Happy Reading
✨✨
Tentang yang kemarin, Mas Aryudha sebelumnya bicara padaku kalau dia dan keluarganya akan pergi berlibur ke singapura selama lima hari. Kebetulan ini sudah minggu libur untuk anak-anak sekolah jadi seperti kebanyakan keluarga lainnya, mas Aryudha dan mba Binar akan mengajak dua anak mereka jalan-jalan untuk refreshing.
Aku tidak kesal apalagi marah untuk hal itu. Tentu saja hal seperti itu wajar dilakukan oleh sebuah keluarga.
Aku melangkah menuju kamar mandi untuk memeriksa benda pipih dan kecil yang sempat aku gunakan pagi tadi. Jujur saja, aku tidak terlalu banyak berharap tentang kehamilan. Sejak menikah aku sudah sering tertipu dengan masa haidku yang tidak teratur.
Satu garis, lagi! Aku menghela nafas lelah walaupun hal ini sudah ku duga sebelumnya. Aku hanya bisa tersenyum dan membuang lagi testpack yang aku gunakan pada keranjang sampah yang ada didalam kamar mandi. Selalu seperti ini setiap kali aku memeriksanya.
Aku mengangkat wajah, menatap pada pantulan cermin yang ada didepanku. Kalau sudah sendiri dan dalam keadaan seperti ini aku sering merasa jadi seorang yang menyedihkan.
Sebenarnya apa yang mas Aryudha lihat dariku sampai dia memutuskan menikahiku?. Ada orang yang bilang istri kedua adalah istri yang memiliki sesuatu yang tak ada didiri istri pertama tapi sepertinya itu tidak benar karna nyatanya mba Binar jauh lebih sempurna ketimbang aku.
Aku menyentuh dan mengusap perutku pelan. Aku ingin hamil, aku juga ingin mengandung dan melahirkan anak dari mas Aryudha tapi kapan? Kapan waktuku untuk itu?.
✨✨
"Dengar-dengar Dara cerai sama suaminya"
"Hah masa? Kenapa? Bukannya meraka punya anak" sahut Fitri penasaran.
"Jangan gosip ah, mending baca materi kuliah hari ini. Bukannya bu ratu sering kuis mendadak"
"Ini bukan gosip Ocha Salsa Nabila, ini berita fakta" Sahut Lily sambil menatapku. "Katanya suaminya suka main tangan kalau marah, Dara sering kena pukul" lanjut Lily dengan semangat.
"Ly... Udah yah!"
"Ocha nih gak seru banget!"
Ada dua hukum yang ditanggung saat kita menceritakan masalah orang lain. Jika keburukan itu tidak benar maka akan dijatuhi hukum fitnah dan fitnah adalah sebesar-besarnya kebohongan yang dosanya lebih dahsyat dari pada pembunuhan. Sedangkan ghibah sama seperti seseorang yang memakan bangkai saudara sendiri. Jika memakan bangkai binatang saja sudah jijik bagaimana dengan saudara sendiri.
Hening. Kami sibuk dengan dunia sendiri dalam beberapa saat sebelum akhirnya Lily kembali bersuara.
"Eh pak Aryudha, siang pak"
"Siang pak"
Mendengar nama Aryudha lantas membuatku mengangkat kepala dan menatap sosok pria yang berjalan didepan bangku kami.
"Siang" jawabnya simpul sambil tersenyum tipis lalu berlalu begitu saja melewati bangku kami setelah menatapku sesaat.
Kami seperti orang asing kalau sudah berada diluar rumah, padahal kalau diingat-ingat lagi pria itulah yang tadi pagi mencium keningku begitu lama.
Aku menatapnya dari kejauhan, punggung besarnya kian mengecil seiring langkahnya yang menjauh. Biasanya dia datang ke bangunan jurusan keperawatam untuk mengajar beberapa kelas tapi seingatku hari ini dia tidak ada jadwal mengajar untuk jurusan keperawatan. Ah, Iya aku memang hapal jadwalnya. Hari ini mungkin dia ada urusan mendesak sampai ke bangunan jurusan keperawatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Berbeda [END]
General FictionTidak semua orang beruntung menjadi satu-satunya. Tidak semua orang beruntung memiliki seutuhnya. Ini hanyalah tentangku yang menjadi ketidaksempurnaan dalam rumah tangga orang lain.