6. Sick

72 16 1
                                    

Pertama yang Alettha rasakan adalah pusing. Bahkan untuk sekedar mengangkat kepalanya pun rasanya begitu berat.

Drtttt... Drtttt....

Dering telepon Alettha pun berbunyi. Ingin sekali Alettha meraih ponsel itu. Tapi sayang, rasa sakit yang mengandrungi tubuhnya lebih dominan.

Alettha mengepalkan tangannya keras. Mencoba mengumpulkan seluruh tenaganya untuk mengambil ponsel yang ia letakkan di atas lemari kecil di ujung kamar. Alettha melangkahkan kakinya perlahan.

Aaauu!

Pekik Alettha saat tubuhnya oleng. Tak putus asa. Alettha tetap berusaha mengambil ponsel itu meskipun nada getar sudah tak terdengar.

Akhirnya tangan Alettha pun berhasil menggapai ponsel itu. Alettha langsung mendudukkan dirinya di lantai sembari mengutak atik layar ponselnya.

Drtttt... Drtttt..

Dering ponselnya kembali terdengar. Dengan cekatan Alettha langsung menggeser tombol hijau tanpa melihat nama siapakah yang menelponnya.

"Halo de" suara berat pria di ujung sambungan telepon membuat Alettha sedikit lega.

"Halo A" balas Alettha menahan suara rintihan.

"Kenapa de? Kamu nangis?" Tanyanya khawatir.

"Ngga kok A. Cuma kecapekan aja mungkin" jawab Alettha dibuat dibuat.

"Kamu sakit? Nanti Aa suruh Bow ke rumah ya?" Tawar Hanif yang terdengar sangat khawatir.

"Ngga usah A. Alettha ngapapa kok. Cuma pusing biasa aja. Diminumin obat juga sembuh" ucap Alettha lirih menahan sakit yang semakin menjadi jadi di kepalanya.

"De? Beneran ngapapa?" Tanya Hanif lagi.

Alettha sudah tak bisa menjawab. Rasa sakit itu sudah tak bisa dilawan. Segera Alettha mematikan sambungan teleponnya dan melemparkannya ke sembarang tempat.

Rasa sakit ini lagi... Rintih Alettha di dalam hati.

"Aaaarrrggh" teriak Alettha menangis sembari menahan rasa sakit.

Kamarnya terus berputar. Buram, dan tak terlihat apa apa lagi

➿➿➿

Dengan cepat, Bow melajukan mobilnya di jalanan padat kota Bandung.

Saat mendengar kabar dari Hanif,pikirannya langsung terfokus pada gadis cantik yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Al! Alettha! Alettha!" Panggil Bow berteriak.

Tak ada jawaban, hening. Feelingnya semakin tak enak. Dengan berbagai pertimbangan, Bow lalu mendobrak pintu utama rumah Alettha.

Brak!

Engsel engsel pintu pun terlepas dari tempatnya. Bow langsung berlari naik ke lantai 2 rumah Alettha.

Bow membuka satu persatu ruangan yang ada di rumah itu. Sampai ia menemukan seseorang tergeletak lemas di lantai.

"Alettha" pekiknya sedikit berteriak. Dengan sigap, Bow membopong tubuh Alettha ke ranjangnya.

Karena pikirannya sedang kalut, Bow kemudian menelpon Indra untuk membantu dirinya membawa Alettha ke rumah sakit.

Beruntung, Indra sedang berada di rumah temannya yang bisa dibilang lumayan dekat dengan rumah Alettha.

Sesaat setelah Indra sampai di rumah Alettha, gadis cantik itu langsung dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil Bow.

The Perfect BekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang