Happy Reading
✨✨
Sebelum Rasulullah meninggal. Rasulullah pernah bersabda 'Aku tinggalkan pada kalian dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Salah satu sunnah Rasulullah itu adalah saling tolong menolong. Membantu kesusahan mukmin lainnya, baik dalam keadaan diri sendiri sedang lapang maupun susah. Allah sendiri bahkan telah menjanjikan diri bahwa Dia akan selalu menolong hambanya selama hamba itu mau menolong saudaranya.
Siang ini jujur saja aku buru-buru pergi ke kampus karena kami sudah masuk jadwal UAS. Hari ini jadwal mata pelajaran Mas Aryudha. Aku sudah mempersiapkan segalanya tapi Qadarullah, terjadi kecelakaan di jalan. Bukan aku tapi orang lain. Lebih tepatnya anak SMP.
Ingin mengabaikan dan lebih memikirkan UAS tapi aku benar-benar tidak tega. Aku pernah menjadi PMR dan sekarangpun aku sudah duduk di bang ku perkuliahan keperawatan. Jahat sekali aku jika mengabaikan seseorang yang membutuhkan pertolongan. Aku menghentikan sepeda motorku dan berjalan kearah korban.
"Kasih air, kasih air"
"Aduh sakit..."
"Telepon ambulans"
"Permisi pak. Saya bisa bantu" Aku mengeluarkan kartu mahasiswa ku. Sebagai jaminan aku pernah belajar untuk menangani korban kecelakaan. Pernah membantu pasien yang terluka juga saat masih magang di puskesmas.
"Eh... Ayo di tolongin"
Aku mengeluarkan kotak P3K ku yang selalu ku bawa setiap kali ke kampus. Ini alasanku punya tas ransel yang cukup besar. Isinya bukan hanya alat belajar tapi juga kotak P3K yang bisa ku gunakan kalau terjadi hal yang tidak diinginkan.
Aku melakukan yang seharusnya ku lakukan. Membasuh semua luka dengan air minum yang ku bawa, membersihkan luka lalu memberi antibiotik sebelum menutup luka dengan kain kasar dan perban.
"Sakit..." keluh siswa SMP itu.
"Makanya Dek jangan bolos sekolah. Ini akibatnya" hardik seseorang.
"Luka di kaki kamu memang dalam tapi kalau sering diobatin insyaa Allah pasti cepat pulih. Nanti diobatin lagi sama pihak rumah sakit ya"
Dia hanya mengangguk. Aku ikut menunggu hingga ambulan datang setelah beberapa menit dihubungi. Anak SMP berjenis kelamin laki-laki itu langsung diangkat untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.
Aku langsung pergi menuju kampus setelah anak SMP itu dibawa. Ketika sampai kampus, aku harus berlari menuju ruangan yang ada dilantai dua.
Aku mampu sedikit bernafas lega setelah ku lihat sosok mas Aryudha yang berdiri diambang pintu ruangan. Tapi hal lain membuatku sedikit risih. Tatapan tajam dan alis mas Aryudha yang tertaut membuatku khawatir. Apa dia kesal karena istrinya tidak disiplin waktu?
Dia mengangkat tangan kiri dan menunjuk kearah jam tangannya yang melingkar dipergelangan tangan. Kalau dia bisa bicara langsung, mungkin dia akan berkata Ini sudah jam berapa, Azzahra?
Ketika berdiri didepannya aku langsung mengatakan alasan keterlambatan ku. "Maaf pak saya terlambat tadi ada kecelakaan"
"Apa?" Spontan dia memegang tangan dan bahuku. "Kamu tidak apa-apa?"
"Pak..." Aku langsung menjauh darinya karena takut dilihat oleh teman-teman di kelas ku. "Gak apa-apa, Pak. Yang kecelakaan orang, saya cuma bantu sedikit tadi. Saya boleh masuk ikut UAS kan pak?"
Dia menghela nafas lalu mengangguk. "Tapi waktunya tinggal 45 menit"
"Iya pak, tidak apa-apa"
"Bersihkan dulu keringat kamu" dia mengeluarkan tisu dan mengulurkannya padaku.
"Makasih pak"
"Ayo masuk"
Aku mengusap keringat di wajah ku lalu ikut masuk mengikutinya. Dia memberikan ku lembar soal dan jawaban. Untung ujiannya tertulis.
Teman-temanku sibuk dengan lembar soal dan jawabannya. Mereka hanya tersenyum saat aku duduk di bangku yang sudah disiapkan.
Aku tersenyum saat melihat soal yang ada. Ku lirik ke depan dan ku dapati mas Aryudha menatapku . Ini bukan termasuk curang kan?. Malam tadi mas Aryudha memberikan ku berbagai pertanyaan sebagai uji coba kesiapan UAS ku. Tidak ku sangka ternyata yang dia tanyakan malam tadi adalah soal UAS.
"Nanti temui saya di ruangan saya setelah kamu selesai UAS ya" ucapnya saat aku menyerahkan lembar jawabanku
"Saya pak"
"Iya, Ocha. Saya mau bahas proposal kamu sebelum seminar nanti "
"Oh... Baik pak" jawabku mengangguk. Ku ambil tasku lalu membawa ke bangku. Sedangkan mas Aryudha sibuk membereskan lembar jawaban di mejanya. Dia langsung keluar ruangan setelah selesai.
Aku langsung ke ruangannya setelah selesai UAS mata pelajaran lain. Dia sedang duduk di bangkunya sambil minum teh kotak saat aku datang.
"Assalamualaikum"
"Wa alaikumussalam. Tutup pintunya" kalau dia sekedar dosen aku tidak akan menurut tapi karena dia juga suami yang secara agama sah bagi kami berdua di ruangan jadi aku langsung menutup pintu. "Duduk!" dia mempersilahkan ku duduk di kursi yang berhadapan dengannya.
"Jadi kenapa yah pak?" tanyaku langsung. Padahal bisa saja dia bahas seminar proposal kalau kami di rumah.
"Bicara seperti biasa saja. Tadi itu kenapa ceritanya?. Saya mau dengar lebih jelas" Dia meraih tanganku yang ada di atas meja.
Itu ternyata. Dasar!
"Tadi waktu mau ke kampus. Anak SMP tiba-tiba kecelakaan didepan aku. Aku mau abaikan tapi gak tega. Ya, udah aku tolong sebentar kasih pertolongan pertama. Aku bantu tungguin sampai ambulan datang makanya terlambat, Mas"
"Kamu bikin saya khawatir. Seharusnya kamu kabarin saya"
"Iya, maaf... Aku gak sempat megang ponsel" Sehabis UAS mata pelajaran mas Aryudha aku baru ada mencek ponsel. Ada banyak telepon dan pesan darinya.
"Umma Arini masuk rumah sakit" ucapnya. "Baru aja Umi kabarin saya"
"Sakitnya makin parah yah?"
"Iya. Mungkin mau di operasi. Saya mau ajak kamu ke rumah sakit buat jenguk"
"Sekarang mas?"
"Iya. Kamu pergi sama saya. Biar motor kamu sama Herman. Saya sudah minta dia buat ke kampus"
"Oh gitu" tiba-tiba saja perutku berbunyi. Aku kelaparan karena belum sempat makan siang. "Hehe... Perut aku bunyi"
"Nanti kita makan siang dulu" Baru dia melepaskan tanganku. Mas Aryudha mendekatkan piring kecil berisi kue basah padaku. "Makan itu dulu ya"
"Makasih"
✨✨
"Sebaik-baik bacaan ialah Al-Qur'an"
30/03/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Berbeda [END]
General FictionTidak semua orang beruntung menjadi satu-satunya. Tidak semua orang beruntung memiliki seutuhnya. Ini hanyalah tentangku yang menjadi ketidaksempurnaan dalam rumah tangga orang lain.