S2. 16. Syukuran

3.3K 433 44
                                    

Arra lagi gak mau baca komen
Next...
Lanjut...
Atau
Ditunggu UP selanjutnya...

Kalau ada yang komen gitu, Arra gak akan update dengan waktu dekat!

So, terima kasih.

Happy Reading

Setiap ada masalah yang terjadi dalam keluarga kami maka aku pasti selalu memperhatikan bagaimana langkah dan sikap mas Aryudha sebagai kepala rumah tangga. Dia sering mengatasi masalahnya dan orang-orang disekitarnya dengan begitu tenang dan mudah. Sebisa mungkin masalah yang terjadi selesai tanpa harus membebani orang lain dan itu membuat rasa kagum ku padanya selalu bertambah. Bagiku yang seorang istri, mas Aryudha tidak hanya sekedar suami yang hebat tapi juga luar biasa.

Jadi ringkasnya, Ibra rela pulang dari Mesir tanpa izin kedua orang tuanya karena wanita yang dicintai nya akan dilamar pria lain. Dia tidak ingin hal itu, jadi dia pulang untuk meminta agar mas Aryudha dan mba Binar melamar kan wanita pujaan hatinya lebih dulu.

Wanita itu bernama Aisye, santri di pesantren Abuya. Dia cantik dan sholehah. Aku sempat membantu dengan bicara pada mas Aryudha tapi mas Aryudha tetap tidak setuju Ibra menikah secepat itu. Apalagi setelah sikapnya yang dianggap gegabah dan teledor.

"Tidak Cha. Dari segi umur mungkin bisa saja Ibra menikah tapi saya belum yakin untuk tanggung jawabnya dia terhadap orang sekitarnya. Menikah itu tanggung jawabnya besar, bukan hanya diri sendiri lagi tapi istri dan juga anak bila ada" Jelas mas Aryudha. "Untuk tanggung jawab kecil saja dia belum bisa bagaimana dia bisa menghadapi yang besar. Ini saja dia pulang tanpa izin kami, mengabaikan pendidikannya lalu menabrak anak orang"

Cara pikir kami memang berbeda. Tidak ada yang salah dari jawaban mas Aryudha, dia berpikir logis kedepannya tentang bagaimana pentingnya sikap tanggung jawab. Bukan berpikir sepertiku, yang hanya tentang cinta dan rasa kasian.

Putusan akhirnya adalah Ibra tidak jadi melamar wanita pujaan hatinya, dia harus merelakan Aisye untuk pria lain karena mas Aryudha dan mba Binar tidak memberi izin. Aku yakin Ibra pasti merasa sakit dan kecewa tapi aku juga percaya keputusan mas Aryudha dan mba Binar sebagai orang tua pasti yang terbaik untuk Ibra.

"Padahal wanita yang disukai Ibra itu cantik sama solehah loh, Bi" aku kembali membahas tentang masalah Ibra padahal Ibra sudah pulang dua hari yang lalu ke negara Mesir.

Aku tidak tau bagaimana perundingannya tapi yang pasti masalah kecelakaan itu selesai. Orang tua dari korban anak kecil yang ditabrak Ibra bisa diajak berdamai hingga kasus ini tidak berkepanjangan ke ranah hukum. 

"Emangnya belum mau punya mantu ya? Hahaha" lucu juga yah kalau berpikir mas Aryudha akan punya menantu.

"Wanita cantik itu banyak dan dunia tidak akan kekurangan wanita solehah selama pria-pria nya bisa menjaga dan membimbing kejalan yang diridhoi oleh Allah SWT"

"Begitu ya..." Aku menatap Syaffira yang tengah mencoret-coret papan tulis kecil miliknya. Terbesit di benak ku tentang masa depan Syaffira. Bagaimana nanti jika dia besar dan menemukan cintanya. "Mas..."

"Iya..."

"Kalau misalnya nanti Fira besar dan cinta sama pria yang belum baik,  bagaimana?"

Sisi Berbeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang