"Duduklah, kita selesaikan masalah ini baik baik" ujar Ali mempersilahkan Hanif untuk duduk di sofa.
"Saya harus memgurus kepindahan Alettha dan saya rasa masalah ini sudah selesai" tolak Hanif.
"Semuanya masih harus diselesaikan. Kita bisa membicarakan hal ini baik baik. Ayah tidak mau ada perpecahan di antara kalian. Ayah sangat menyayangi kalian semua. Alhanif, Alexandria, Alfeandra, juga Alettha. Ayah hanya ingin di sisa hidup ini, ayah bisa melihat kalian berempat hidup damai" tutur Ali menyampaikan keluh kesahnya.
"oke, anda menginginkan ketenangan dan kedamaian bukan? Dan satu satunya jalan untuk memcapai hal itu adalah kembali ke kehidupan semula. Saya bersama Alettha di Indonesia, dan anda bertiga tetap disini. Saya yakin, hal itu akan jauh lebih membahagiakan. Baik itu untuk anda dan juga kita berempat" kata Hanif sembari merampas kontak mobil yang sebelumnya ia taruh di atas meja.
"Ya, benar. Alexandria juga yakin itu adalah hal terbodoh dari yang paling bodoh. Tapi tetap, kita harus membicarakan ini. Kesepakatan antara aku, kau, ayah, Alettha, dan Alfeandra" tegas Alexandria.
"Temui ayah di restoran dekat taman nanti malam. Ajak juga kedua adikmu untuk ikut serta membicarakan masalah ini dan bagaimana baiknya" ucap Ali yang langsung melengos dan melenggang pergi meninggalkan Alexandria dan Hanif empat mata.
Lalu tanpa ada kata, Hanif pun ikut beranjak dan pergi meninggalkan Alexandria seorang diri.
"Apa dia pikir hanya Alettha yang pantas dibahagiakan? Dasar manusia bodoh. Aku menyesal mempunyai saudara laki laki seperti itu" gerutu Alexandria yang juga ikut beranjak keluar dari ruangan.
-
"Udah makan?" Tanya Indra yang masih terus merangkul Alettha sejak tadi.
Tak ada jawaban, Alettha hanya menggelengkan kepalanya. Semua masalah berkecamuk di pikiran Alettha. Dari mulai Alexandria, Dewangga, lalu kini ditambah lagi dengan adanya Hanif yang langsung turun tangan menyelesaikan masalah. Tapi sayangnya kedatangan Hanif bukan malah memperingan beban, justru hal ini akan menjadi perang tersendiri bagi Alettha.
Bagaimana tidak? Sekarang mau tak mau ia harus berpihak pada Hanif. Yang berarti ia juga harus bermusuhan dengan Dewangga. Sedangkan Alettha sudah berdamai dengan masa lalunya itu. Alettha sudah menganggap semua hal yang berkaitan dengan Dewangga dan Alexandria itu hanyalah masalah yang sudah ia kubur dalam dalam. Dan sekarang Alettha hanya ingin hidup tenang. Entah itu harus berdampingan dengan Ali dan juga Alexandria, atau hanya dengan Hanif dan kembali ke Indonesia.
"Cari makan yuk Al" ajak Indra kemudian, membuyarkan segala hal yang sedang berperang di pikiran Alettha.
Alettha tak menjawab, ia hanya menurut dan mengikuti kemana langkah kaki Indra mengajaknya.
"Alettha!" Pekik seseorang dari arah yang berlawanan.
Sontak, Alettha dan Indra lalu mendongak dan mendapati seorang wanita cantik dengan rambut sebahu tersenyum kanis ke arah mereka sambil masi melambaikan tangannya.
Siapa lagi jika bukan teman kuliahnya? Elis. Alettha menggerutu dalam hati. Kenapa ia selalu dipertemukan dengan wanita kepo ini?
"Temen kamu?" Tanya Indra berbisik sambil masih memperhatikan rupa wanita cantik itu yang kini telah berada tepat di depan Alettha dan juga Indra.
"Hey, kenalin. Aku Elis. Temen kuliahnya Alettha. Kamu?" Ucap Elis tanpa banyak basa basi langsung memperkenalkan diri pada Indra.
"Gue Indra, pacarnya Alettha. Lo orang Indonesia juga?" Jawab Indra membalas jabat tangan Elis.
"Oh kirain masih jomblo nih hahaha..." kata Elis. Mungkin memang hanya bercanda, tapi entah mengapa Alettha menjadi sangat geram dengan tingkah temannya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bek
Fanfiction____________________________________________ Lingkungan yang tak seharusnya membuat diri Alettha menjadi sosok gadis yang tegar. Kehilangan sosok ibu karena bahtera rumah tangga yang tak dapat dipertahankan lagi membuat dirinya kesepian. Ia kehilang...