"Bagaimana kehidupanmu di Indonesia nak? Apakah ibumu memberikan fasilitas yang cukup seperti yang ayah berikan? Apa ayah sambungmu menyanyangimu? Lalu bagaimana dengan kabar Hanif? Dia sekarang bekerja dimana?" Cecar Ali dengan serangan pertanyaannya.
"Kehidupan Alettha di Indonesia baik baik saja. Ayah tidak perlu khawatir. Bunda juga merawat Alettha dan Hanif sangat baik. Dan untuk ayah sambung Alettha, dia adalah sosok laki laki baik hati yang gagah dan juga bisa melindungi Alettha juga Hanif" ujar Alettha menjelaskan kehidupannya selama di Indonesia.
"Lalu kakakmu? Dia kerja apa? Apakah dia bisa menghidupimu disaat ibu dan ayah tirimu meninggal? Apa kakakmu pernah kasar denganmu?" Cecar Ali masih denga pertanyaan pertanyaan seputar Alettha dan Hanif.
"Ayah tenanglah, Hanif sekarang adalah seorang pesepakbola handal. Untuk kehidupan Alettha dan Hanif selama hampir 2 tahun ini sudah lebih dari cukup. Dan pendidikan Alettha bisa sampai ke Madrid ini juga karena Hanif. Dia sosok pria yang bertanggung jawab, bisa melindungi, dan sangat menyayangi Alettha" jelas Alettha dengan detail.
"Berapa bayaran dari pesepakbola Indonesia? Apakah itu benar benar bisa mencukupi kebutuhanmu? Kau tak bekerja kan nak?" Ucap Ali denga segala kekhawatirannya.
"Ayah, cukup. Alettha sudah bilang berkali kali kalau Hanif bisa mencukupi Alettha. Memang gaji Hanif tak ada apa apanya dibanding gaji ayah, tapi semua itu untuk Alettha sudah lebih dari cukup. Ayah juga tenang saja, Hanif tak akan mungkin memperbolehkan Alettha untuk bekerja sebelum Alettha sarjana" kata Alettha mulai kesal dengan pertanyaan pertanyaan dari ayahnya yang seakan menyepelekan dan menganggap Hanif tak mampu membiayai Alettha sepeninggal ayah dan bundanya.
"Benarkah itu?" Ucap Ali meyakinkan kebenaran yang disampaikan Alettha.
"Iya. Sekarang lebih baik ayah kembali ke rumah. Alettha akan bersiap untuk pindah apartemen besok" putus Alettha yang langsung mendapat anggukan dari sang ayah.
"Baiklah sayang, beristirahatlah. Esok biar Dewangga yang menjemputmu. Untuk barang barang biarkan karyawan ayah yang mengangkutnya" titah ayah menutup pintu apartemen untuk membiarkan Alettha beristirahat.
-
06:47 a.m
Alettha kini sedang mengemasi kembali barang barangnya untuk pindah ke apartemen elite milik ayahnya.
Tapi kemudian Alettha teringat akan Hanif. Ia belum mengabari Hanif tentang perpindahannya ke apartemen Gold Tunes. Alettha lalu bangkit dan mengambil ponselnya untuk mengabari Hanif tentang hal ini.
Stop, nanti dulu. Pikiran Alettha seolah berkata demikian. Ia takut dengan berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi jika ia menghubungi kakaknya sekarang.
Ya sudahlah, Alettha mungkin akan mengabarinya lain waktu saat nanti ia sudah siap dengan segala hal yang akan terjadi.
Namun tiba tiba dering ponsel Alettha membuat ia seketika menjadi bingung dan gugup. Haruskah ia menjawab telepon yang ternyata dari kakaknya ini? Padahal baru saja ia mengurungkan niat untuk menghubungi Hanif.
Alettha lalu menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan dan menggeser tombol hijau di ponselnya untuk berbincang dengan sang kakak.
"Assalamualaikum sayang"
"Waalaikumsalam A"
"Gimana disana? Udah dapet temen baru?"
"Alhamdulillah lancar A. Iya namanya Elis, dia juga dari Indonesia"
"Enak dong Al. Ehm, kemungkinan akhir bulan ini Aa bakal kesana sama Bow"
"Tumben sama A Bow? Ada acara apani?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bek
Fanfiction____________________________________________ Lingkungan yang tak seharusnya membuat diri Alettha menjadi sosok gadis yang tegar. Kehilangan sosok ibu karena bahtera rumah tangga yang tak dapat dipertahankan lagi membuat dirinya kesepian. Ia kehilang...