17. Satu Hari Terakhir

39 10 0
                                    

Ya, hari ini adalah hari terakhir Alettha berada di Bandung, esok ia harus sudah siap siap untuk keberangkatan menuju ke Madrid.

Berat rasanya meninggalkan kota Bandung dan seluruh elemen masyarakat di dalamnya, termasuk Indra.

Alettha selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah keputusan terbaik yang harus ia jalani. Ia harus bisa menggapai cita citanya. Jika sudah ia akan kembali ke Indonesia dan meneruskan kisah cintanya yang harus sempat terhenti.

Disini sudah ada Hanif, Febri, dan Indra yang sedang berkumpul untuk menikmati hari terakhir Alettha berada di Bandung.

Suasana tak semeriah biasanya. Canda dan tawa jarang terdengar dari ke empat makhluk ini. Mereka hanya menampilkan wajah sedih. Terlebih Indra, ia sangat terpukul dengan kepergian Alettha ke madrid untuk beberapa tahun yang pasti akan membuatnya kesepian.

Perlahan Alettha mendekati laki laki pujaan hatinya. Menggenggan tangan pria itu erat, hingga satu detik kemudian Indra membawa Alettha ke dalam pelukannya.

Tak dapat dibendung, air mata kemudian turun di pipi gadis cantik Alettha. Ia merasa hari ini benar benar menjadi hari terakhirnya bersama Indra. Karena bisa jadi ia dan Hanif akan menetap di Inggris untuk waktu yang lama. Sedangkan Indra terkait kontrak panjang dengan tim kota Bandung, terlebih ia juga sering mendapat panggilan untuk bermain membela tanah air.

Tak lama, Febri pun ikut mendekat dan berpelukan bersama dengan Indra dan Alettha.

"Semangat de!! Wujudin cita cita kamu. Buat Aa bangga" ujar Febri memberi semangat saat pelukan mereka telah terhenti.

"Bucinnyee" teriak Hanif berjalan dari arah dapur sembari membawa beberapa gelas es dan makanan ringan.

"Aa mahhh... Lagi meloow inii A" rengek Alettha menahan tawa dan tangis yang menjadi satu.

"Yauda, nih daripada sedih sedih mulu mending makan" ucap Hanif menawarkan makanan sekaligus mencairkan kembali suasana agar menjadi seperti biasa.

Tak terlalu canggung, tapi masih sungkan untuk saling mengeluarkan suara.

Hari ini benar benar menjadi hari yang berat untuk Alettha. Tapi bagaimana pun juga ia harus tetap meninggalkan Indonesia dan menempuh pendidikan di Madrid, tetap seperti keinginan almarhum ayahnya dulu.

Sedangkan Indra. Sangat berat untuk  melepaskan kekasihnya untuk pergi menempuh pendidikan nan jauh disana. Selain rasa rindu, juga pasti akan banyak rintangan yang mengganggu.

Tapi ia yakin, ia akan mampu mempertahankan perasaannya untuk Alettha sampai nanti perempuan itu kembali di hadapannya.

Dan ia juga yakin, bahwa Alettha juga pasti akan melaukan hal yang sama seperti yang akan ia lakukan.

"Nif, Alettha besok berangkat jam berapa? Gue ikut" ucap Bow memecah kebekuan.

"Jam 2" jawab Hanif singkat.

"Gue juga ikut A" balas Indra. Sedangkan Hanif hanya membalasnya dengan anggukan dan seringai kecil yang dipaksakan.

-

Hari sudah malam, sedangkan Alettha masih sibuk dengan ooper dan juga baju serta barang barang yang akan ia bawa ke Madrid esok hari.

Tiba tiba, sebuah peristiwa kembali muncul. Berderet seperti sebuah film yang menampilkan flashback kehidupan.

Dari awal ia bertemu, sampai ia sekarang sudah bisa menerima orang itu menjadi harapan baru.

Tapi sayang, besok ia harus merelakan waktu kebersamaan menjadi sebuah rentang jarak yang memisahkan.

The Perfect BekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang