3. Bow Birthday

111 20 6
                                    

Tibalah mereka berdua pada sebuah cafe yang terletak di pusat kota Bandung. Alettha hanya mengikuti sang kakak yang sudah berjalan memasuki cafe.

Sepi, hanya ada segelintir orang  yang singgah ke cafe ini. Sedangkan Hanif langsung berjalan ke meja kasir dan bertanya kepada pegawai yang berjaga.

"Mba, pesanan atas nama Febri?" Tanya Hanif kepada sang pelayan. Tanpa pikir panjang, sang pelayan langsung menunjukkan tangannya ke sebuah ruangan kaca di ujung cafe.

Hanif lalu mengangguk dan menghampiri ruangan itu, sesuatu yang aneh kemudian menghantui pikirannya. Hanif celingak celinguk, dan akhirnya ia menangkap sosok yang ia cari.

"Al" panggilnya. Alettha lalu memalingkan wajah dan berlari kecil menuju Hanif.

Hanif melingkarkan tangannya merangkul sang adik. Sedangkan Alettha masih bingung dengan apa yang akan terjadi.

"Mau ngapain sii A?" Tanya Alettha penasaran. Sedangkan Hanif hanya membalasnya dengan senyum.

"Hih" dengus Alettha kesal karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang kakak.

Perlahan Hanif menggeser pintu ruangan berkaca. Tampaklah beberapa pria yang sudah tak asing lagi dimatanya.

Salah satu pria itu mengulas senyum dan melemparkannya pada Alettha.

"Hay Al" panggil pria itu mendekat pada Hanif dan Alettha yang masih berdiri di ambang pintu.

"Hay A" jawab Alettha membalas jabat tangan laki laki itu yang bernama Febri Hariyadi.

"Sini, sama gue. Lu kan adek gue" canda Febri sembari mengajak Alettha pada segerombolan pria dan memperkenalkan mereka satu persatu.

"Lah nif, adek lo nempel bet dah sama Bow" ucap Zola, teman se-club Febri.

"Biasalah itu si Bow. Pen punya adik cewe belum kesampaian trus adek gue yang jadi sasaran" timpal Hanif meledek Febri yang biasa dipanggil Bow.

"Ini adek gue. Ye ga Al?" Tukas Bow melirik ke arah Alettha.

Alettha yang melihat perangai 2 pria karibnya yang beradu mulut ini pun hanya bisa tertawa miring.

Satu persatu tamu undangan hang out dalam rangka ulang tahun Bow pun datang. Dari mulai teman satu club hingga teman teman timnas.

Acara demi acara pun selesai. Sedangkan beberapa orang masih saja berkumpul untuk melepas rindu setelah libur panjang.

Bow yang tadinya berada di atas panggung pun kini telah berdiri di samping Alettha.

"Al, kenalin nih Indra" ucap Bow memperkenalkan pria disampingnya pada Alettha.

Alettha memicingkan mata, meneliti wajah seorang pria yang sedang dikenalkan padanya. Sepertinya ia kenal.

Sedangkan Indra mengembangkan senyumnya.

Perempuan ini... batin Indra berseri seri.

"Hm. Kita pernah kenalan?" Tanya Alettha memutus penasaran.

"Mungkin" ucap Indra dengan cengiran. Sebersit bayangan pun melintas di pikiran Alettha.

Timnas, ya timnas. Gumam Alettha dalam hati.

"Di Timnas?" Tanya mereka bebarengan. Seketika Hanif dan Bow melongo melihat kelakuan dua manusia yang mereka pikir baru saja berkenalan ternyata sudah lebih dulu saling mengenal.

Tawa pun pecah antara Alettha dan Indra. Mereka seperti memiliki kecocokan pikiran sejak awal mereka bertemu.

Dulu waktu mereka berkenalan. Mereka juga pernah sama sama menanyakan hal yang sama dalam waktu yang bersamaan.

The Perfect BekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang