27| Kabur

18.1K 1.5K 61
                                    

Mia memperhatikan Akbar dalam diam. Pria itu kelihatan terburu-buru berpakaian, sudah pasti sebentar lagi dia akan melengos pergi entah kemana.

"Badanku sakit, Mas..." Mia memijat bagian tubuhnya yang tadi terkena pot. Kalau saja tidak dalam suasana kalut, sudah pasti Mia menuntut lelaki bernama Ben itu untuk tunduk memohon maaf atas perbuatannya.

Mia baru saja pulih malah dibuatkan penyakit baru.

Akbar hanya menoleh sekilas, tidak menanggapi. Tubuhnya memang di rumah, tapi pikirannya jauh berkelana di luar sana. Memikirkan istrinya yang sedang terbaring lemah di rumah sakit seorang diri.

Akbar sangat takut Ben menemukan Shanas. Dia sangat-sangat tidak siap.

Mia nyaris menangis lagi karena Akbar sama sekali tidak memperhatikannya. Padahal, dia sudah menurunkan egonya untuk melupakan apapun yang sudah dia dengar. Akbar memang membuatnya bodoh, benar-benar bodoh.

"Mau kemana lagi?" Mia menghadang suaminya yang sudah bersiap membuka pintu dengan kunci mobil di tangannya.

Akbar menatap Mia dengan lelah. Pria itu memijat keningnya saking frustasinya.

"Minggir Mia,"

"Mau kemana!" Mia berteriak kesal, membuat Akbar tak sabar. Pria itu benar-benar muak dengan semua ini.

"Minggir..."

Mia bergeming, masih memperhatikan suaminya dengan perasaan berdarah-darah.

"Mia!" Akbar tidak main-main, lelaki itu segera menyingkirkan Mia dari hadapannya.

Mia cepat-cepat mengambil tangan Akbar, menahannya untuk tidak pergi.

"Kalau aku bilang jangan pergi, kamu masih tetap mau pergi?" Bisik Mia dengan suara parau. Nafasnya sudah memburu. Dalam hati dia sangat berharap Akbar mau menetap, barang sekali ini saja.

"Maaf," Akbar melepas cengkraman wanita itu di tangannya, lantas berlalu pergi.

Hanya sekejap, tubuh Mia luruh ke rantai. Dia tidak butuh waktu lama untuk mencerna banyak hal. Suaminya sudah kembali ke habitatnya. Akbar bukan lelaki yang dia kenal lagi.

Matanya menyorot penuh kesedihan ke arah pintu yang kini hampa disertai deru mobil meninggalkan pekarangan.

Air matanya jatuh, ini sakit sekali sungguh. Dia tidak mau ambil pusing, tapi Akbar sungguh luar biasa memainkan perannya.

"Awas aja kalau kamu nyari aku!"

***

Akbar mengucapkan terimakasih pada seorang pria tua yang beberapa hari ini menjadi langganannya ketika Shanas menginginkan rujak.

Akbar berharap Shanas sudah makan karena kali ini dia harus sedikit terlambat membawakan makan. Belum lagi wanita itu sangat tidak suka dengan makanan rumah sakit.

Sambil melirik jam, Akbar berdecak tak sabaran di tengah kemacetan. Hari sudah hampir berlalu ketika akhirnya dia tiba di rumah sakit.

Terburu-buru pria itu membawa kresek berisi dua bungkus gado-gado dan sekotak rujak pedas untuk istrinya.

Sesekali dia tersenyum pada perawat yang dilewatinya.

"Shanas?"

Alis tebalnya menaut, perasaannya langsung was-was mendapati kamar wanita itu kosong. Masih berpikiran positif, dia menunggu di tempat tidur.

Mungkin Shanas sedang di kamar mandi.

Akbar menghela napas, membuka nakas dan mencari piring kosong untuk menyalin makanan supaya Shanas bisa langsung makan. Pasti wanita itu sudah sangat lapar.

SECOND WIFE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang