26. Hanif?!

20 4 0
                                        

"Good morning Alettha!" Sapa salah satu teman seangkatannya.

"Good morning too, gracias" balas Alettha dengan senyum sumringahnya.

Sesaat setelah Alettha memasuki kelas, mood nya tiba tiba hilang. Emosi yang tadinya sudah redam kini kembali muncul di permukaan. Wajah yang seharusnya tak lagi menampakkan diri, kini malah terlihat jelas, sangat sangat jelas sedang tersenyum ke arahnya tanpa ada sedikitpun rasa bersalah. Entah apa yang ada dipikiran wanita itu sekarang.

"Alettha" sapa wanita itu halus disertai dengan senyum, entah itu tulus atau palsu ia tak tau.

Alettha sama sekali tidak menggubris wanita itu. Ya, dia adalah wanita yang sama, wanita yang selalu ingin tau tentang privasi sesorang, wanita yang tak pernah mau disalahkan, dan wanita yang menyimpulkan sesuatu dari sudut pandangnya sendiri tanpa mau tau apa yang sebenarnya terjadi.

Selama pembelajaran dimulai hingga selesai, Elis tak henti hentinya memanggil Alettha, melemparinya sepucuk kertas dengan tulisan 'maaf' dan masih banyak lagi cara yang ia lakukan untuk membujuk Alettha.

"Alettha!" panggil Elis kemudian dengan suara lantang, beberapa saat setelah dosen keluar kelas.

Sontak satu kelas pun menengok ke arah Alettha dan Elis. Masih tak ingin menggubris Elis, Alettha kemudian beranjak dan berjalan meninggalkan kelas untuk makan di cafetaria kampus.

Pikiran Alettha melayang pada kejadian kemarin, dimana pada akhirnya ia menceritakan semua hal pada Elis yang padahal seharusnya tak ia ceritakan. Apalah yang sedang Alettha pikirkan saat itu sampai sampai rahasia besar itu bisa bocor? Huh.

Dering telpon Alettha membuyarkan semuanya. Dengan gegas ia mencari benda persegi itu didalam tasnya dan segera menjawab panggilan tersebut.

"Assalamualaikum cantik"

"Waalaikumsalam, kenapa? Tumben nih pagi pagi telfon?"

"Disini udah malem Al"

"Eh iya yauda aku ralat. Tumben malem malem telfon, kenapa?"

"Terserang penyakit dadakan nih, haha"

"Rindu? Bisa aja ih"

"Dih, pede banget kamu tuh. Emang penyakit dadakan cuma rindu? Kan waktu itu aku cuma bilang salah satunya rindu"

"Yaudah deh iya, nurut aku mah"

"Ya harus nurut dong, gimana kamu udah makan?"

"Udah"

"Udah mandi?"

"Udah"

"Udah di kampus?"

"Udah"

"Udah sayang sama aku belum?"

"Yahh jebakan, untuk aku masih konsetrasi yakan, hahaha"

"Iya deh iya, cewekku mah gabisa diajak romantis gitu"

"Emang gabisa romantis akutuh ndra"

"Iya percayaa"

"Kamu udah makan belum?"

"Yah ditanyain balik"

"Ih, dijawab atuh indra mah"

"Iya nih dijawab. Lapor untuk komandan Sylvia Alettha yang paling cantik di dunia ini. Saya selaku pacar dari komandan ingin memberikan laporan bahwasanya saya sudah makan, sudah mandi, dan tentunya sudah mencintaimu. Laporan selesai"

The Perfect BekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang