"Halo, Mia!" Mbak Shanas tampak menggendong buah cintaku. Aku lantas tersenyum kecut. Seharian tidak ada Bumi rasanya pengap sekali.
Selepas Mengantar Mama pulang, Mas Akbar langsung membawaku ke rumah Mbak Shanas.
"Gimana kamu? Ga ada yang fatal, kan?" Wanita itu memberikan Bumi pada Mas Akbar. Anakku sedikit menggeliat tak nyaman. Ingin sekali aku segera mengambil Bumi dan mendekapnya di sisiku, tapi Mas Akbar kelihatannya tidak akan melepaskan anaknya.
Aku menggeleng kecil. "Gapapa Mbak. Cuman luka sedikit kok,"
"Syukurlah, Mia. Oh ya, Bumi kayaknya udah laper banget, deh. Aku terpaksa beliin susu, gapapa kan?"
Kulihat wajah suamiku yang sudah masam. Aku sebenarnya tidak apa-apa, tapi Mertuaku dan Mas Akbar sudah pasti keberatan.
Biarlah, ini kan salah Mas Akbar juga. Kenapa pula dia harus sok-sokan marah sampai membiarkanku berjam-jam di jalan.
"Gapapa Mbak, mau gimana lagi kan?" Kataku santai.
"Iya, bener."
Aku melirik keduanya yang minim interaksi.
"Aku tunggu di mobil," Mas Akbar kemudian membawa serta Bumi keluar.
Aku menautkan alis. Mbak Shanas tampak menunduk maklum.
"Mbak jarang main ke rumah, kenapa?"
Tidak apa-apa, mengulik sedikit selagi Mas Akbar tidak ada rasanya bukan masalah. Ya kan?
"Oh, gapapa. Toko lagi rame banget, ga bisa ditinggal. Mama-Papaku juga beberapa hari ini tinggal di rumah, baru kemarin pulang."
Oh...
Masa, sih? Aku masih bersikukuh ada alasan lain.
"Kemarin Mama mau ketemu sama kamu dan Bumi. Mereka pengen banget ngeliat cucunya, tapi sayang aku ga bisa anter. Mungkin kapan-kapan kalau mereka datang aku bisa bawa ketemu Bumi. Gapapa, kan?"
Tunggu. Apa katanya tadi? Cucunya?
Aliran darah yang mana sampai anakku bisa jadi cucu mereka?
Apa karena Mbak Shanas istri Mas Akbar? Lalu maksud mereka anakku juga anaknya Mbak Shanas?
Ya iyalah! Shanas kan istrinya Mas Akbar juga!
Suara klakson membuatku terhenyak, segera sadar dari perang batinku sendiri. Sepertinya Mas Akbar memang tidak sabaran sekali.
"Emh, aku balik dulu Mbak..." pamitku seraya berdiri. Aku berjalan pincang, kakiku tidak baik-baik saja akibat kecelakaan kecil semalam.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana besok pagi setelah bangun tidur. Bisa saja sekujur tubuhku sakit, kan?
"Mia, tunggu!" Seru Mbak Shanas.
Aku sudah hampir di ambang pintu ketika dia meraih lenganku yang tampak baik-baik saja.
Mbak Shanas menatapku ragu sementara aku penuh penasaran.
"A-aku hamil, Mia..."
🍂
Aku bahkan tidak bisa tidur setelah Bumi terlelap dalam keadaan kenyang. Tubuhku berbalik sana-sini, tidak nyaman.
"Tidur, Mia,"
Gumam suamiku. Aku masih belum akur dengannya. Tidak, maksudku kami masih saling diam. Aku yang malas bicara dan dia yang tidak tahu mau mulai dari mana.
Aku berbalik lagi, sekarang menghadapnya yang sedang memejamkan mata, tampaknya dia sangat letih. Heh! Letihan mana denganku yang dalam sehari ditimpa dua musibah berturut-turut?
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND WIFE (End)
Romance⚠️ BACA SELAGI LENGKAP 🚫 NO PLAGIAT-PLAGIAT CLUB ⚠️ REVISI TELAH SELESAI Awalnya semua baik-baik saja. Mia dan Adiknya menjalani kehidupan seperti biasa, menjajalkan kue buatan Ibunya di jalan besar bersama anak-anak dari kampungnya. Lalu kebakar...