Hujan yang sangat deras membuat Alettha harus menunda aktifitasnya untuk pulang ke rumah.
Sudah lebih dari 30 menit Alettha berdiri di emperan sebuah toko untuk menanti hujan reda.
Ia mengosok gosokkan kedua telapak tangannya untuk membuat sebuah hawa panas yang dapat menghangatkan tubuhnya.
Alettha mulai menggigil. Badannya terasa beku. Bahkan untuk bernapas pun rasanya sesak.
Sebuah jaket kemudian menutupi tubuhnya. Aroma parfum casablanca lalu menyeruak masuk ke organ pernapasan Alettha.
Membawa pikiran Alettha untuk terbang jauh ke beberapa bulan yang lalu. Saat ia di dekap oleh seorang pria yang beraroma sama dengan wangi parfum yang menempel di jaket tersebut.
Perlahan Alettha menengok. Mencoba memastikan bahwa apa yang dikatakan perasaannya itu salah.
Deg!
Jantung Alettha seakan berhenti berdetak. Darahnya membeku sejalan dengan udara dingin yang menembus kulitnya.
Laki laki itu tersenyum. Senyum yang sama saat mereka masih bersama. Senyum yang menyimpan banyak kenangan. Senyum yang menyimpan banyak kebahagiaan.
Dengan satu gerakan cepat Alettha mendekap orang itu. Meluapkan seluruh kerinduannya pada laki laki yang sangat berarti di hidupnya.
"Al" panggil pria itu dengan suara berat.
Alettha melepaskan pelukan. Menatap sosok pria yang baru saja ia dekap. Alettha mengusik banyak hal dari mata laki laki itu.Alettha...
Aku kangen banget Al sama kamu.Tangan besar pria itu langsung menarik tubuh Alettha ke dalam dekapannya. Ia tak peduli dengan apa yang akan ia katakan nanti. Yang penting sekarang adalah ia bisa kembali memeluk, membayarkan semua hutang rindu, membayar semua kesalahannya pada waktu itu.
"Maaf Al. Aku belum bisa tepatin janji aku untuk bahagiain kamu" ucap pria itu menahan tangisnya.
"Dewa stop! Jangan pernah lagi ungkit peristiwa itu. Aku udah mati matian usaha buat nglupain itu. Dan please. Jangan buat aku kembali luluh dengan keadaan.
Mata Dewa membulat. Ia terkejut dengan kata kata Alettha. Ia sangat takut jika suatu saat nanti dia benar benar akan dilupakan oleh seorang Sylvia Alettha karena kesalahannya sendiri.
"Wa, please jangan buat aku kembali ke masa itu. Sekarang kita udah lenyap, kita udah ngga ada. Aku ya aku. Dan kamu ya kamu. Kita beda. Kamu lebih suka meninggalkan. Sedangkan aku lebih suka mempertahankan. Jadi sampai kapanpun kita ngga akan pernah bersama Wa" ungkap Alettha.
Nafasnya memburu. Dadanya naik turun tak beraturan. Alettha sudah tak ingin lagi untuk kembali ke masa lalu itu. Ia hanya akan mengenangnya. Bukan mengulanginya.
Alettha terlalu takut untuk terluka. Tersakiti karna cinta yang ia buat sendiri.
Sedangkan Dewa memilih untuk diam. Ia tak mau Alettha semakin shok dengan penjelasan yang harusnya ia sampaikan pada Alettha.
Rasa rindu yang membuncah, ditambah lagi dengan deraian air mata gadis didepannya ini membuat Dewa semakin merasa bersalah. Tak seharusnya ia meninggalkan Alettha saat rasa cinta belum sepenuhnya memudar.
Kecewa. Mungkin ini yang pernah dirasakan Alettha saat ia dulu pergi meninggalkannya. Atau bahkan rasa kecewa itu berubah menjadi rasa sakit yang begitu menyiksa.
Dewa lalu berjalan pergi meninggalkan Alettha. Ia memilih untuk membiarkan Alettha bersiap dulu untuk pertemuan berikutnya. Mungkin Alettha masih labil dengan ketakutannya akan kehilangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bek
Fanfiction____________________________________________ Lingkungan yang tak seharusnya membuat diri Alettha menjadi sosok gadis yang tegar. Kehilangan sosok ibu karena bahtera rumah tangga yang tak dapat dipertahankan lagi membuat dirinya kesepian. Ia kehilang...