Happy Reading
✨✨
Aku sudah dibatas tidak mengharapkan apa-apa lagi tentang rumah tanggaku. Cukup apa yang akan Allah SWT takdir kan untukku setelah ini. Aku percaya bahwa tidak akan ada kekecewaan selama hati bertawakal kepada Allah SWT. Meskipun hasilnya akan buruk untukku, maka aku akan terima itu sebagai bentuk kasih sayang Allah dalam hidupku.
Aku mungkin akan menjadi jahat.
Aku sudah lelah merasa seperti seseorang yang terzolimi. Aku benar-benar marah sekarang. Bukan hanya dengan wanita asing itu tapi juga dengan mas Aryudha dan mba Binar. Kenapa mereka bisa bersikap seperti ini dibelakang ku. Apa aku tidak dianggap ada? Apa status istri sama sekali tidak berarti apa-apa jika itu yang kedua?.
Aku menarik tangan wanita bernama Maria itu keluar dari ruangan mas Aryudha. Tidak aku hiraukan panggilan mba Binar, bahkan aku tidak peduli jika remasan ku pada tangannya itu menyakitkan.
"Lepaskan tanganku! " Aku melepaskan tangannya tapi kemudian menamparnya dengan keras.
"Astagfirullahaldzhim De... "
"Mas Aryudha itu suami saya. Anda tidak berhak mencintainya" Ku lemparkan surat yang tadi ku baca pada wanita itu. "Jangan membuat anda semakin rendah dengan mengemis cinta pada suami orang"
"Kamu pun sama denganku, Apa kamu lupa? sebelum menikahi kamu. Mas Yudha adalah suami orang" ucapannya sukses membuatku tak berkutik. "Kamu hanya dinikahi karena kamu mirip dengan mending kakakku"
"Kamu tidak tau apa-apa"
"Justru karena aku tau, aku berkata demikian" Hampir saja aku mendorongnya tapi mba Binar lebih dulu menahan ku.
"Cukup Ocha! Tidak seperti ini caranya menyelesaikan masalah"
"Lalu seperti apa mba? Aku tidak seperti mba Binar yang menyelesaikan masalah dengan memberi izin suamiku menikah lagi. Kita berbeda mba". Mba Binar terdiam menatapku, mungkin ucapanku telah menyinggung dan menyakiti perasaannya. "Aku sudah tau kok mba. Mba izinin dia masuk dalam kehidupan mas Aryudha kan? Buat apa mba? Apa sebegitu tidak sukanya mba sama aku sampai tidak memikirkan perasaanku? Atau Ah iya, mba menerima dia untuk menembus kesalahan mba dengan kakaknya?"
"Cukup Ocha. Mba tidak seperti apa yang kamu pikirkan itu. Mba menerima dia, karena dia memang membutuhkan itu. Dia mualaf, dia butuh dibimbing"
"Bukan berarti harus dengan mas Aryudha, Mas Aryudha itu suamiku juga mba. Pria lain yang lajang diluar sana masih banyak" aku meninggikan suaraku lagi.
"Tapi aku mencintai mas Yudha dan aku mas Yudha juga merasakan hal yang sama"
"Berhenti bicara sembarangan!"
"Apa seperti ini sikap asli kamu, Ocha?" sela mba Binar.
Praang
Terdengar suara pecahan kaca dari dalam ruangan mas Aryudha. Wanita bernama Maria itu langsung masuk mendatangi mas Aryudha.
"Seharusnya aku yang berkata demikian. Apa seperti ini mba akan memperlakukanku?" aku menghormatinya sebagai istri pertama mas Aryudha tapi hanya karena aku istri kedua lalu kehadiran dan keputusanku seolah tidak berarti apa-apa.
"Mba sudah mencoba sebaik mungkin dengan kamu, memberikan semua apa yang mba miliki. Seharusnya kamu juga bisa mengerti keadaan ini. Dia mualaf butuh orang yang tepat. Maria juga sudah menolong kita dengan mendonorkan darahnya untuk mas Yudha, apa kamu sempat berpikir bagaimana buruknya keadaan mas Yudha kalau saja dia tidak ada untuk menolong mas Yudha tadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Berbeda [END]
General FictionTidak semua orang beruntung menjadi satu-satunya. Tidak semua orang beruntung memiliki seutuhnya. Ini hanyalah tentangku yang menjadi ketidaksempurnaan dalam rumah tangga orang lain.