22. Berbaikan

30 7 0
                                    

05 : 13 a.m

Tak terasa 5 jam sudah Alletha tertidur lelap tanpa ada gangguan sedikitpun, termasuk dari tumpukan tugas tugasnya yang semalam diambil alih oleh Dewangga.

Hoammm!!

Alettha menguap dan mendapati dirinya sedang berada pada sebuah ruangan bernuasa khas Eropa dengan dinding berwarna gold yang memberikan kesan elegant pada ruangan itu.

"Dimana aku???" Batin Alletha saat sudah terjaga dari tidur pulasnya.

Decitan pintu membuat Alettha mengarahkan pandangannya ke sumber suara.

Seorang pria paruh baya dengan face yang mirip dengan sang kakak tercinta, ya dia adalah Ali.

"Good morning Al, apa kabar sayang??" Suara bulat sang ayah membuat Alettha sedikit kecewa. Entah mengapa ia eangat merindukan kakaknya saat ini. Ia merasa sedang terjadi apa apa dengan Hanif di Indonesia.

Tanpa menghiraukan ucapan sang ayah, Alettha langsung menanyakan hal hal terkait keberangkatan Dewangga ke Indonesia yang dilakukan dini hari ini.

"Apa Dewangga sudah berangkat ke Indonesia?" Tanya Alettha yang masih meninggalkan canggung untuk memanggil ayah kepada pria di depannya ini.

"Why baby? Kamu rindu?" Balas Ali dengan kekehan kecilnya.

No!!!. Alettha tak suka dengan candaan seperti ini. Ia sudah membuang jauh jauh rasa untuk Dewa, terlebih lagi sekarang Dewa adalah kakaknya.

Mood Alettha sekarang sudah berubah, ia menjadi sangat kesal dengan pernyataan ayahnya barusan. Menurut dia itu bukan hal yang pantas untuk dijadikan candaan.

"Saya ingin menyusul Dewangga, entah itu dengan ijin anda atau tidak" ketus Alettha beranjak ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

"Maaf jika ayah masih menjadi sebuah kesalahan untukmu. Ayah sudah berusaha menjadi yang terbaik, ayah juga sedang berusaha mengusahakan kebahagianmu. Tapi semuanya seakan tak berguna di kehidupanmu. Ayah pamit, lakukan apa yang kamu inginkan. Ayah sekarang hanya akan melihatmu. Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan untuk memberitahu ayah atau kakakmu" ucap Ali yang lanhsung beranjak pergi keluar dari kamar apartmen Alettha.

Apakah berdosa seorang anak mengatakan hal demikian kepada ayahnya? Tapi apakah bisa dibilanh dosa juga sang ayah meninggalkan anak dan istrinya sendiri, tanpa menafkahi sepeser pun?

Entahlah pikiran Alettha saat ini sedang tidak bisa dikondisikan. Ia sangat frustasi dengan permasalahan yang ada. Ia sangat ini kembali ke Indonesia. Menjalani hidup seperti biasanya dan tanpa mengetahu fakta sebenarnya yang tersimpan di Madrid.

Alettha sangat merindukan Hanif, Indra, Febri, dan banyak hal hal menarik yang selalu Alettha temukan di sana. Andaikan ia tau akan menjadi seperti ini, lebih baik Alettha tetap di Indonesia. Melanjutkan kuliah di UI atau mungkin juga di ITB. Lagipula dengan begitu ia bisa setiap saat bertemu dengan Indra.

Ah sudahlah, tidak isah terlalu dipikirkan. Masalah ini terlalu dewasa untuk dihadapi Alanza. Lebih baik ia menunggu saat dimana Hanif akan ke Madrid dan memintanya untuk membantu permasalahan yang ada. Mungkin resikonya ia akan dimarahi habis habisan oleh Hanif karena sudah mau diajak untuk tinggal ddi apartmen ini. Tapi tak apa, amarah Hanif pasti hanya sesaat dan setelah itu Hanif akan kembali menjadi biasanya. Sebagai sosok Hanif Sjahbandi yang Alettha kenal.

Lebih baik sekarang Alettha bergegas menemui Dewangga. Tapi sebentar...

Dimana keberadaan orang itu? Apakah ia benar benar sudah berangkat ke Indonesia? Jika memang sudah, tak mungkin Alettha akan menyusulnya sampai ke Bandung.

The Perfect BekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang