Happy Reading
✨✨
Segala apa yang telah terjadi adalah takdir dari Allah dan aku selalu percaya bahwa yang menjadi takdir Allah pastilah yang terbaik bagi hambanya. Tidak ada yang bisa aku ingkari dari nikmat Allah karena memang apa yang telah Allah berikan pada hidupku sangatlah indah dan luar biasa.
Pernikahanku dengan mas Aryudha memang masih berjalan 4 tahun tapi walaupun begitu sudah banyak hal yang kami lewati bersama. Sampai sekarang aku merasa benar-benar bersyukur sekali karena dari setiap masalah yang terjadi antara aku dan mas Aryudha, kami masih bisa saling memaafkan dan bertahan satu sama lain. Tawa, sedih, senang dan tangis telah kami lewati bersama-sama.
Mas Aryudha masih sama seperti dulu, pria tampan dan gagah pembawa kelembutan yang menenangkan sikap keras kepalaku. Dia selalu berhasil meneduhkan perasaanku.
"Bunda... Abi mana?"
"Abi-nya masih ngajar, sayang"
"Mana?"
Aku meneliti sesaat beberapa ruang kelas perkuliahan jurusan kedokteran lalu ku tunjuk asal pada sebuah ruangan.
"Disana" jawabku. Syaffira yang kini sudah berumur tiga tahun lebih itu menoleh ke arah tuju jariku lalu tiba-tiba berteriak keras.
"Abi..." Teriaknya memanggil.
"Eh- gak boleh!" Syaffira menatapku seolah meminta penjelasan kenapa aku tidak membolehkannya. "Abi-nya lagi belajar sama kakak-kakak, kalau Fira teriak nanti Abi-nya kesusahan buat belajar" jelasku sesederhana yang ku bisa supaya Syaffira mengerti.
"Abi-na masih lama?"
"Sebentar lagi, makanya Syaffira duduk dulu kita tungguin" Aku menepuk bangku di sampingku. Syaffira menurut, dengan pelan dan susah payah dia mencoba menaiki bangku untuk duduk di sampingku. Ku biarkan dia melakukan sendiri supaya dia bisa belajar untuk mandiri.
Setelah berhasil, Syaffira menyandarkan dirinya pada sandaran bangku. Matanya yang bulat itu meneliti sekeliling kampus tempat Abi-nya mengajar.
"Syaffira mau permen?"
"Mau" jawabnya riang sambil menegakkan punggungnya. Kakinya yang berbalut kaos putih dan sepatu pink itu berayun menjuntai pada bangku.
Sebelum mendatangi kampus tadi, aku dan Syaffira terlebih dahulu pergi ke supermarket untuk berbelanja keperluan rumah. Seperti kebanyakan anak-anak lainnya, Syaffira pun sama, dia langsung memintaku membelikannya segala yang manis termasuk permen.
"Baca apa dulu sebelum makan?"
"Bismillah..." Ucapnya lalu meraih permen ditangan ku. Cara membuat Syaffira senang begitu mudah, cukup berikan permen maka senyuman diwajahnya akan begitu terpancar.
Bosan menunggu dengan duduk, Syaffira lantas turun dari bangku lalu berlari-lari disekitaran bangku. Sesekali dia mengusap kepalanya sendiri untuk menaikkan jilbabnya yang melorot.
"Abi..." Syaffira berteriak dan berlari kearah mas Aryudha yang berjalan kearahnya. Mas Aryudha tersenyum saat menyambut kedatangan Syaffira yang berlari lalu dengan cepat menggendongnya. Aku langsung berdiri saat mas Aryudha mendatangiku.
"Maaf ya lama, Pak Irwan tadi ngajak bicara"
"Iya, gak apa-apa. Kita pergi sekarang?"
"Iya, Ayo" ku biarkan mas Aryudha memimpin jalan. Aku suka memandangi mas Aryudha yang sedang bersama Syaffira. Abi dan anak itu terlibat obrolan kecil, Mereka terlihat asik dan begitu nyambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Berbeda [END]
General FictionTidak semua orang beruntung menjadi satu-satunya. Tidak semua orang beruntung memiliki seutuhnya. Ini hanyalah tentangku yang menjadi ketidaksempurnaan dalam rumah tangga orang lain.