Happy Reading
✨✨
Tangisan menjadi cara berkomunikasi saat hati sudah begitu sesak dan bibir sudah tidak mampu mengeluarkan kata. Hatiku sakit sekali hingga hampir sepanjang sholat isya aku menangis. Padahal aku sudah mencoba menahan diri sebelumnya tapi semuanya seakan tumpah begitu saja dihadapan Allah.
Pelakor, munafik, wanita murahan. Kata-kata itu berputar di kepalaku. Sekeras mungkin aku menepis itu dan mengatakan pada diriku kalau aku bukanlah seperti apa yang dikatakan Alisha tapi tetap saja aku menangis.
Kenapa seberat ini jalan yang harus ku tempuh? Kenapa cobaan ini begitu sulit untuk ku lewati? Apa cinta dan hubungan yang ku jalin ini begitu salah dan berdosa dimata orang.
"Sayang..."
Aku mengangkat wajah, ku lihat mas Aryudha berdiri didepan pintu. Wajahnya terlihat khawatir.
"Mas..."
Mas Aryudha berjalan ke arahku lalu dengan cepat membawaku kedalam pelukannya. Aku semakin mengeraskan tangisanku. Ku tumpahkan rasa sakit pada pelukannya.
"Mas..."
"Iya, Saya disini" kurasakan tangannya mengusap kepalaku.
"Mas... A-aku... Aku ga-gak gitu"
"Iya, saya tau"
"A-aku bu-bukan pel-pelakor"
"Iya bukan"
Aku semakin mengeratkan pelukan-ku pada tubuhnya. Sesaknya masih ku rasa, Air mataku pun masih jatuh tapi anehnya hatiku berangsur tenang. Dia ada disini bersamaku membuatku tidak berkecil hati dan merasa tersakiti seorang diri. Mas Aryudha memelukku erat sambil sebelah tangannya terus mengusap kepalaku dengan lembut. Dia mengecup keningku berkali-kali.
"Mas..." Aku mencoba menatapi wajahnya.
"Iya... Kenapa sayang?" Dia mengusap pipi kananku dengan begitu pelan. Caranya menatapku masih sama seperti biasanya, dia menatapku dengan dalam namun meneduhkan. "Sayang..."
"Mas..."
"Iya... kenapa sayang"
"A-aku nge-rusak ru-rumah tangga mas ya" mas Aryudha langsung menggeleng cepat. Jawabannya sesuai dengan yang aku inginkan tapi anehnya aku tetap saja menangis.
"Kamu tidak merusak rumah tangga saya"
"Ta-tapi a-aku nya-kitin hati mba Bi-nar ya" Mas Aryudha kembali menggeleng.
"Kamu tidak menyakiti siapa-siapa" mas Aryudha menatapku sambil menyeka air mataku yang masih bertahan jatuh pada pipi. "Tolong jangan menangis, sayang. Kamu mau apa?Bilang sama saya! Saya mau melakukan apapun buat kamu"
Aku menggeleng. Detik itu waktu seakan berhenti. Aku sudah sering melihatnya tersenyum penuh cinta untukku, dia selalu menunjukkan itu. Malam ini dia menunjukkan ku hal yang berbeda, air matanya berlahan ikut jatuh menemani kesedihan dan rasa sakit hatiku.
"Ja-ngan na-ngis" kini aku yang beralih mengusap air matanya.
"Kamu mau apa? Saya mau melakukannya tapi kamu jangan menangis lagi"
Apa yang aku mau darinya? Aku tidak yakin. Aku hanya ingin dia terus mencintaiku. "Peluk a-ku, ja-ngan pe-rgi" Dia langsung kembali memelukku. Erat sekali.
"Saya disini, Azzahra. Jangan menangis lagi" Dia terus berkata itu, beberapa kali mengecup keningku. "Hati saya sakit melihat kamu menangis"
"Mas... Mas ci-cinta aku kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Berbeda [END]
General FictionTidak semua orang beruntung menjadi satu-satunya. Tidak semua orang beruntung memiliki seutuhnya. Ini hanyalah tentangku yang menjadi ketidaksempurnaan dalam rumah tangga orang lain.