhir di ranjang mala mini.
"Saya sudah janji untuk menjaga kamu, aku bakalan tunggu sampai kita menikah." Ah Ra tersenyum tipis mendengar ucapan Doyoung. Ia sangat sadar, lelaki ini benar-benar menjaga kehormatan dirinya. Hal ini lah yang membuat Ah Ra semakin yakin menerima ajakan Doyoung untuk membangun rumah tangga bersama.
"I love you, always." Bisik Doyoung dengan suara pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(2) Bucin - Doyoung
Short StoryImagine that being Doyoung's bae 24/7 "Kak Doy, nggak capek nyelesain kasus orang lain mulu? Kasus hati aku kapan?" "Saya udah kebal sama gombalan kamu. Untung sayang." Let's see how Doyoung become a bucin 24/7. #BucinSeries