S1. 8. Kehilangan

5.8K 456 14
                                    

Happy Reading

✨✨

Aku baru tau kalau cinta itu seindah ini setelah menikah. Memiliki suami seperti mas Aryudha membuatku merasa sempurna akan segalanya.

Jika aku bisa ibaratkan lagi, maka mas Aryudha itu seperti terpaan angin di pagi hari. Begitu sejuk dengan ditemani sapaan mentari yang berlahan menghangatkan. Pembawaan sikap yang tenang dan lembut dalam diri mas Aryudha begitu menyentuh hatiku hingga ke bagian terdalam.

Aku suka caranya bicara, aku suka caranya memperhatikanku, aku suka caranya memperlakukanku. Seolah setiap kali gerak-gerik mas Aryudha di hadapanku , maka perasaan cintaku akan semakin bertambah.

Mas Aryudha itu seperti danau. Tenang dan damai. Aku seperti batu yang dilemparkan secara tiba-tiba pada danau. Mengusik ketenangan.

Pagi ini pun aku mengusiknya, kami sedang mengaji namun kerena sudah merasa tidak tahan, aku tiba-tiba berlari ke arah kamar mandi. Saat aku memuntahkan isi perutku, mas Aryudha sudah berada di sampingku sambil mengusap punggungku.

Jadi seperti inilah rasanya menjadi seorang calon ibu.

Kepalaku begitu pusing dan perutku begitu mual. Setiap kali ku muntah kan isi perut yang keluar hanya cairan bening.

"Minum dulu" mas Aryudha menawarkan teh hangatnya dan langsung ku terima. "Saya pijit yah"

"Gak usah pakai apa-apa" Ucapku saat mas Aryudha akan meletakkan minyak telon pada telapak tangannya. "Gak mau cium itu, pusing"

Mas Aryudha menuruti kemauanku. Aku berbaring di bantal dengan mata terpejam sedangkan mas Aryudha duduk didekat ku sambil memijit keningku . Ku rasakan jari-jari tangannya menekan keningku. Walaupun tidak benar-benar menghilangkan rasa pusing tapi aku cukup merasa nyaman.

Aku bersyukur karena memiliki suami seperi mas Aryudha. Walaupun mas Aryudha seorang pria yang memiliki kedudukan tinggi tapi mas Aryudha tidak sungkan menolong istri walaupun itu hal kecil seperti ini, memijit kan kening istrinya.

"Sudah mendingan mas" Aku masih terpejam saat menjauhkan tangan mas Aryudha dari kening.

"Perutnya masih mual, sayang?"

"Hemm"

Ku rasakan tangan mas Aryudha menyentuh perutku hingga aku membuka mata menatap mas Aryudha.

"Yang pintar yah, nak"

"Insya Allah Abi"

Mas Aryudha tersenyum mendengar jawabanku. "Kamu mau bubur ayam?"

"Mau soto"

Mas Aryudha mengangguk lalu a menarik kan selimut hingga menutupi tubuhku. "Kamu tiduran aja dulu, nanti kalau dekat jam kuliah saya bangunkan"

"Hem...Makasih mas" Aku kembali memejamkan mata. Langkah mas Aryudha berlahan menjauh lalu terdengar suara pintu kamar di tutup. Mas Aryudha pasti pergi untuk mencari soto untuk sarapan kami.

✨✨

Sejak aku datang ke kampus Fitri, Lily dan Ratna sudah mendekatiku dan menanyaiku 'Kok bisa?' bukan tentang aku yang mau-maunya menjadi istri kedua tapi tentang aku yang ternyata menikah dengan dosen favorit mereka.

Setelah ku ceritakan awal jalan hubunganku dengan mas Aryudha. Fitri,Lily dan Ratna masih bersikap sama terhadapku sama seperti biasanya. Terkejut dan kesal pasti, tapi dari pada memandangku rendah dan sebelah mata, meraka malah berkata kalau aku beruntung bisa menikah dengan pria seperi mas Aryudha.

Sisi Berbeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang