S2. 6. Cibiran dan Pembelaan

4K 412 53
                                    

Happy Reading

✨✨

Padahal sakit hati bekas kejadian kemarin belum benar-benar pulih tapi kini bertambah lagi kepedihan yang harus aku alami.

Harusnya aku lebih cepat sadar akan resiko kejadian kemarin. Kamera-kamera ponsel yang jelas terarah kepada kami berempat, kejadian itu sudah pasti direkam dan ada saja tangan jail yang menyebarkan video-nya tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.

Istri simpanan dipermalukan disebuah mall. Istri sah: Dasar wanita mur*han!

Teman makan teman. Ini dia kronologi kejadian seorang wanita marah-marah di mall. Simpanan menangis.

Intip sosok istri sah dan istri simpanan yang berseteru di mall. Natizen : Bagaimana rasanya suami teman?.

Aku tau bahkan mungkin sampai sore hari pemberitaan buruk tentangku tidak juga usai. Sejak pagi tadi satu persatu akun yang tidak aku kenali memberikan komentar buruk, bukan hanya di akun gosip tapi juga di akun sosial media milikku. Aku mendapatkan cibiran dan kata-kata buruk yang sebelumnya tidak pernah ku terima. Beberapa pengguna bahkan mengirimiku direct message.

Hai istri simpanan
Bagaimana rasanya suami teman?

Atau

Ga tau diri, ngapain hijaban kalo sukanya main belakangan sama suami orang.

Ada juga

Cuma ngingetin ya mba, tidak berkah hidup kalau menzolimi orang lain. Mending cerai saja, lagian mba masih cantik. Kasian anaknya.

Yang lainnya

Apa yang kamu tanam, itu yang kamu tuai. Tunggu saja, Tuhan pasti memberi balasan.

Selain kalimat-kalimat itu, aku juga mendapatkan beberapa kata umpatan dan sumpah serapah. Aku memutuskan menutup akun komentar bahkan mengubah akun ku menjadi privasi setelah beberapa orang berani melontarkan komentar pada fotoku dan Syaffira.

Aku sempat menuliskan sebuah kalimat pada sosial mediaku kalau aku bukan seperti apa yang orang-orang katakan tapi kalimat itu seakan percuma. Pembelaan yang ku lakukan tidak berguna, Orang-orang sudah terlanjur mencibir dan membenciku.

Kini aku sudah berada dititik tidak tau harus bagaimana lagi selain berdoa. Air mataku sudah terasa mengering, aku sudah terlalu lelah untuk menangisi setiap umpatan dan cibiran yang orang lontarkan untukku.

"Fila... Mau temu bunda, Kek"

"Iya, boleh tapi nanti ya Fira, Bundanya masih harus istirahat"

Kejadian ini telah menyusahkan banyak orang, bukan hanya aku yang mengalami imbas buruknya tapi juga pada keluarga di pesantren, orang tuaku yang harus datang ke rumah kami padahal mereka sedang sibuk berdagang di pasar. Syaffira juga sejak pagi tadi tidak bisa menemui ku karena aku tidak mau dia melihatku yang sedang terpuruk.

"Ga mau, Fila mau temu sama bunda. Bunda... Bunda..." Syaffira memberontak didepan pintu kamar. Bunda juga ingin ketemu kamu, Fira.

"Kita jalan-jalan yah, Fira mau tidak jalan-jalan sama kakek ke depan"

"Ga mau, mau sama Bunda"

"Syaffira..." Suara mas Aryudha terdengar berarti pria itu sudah pulang.

"Abi..."

"Coba lihat Abi bawa apa? Bawa martabak buat Fira sama kakek-nenek"

"Bunda mana?"

"Bunda ada di kamar tapi lagi sakit. Abi periksa dulu ya, kalau bunda sudah baikan Fira boleh ketemu bunda"

Sisi Berbeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang