Sudah 3 hari ini Dewangga menemani Alettha di Madrid. Baik Dewangga dan Alettha kini sama sama melupakan apa yang pernah terjadi di masa lalu dan mencoba menjalani kehidupan sekarang. Alettha bercerita dan Dewangga mendengarkan. Bukankah seperti itu juga hubungan Alettha dengan Hanif?
"Al, ada yang harus aku omongin sama kamu" ucap Dewangga sembari menggandeng tangan Alettha dan membawanya ke taman belakang apartemen.
"Kenapa kok serius gitu" balas Alettha bingung tapi juga tetap menurut apa yang dilakukan Dewangga.
Tak langsung menjawab, Dewangga malah mengajak Alettha duduk di salah satu bangku taman dan menatap gadis didepannya itu tajam namun penuh arti.
"Heh, kenapa? Ada apa? Masalah apa sih?" Cecar Alettha dengan segala pertanyaannya.
" I have to go to Indonesia today" jawab Dewangga dengan satu tarikan napas.
Tatapan matanya melunak, sedangkan mata Alettha seperti ingin copot dari tempatnya. Memangnya sudah berapa hari ini bersama Dewangga? Masih banyak hal yang ingin ia ceritakan, masih banyak masalah yang ingin ia selesaikan bersama Dewangga. Lalu kenapa laki laki itu bisa mengatakan hal demikian.
Seharusnya Dewangga tau akan kondisi Alettha. Tapi apa daya, ternyata waktu tetap berputar dengan cepatnya dan dengan paksa merenggut Dewangga dari sisi Alettha.
" Yes, I know, you still want to tell me many things. But it must be postponed first" terang Dewangga seakan tau arti tatapan Alettha.
"Tapi kenapa? Apa yang bakal kamu lakuin di Indonesia? Kerja? Apaa?!" Tanya Alettha sedikit dengan nada tinggi.
"Al, please listen to me. Aku ke Indonesia buat ketemu sama A Hanif"
"Aa? Mau ngomongin masalah ini? Please jangan dulu, gue belul siap Wa" rengek Alettha.
"Kamu liat aja nanti. Kamu hatus tetep disini, lanjutin kuliah dan jalani aktivitas kaya biasanya. Dan untuk beberapa masalah yang udah kamu ceritain ke aku, insyaallah aku bakal selesaiin itu satu satu" putus Dewangga yang langsung berdiri dan mengecup dahi Alettha.
Alettha hanya diam, tak lagi bisa berkata kata. Sebenarnya ia merasa senang karena dibantu, tapi disisi lain ia juga takut akan kemarahan A Hanif yang pasti akan terjadi.
-
"See you" teriak Dewangga dengan lambaian tangannya.
Mobil everest hitam yang ditumpangi Dewangga kemudian tak terlihat lagi dan membuat Alettha kembali was was dengan keadaan. Bagaimana tidak sebentar lagi, genderang perang akan ditabuh dan Alettha harus mempersiapkan diri.
Tak ingin lebih lama berdiri dan menatap jalanan kosong, Alettha lalu kembali ke kamar apartemennya dan bersiap untuk berangkat ke kampus.
-
"Hi, girl" teriak seseorang sambil menepuk pundak Alettha.
Alettha menengok dan mendapati seorang laki laki berdarah eropa dengan outfit khas anak sultan menatap Alettha lekat.
"Why?" Jawab Alettha ragu ragu, menepis tangan pria itu dari pundaknya.
" Oh sorry, I thought you were Alexandria" Jawab pria itu meminta maaf.
"Alexandria?" Tanya Alettha memastikan.
" Yes, Alexandria. Do you know him?"
" Yes, I know him. By the way, what do you have to do with her?"
" Do you know, he is attractive and also very rich. Who is the man who doesn't want Alexandria" balas pria itu yang lalu diikuti kekehan kecil dari teman temannya dan pergi begitu saja meninggalkan Alettha.
![](https://img.wattpad.com/cover/229879673-288-k697552.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bek
Fanfiction____________________________________________ Lingkungan yang tak seharusnya membuat diri Alettha menjadi sosok gadis yang tegar. Kehilangan sosok ibu karena bahtera rumah tangga yang tak dapat dipertahankan lagi membuat dirinya kesepian. Ia kehilang...