Hari ini Indra, Alettha, dan Hanif sudah kembali ke Bandung untuk melakukan rutinitasnya sebagai pemain sepakbola di sebuah klub profesional.
Di meja makan, tampaklah Hanif dan Alettha sedang menikmati sarapan sandwich kornet buatan bi Siti.
"De" panggil Hanif yang duduk bersebrangan dengan Alettha.
"Apa A?" Jawab Alettha.
"Ini uda setahun kamu vakum dari dunia pendidikan loh dek. Jadi tahun ini kamu mau lanjut kemana? Aa sii uda browsing browsing. Dan kalau pilihan Aa si kalau ngga di Madrid ya di Milan" tutur Hanif menjelaskan tentang universitas yang akan dipilih Alettha untuk melanjutkan cita citanya sebagai dokter.
Alettha diam, ia sibuk memikirkan tentang universitas yang akan dipilihnya.
Menu sarapan pun habis. Hanif dan Alettha lalu beranjak mencari laptop untuk mencari berita tentang universitas yang ada di Madrid atau pun Milan.
Hanif langsung sibuk mengutak atik laptopnya, mengetik sana sini hingga kemudian ia berteriak memanggil Alettha yang padahal hanya berjarak 1 meter.
"Apaan sii A?" Ucap Alettha kesal dengan suara yang dihasilkan kakak laki lakinya.
"Nih Aa uda nemu daftar universitas yang ada di madrid. Sama yang ini di Milan" balas Hanif menunjukkan layar laptopnya pada Alettha.
Tanpa aba aba, Alettha kemudian langsung duduk di sebelah kakaknya untuk melihat daftar universitas universitas itu.
Alettha mengeja satu persatu nama yang tertera di layar laptop kakaknya.
"Universidad Carlos III de Madrid, University Complutense of Madrid" ucap Alettha membacakan nama universitas di Madrid yang tertera di laptop.
Matanya kemudian turun dan mulai membaca universitas teratas yang berada di Milan.
"University of Milan, Polytechnic University of Milan" ucap Alettha lirih.
Lama Alettha diam. Sibuk meng-scroll layar laptop yang sedang menampilkan data data tentang universitas tersebut.
Suara bulat Hanif kemudian terdengar kembali. "Kalo menurut Aa sih ya de, bagusan ke madrid" ucapnya menunjuk gambar logo universitas yang dimaksud.
Alettha mengerutkan keningnya, berpikir keras dengan langkah berikutnya yang akan ia pilih.
Suara ketukan pintu membuat konsentrasi Alettha dan Hanif buyar. Segera Alettha bangkit dan berlarian kecil menuju pintu depan.
"Hay, sibuk ga Al?" Sapa seorang pria di sebrang pintu.
Senyum pun mengembang di bibir Alettha. Entah kenapa tiba tiba saja tenaganya seperti terisi ulang. Alettha mematung.
"Heh! Kok diem sih? Nih aku bawa martabak. Katanya kamu suka?" Ucap Indra kembali dengan memamerkan sekotak martabak telur kesukaannya.
"Eh iya ndra sini masuk dulu" ucap Alettha seraya menarik tangan Indra agar mengikutinya ke dalam rumah.
"Siapa de?" Tanya Hanif ketika Alettha sudah kembali duduk du sampingnya dengan membawa sekotak martabak telor.
Alettha tak menjawab, ia hanya mngarahkan matanya melirik ke arah seorang pria yabg sedang berjalan ke arah Hanif dan Alettha.
Senyum sinis kemudian terbentuk di wajah Hanif. Matanya langsung menatap Alettha dan Indra bergantian.
"Pergi ahh, nyamuk banyak nihh" ucap Hanif sambil mencoba beranjak meninggalkan Indr dan Alettha yang kian dekat.
"Aa mah" kesal Alettha sambil memukul lengan berotot kakaknya.
Hanif hanya tertawa renyah dan kembali duduk di samping Alettha.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bek
Фанфик____________________________________________ Lingkungan yang tak seharusnya membuat diri Alettha menjadi sosok gadis yang tegar. Kehilangan sosok ibu karena bahtera rumah tangga yang tak dapat dipertahankan lagi membuat dirinya kesepian. Ia kehilang...