25. Gone

30 4 0
                                    

10:38 p.m

"Arrhhhgg ya ampun capek bangett ngerjain tugass" keluh Alettha menutup laptopnya.

Alettha lalu beranjak dan membuat secangkir teh hangat serta coklat. Katanya sih coklat bisa bikin otak lebih fresh.

"Aletthaa!!" Teriak seseorang dari balik pintu apartemen.

Alettha berjalan gontai menuju pintu, membukakakan pintu bagi orang itu.

"Elis?!" Pekik Alettha saat mendapati ternyata sahabatnya yang mengetuk pintu.

"Lo harus cerita ke gue sekarang. Gue ngga terima penolakan, dan lo juga ngga ada alasan buat menghindar" ucap Elis mendesak.

Ya tuhann, kenapaa seorang Sylvia Alettha harus dipertemukan dengan Elis... batin Alettha menggerutu.

"Udahh cepetan ajak masuk, jan bengong aja lu" kata Elis merangsak masuk ke dalam apartemen Alettha.

"Wah gilaaa yaaa, apartemen lo gede banget. Ini yang kelas platinum pasti. Enak banget idup lu. Kalo gue jadi lu nih ya, gabakal tuh gue kangen kangen lagi sama Indonesia. Ditambah lagi punya penjaga yang gantengnya ngalahin Taehyoung BTS" cerocos Elis tanpa jeda sambil masih berjalan jalan mengelilingi apartemen Alettha.

"Malahan gue pengen pulang tau ga. Gimana pun juga gue gede di Indonesia" balas Alettha menutup pintu apartemen.

"Yaudalah kalo itu terserah lo. Yang pasti sekarang gue pengen jadii lo" teriak Elis di ujung kalimatnya.

"Tukeran posisi aja, gue jadi lo, lo jadi gue. Gimana?" Tawar Alettha.

Kalau dilihat lihat, Alettha memang hidup serba berkecukupan. Kamar mewah tipe Platinum dan dengan segala fasilitas mewah yang diberikan Ali pada Alettha.

"Yaudah ayok. Siapa sih yang mau nolak tawaran lo. Ditambah lagi ntar gue juga bisa deket deket sama mas Dewangga" canda Elis.

"Eh iya, udah deh jangan ngalihin pembicaraan mulu. Cepet ceritain ke gue, maksud kata kata lo kemarin"

"Oh my god, gue kan udah bilang. Gue bakal cerita ke lo dan semua orang di dunia ini, tapi ngga sekarang"

"Alah alesan mulu lo perasaan. Lo suka kan sama kak Dewangga, tapi lo malu dan akhirnya lo bilang kalo lo adeknya dia?"

"Gue ngga tau ya jalan pikiran lo Lis. Tapi terserah lo, apa yang lo persepsikan ke gue anggap aja benar. Tapi kalo suatu saat nanti lo tau kebenarannya, gue harap lo ngga akan pernah lagi ngungkit masalah ini"

"Yaudah ih tinggal bilang aja Al. Emang apa sih?"

"Gue akan bilang kali waktunya udah tepat. Dan gue-"

"Waktu yang tepat itu berapa hari? Berapa minggu? Berapa tahun?"

"El! Lo emang sahabat gue. Lo emang orang terdekat gue selama ini. Tapi bukan berarti gue bisa nyeritain semua kisah hidup gue ke lo"

"Lo kenapa sih Al? Kok jadi sensi gini?"

"Semua orang butuh privasi, begitupun juga gue. Dan lo juga harus ngehargain privasi gue. Lo juga pasti punya privasi kan? Lo tau kan gimana rasanya ada di posisi gue saat ini?"

"Apa sih Al, lo jadi ngaco kemana mana"

"Oke gue bakal cerita. Tapi setelah ini plis jangan deket deket gue. Anggap nggaa pernah ada apa apa diantara kita. Gue ya gue, dan lo ya elo"

"Hah? Maksud lo apa sih Al?"

"Kalo lo bilang gue suka sama Dewangga mungkin lo bener. Ta-"

"Tuhkan. Gue bilang juga apa, lo tuh suka sama De-"

The Perfect BekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang