14. Berhasil

44 8 2
                                    

"De, kamu beneran gapapa?" Ucap seorang pria jangkung berkulit putih yang masih sibuk mengemasi barang barang bawaannya.

"A. Percaya sama Alettha. Alettha gapapa. Alettha bakal tunjukkin ke Aa kalo Alettha itu udah bener bener move on dari dia. Dan Alettha janji Alettha bakal jadi Alettha yang baru. Alettha yang udah bisa membuka hati untuk pria di masa depan" jawab Alettha meyakinkan kakaknya.

Sebentar lagi Alettha akan melakukan perjalanan menuju Semarang. Ya, ada kemungkinan ia akan bertemu dengan Dewa. Tapi ia tak takut. Ia malah menantikan waktu itu. Waktu dimana ia akan membuktikan pada semua orang  yang mengkhawatirkan keadaannya iti salah.

Kali ini Alettha tak hanya dengan kakaknya. Ia juga bersama denga laki lalu penyemangatnya. Entah darimana. Alettha selalu merasa nyaman saat berada di sisi lelaki itu. Perlahan, Alettha mulai bisa membuka hatinya. Dan seiring dengan waktu berjalan, Alettha semakin yakin bahwa lelaki di masa depannya adalah dia. Seorang Indra Mustafa.

Entahlah, tapi itu yang Alettha harapkan. Mungkin memang Alettha sudah bisa melupakan Dewa. Dan ini adalah hal yang membahagiakan. Akhirnya ia bisa lepas dari jeratan masa lalu yang menghantui dirinya untuk melanjutkan langkah ke masa depan.

"De" panggil Hanif sembari duduk di ranjang sebelah Alettha.

Gadis itu menengok ke arah kakaknya. Memandangnya lembut. Alettha mengulas sebuah senyum. Membiarkan dirinya berjalan sesuai keinginannya.

"Kamu kenapa? Keinget dia lagi?" Ucap Hanif lirih sambil merangkul Alettha.

Alettha tak menjawab. Ia hanya terus memandangi wajah tampan kakaknya yang semakin menua. Alettha merasa bahagia bisa mendapatkan seorang kakak laki laki seperti Hanif Sjahbandi.

"De, dengerin Aa. Aa sayang sama kamu. Kamu harus lupain dia. Tanpa dia kamu bisa. Tanpa dia hidup kamu bakal lebih bahagia de. Bukannya Aa maksa kamu. Tapi Aa cuma pengen lihat adek kesayangan Aa ini bahagia. Karena bahagia kamu itu juga bahagia Aa" sambung Hanif berceramah.

Alettha tersenyum getir. Ia geli dengan apa yang dikatakan kakaknya tentang ia belum bisa melupakan masa lalunya yang menyakitkan. Padahal Alettha diam karena ia puas dengan pencapaiannya tentang melupakan seorang Alfeandra Dewangga.

"Kok ketawa gitu si? Aa tuh beneran khawatir sama kamu" ucap Hanif bingung dengan perangai adiknya.

"A udah. Alettha gapapa. Malahan Alettha itu puas sama diri Alettha sendiri yang udah mulai bisa nglupain dia A. Jadi Aa ngga perlu lagi khawatir sama Alettha" tukas Alettha meyakinkan.

Mendegar keyakinan adiknya, Hanif pun luluh. Lengkungan bibir pun tercipta dari kakak beradik ini. Memang tak seharusnya ia terlalu khawatir dengan Alettha. Karena ia sendiri juga tau, bahwa Alettha adalah gadis yang kuat. Gadis yang tegar.

"Yauda A. Beres beres lagi hayu. Jam 4 kita uda harus sampe di bandara" ajak Alettha yang langsung bediri dan mulai mengemasi batang barangnya ke koper.

-

"Hayu ndra" ajak Alettha menatap Indra yang masih sibuk dengan koper bawaannya.

Setelah memasukkan barang serta kopernya ke bagasi belakang, Indra pun segera menyusul Hanif dan Alettha yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil.

Perjalanan antara rumah dengan bandara bisa dibilang lumayan jauh. Kira kira membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk menembus jalanan padat kota Bandung.

Karena bosan, Alettha langsung menyambungkan bluetooth handphonenya dengan speaker yang terpasang di dalam mobil lalu menyalakan musik.

🎤🎼

Disaat ku tertatih
Tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini

The Perfect BekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang