"Morning Alettha" sapa seorang pria ber-hoodie biru.
"Morning ndra" jawab Alettha mengulas sebuah senyum.
"Lagi masak ya? Aku bantin boleh?" Tanyanya menawarkan diri kepada Alettha yang sedang memasak sop kesukaan Hanif.
"Memangnya ngga ngrepotin? Orang udah cakep cakep dandan kok malah ikut ikut masak sih" ujar Alettha meyakinkan pria didepannya.
"Uda gapapa Al. Itung itung belajat masak" balas Indra yang diikuti tawa dari Alettha.
"Yauda ini, kamu pake celemek aja. Takutnya ntar malah kotor" ucap Alettha sembari memasangkan celemek di badan Indra lalu mengikatkan talinya.
"Kamu ngga pake?" Tanya Indra yang melihat Alettha tak menggunakan celemek sama dengan dirinya.
"Ngga usah. Lagian juga belum mandi. Biar sekalian kotor" jawab Alettha santai.
"Tapi Al itu ka-" ucap Indra terpotong dengan menempelnya telunjuk Alettha di bibirnya.
"Jadi masak ga ni?" Tanya Alettha.
"Hayu neng" balas Indra mulai mengambil pisau dan talenan.
Indra mulai memotong motong wortel, bawang putih, bawang merah, kentang, dan kol.
Tiba tiba saja matanya terasa pedih saat memotong bawang dan membuat Indra seketika terdiam.
Tak lama kemudian ia langsung gelagapan mencari keberadaan wastafel yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Membuka keran airnya dan membasuh matanya yang sangat perih.
Melihat Indra yang sudah berdiri di dekat wastafel dengan keadaan baju yang basah, Alettha pun memdekat dan menanyakan apa yang terjadi pada Indra.
"Kenapa ndra?" Tanya Alettha.
"Gatau nih. Tiba tiba mataku perih banget" jawab Indra sambil masih mengusap usapkan matanya dengan air.
"Kok bisa sih? Sini coba aku liat" ucap Alettha sembari menyeret kursi untuk Indra duduk.
"Yang mana yang perih?" Tanya Alettha mulai khawatir.
"Dua duanya Al" jawab Indra yang masih belum bisa membuka matanya.
Perlahan Alettha membuka kelopak mata Indra. Melihat apakah sebab Indra merasakan perih di matanya.
Tapi nihil. Tak ada apa apa di mata temannya itu. Sebersit bayangan pun mrlintas di benak Alettha. Ia menjadi teringat akan waktu dimana dulu Hanif juga merasakan hal yang sama saat membantunya memasak di dapur.
Saat itu tiba tiba saja Hanif berteriak keras karena merasakan hal aneh pada matanya. Hingga beberapa menit setelah itu mereka baru menyadari bahwa rasa perih itu dihasilkan dari bawang merah yang sedang dipotong oleh Hanif.
"Em, kamu tadi baru motong apa?" Tanya Alettha untuk memastikan bahwa kejadian Hanif yang dulu itu sedang terulang lagi pada Indra.
"Lagi motong bawang merah" jawab Indra sambil masih menjajal membuka kedua matanya yang sudah sedikit sembuh.
Tawa Alettha kemudian meledak saat menyimpulkan bahwa Indra hanya menanggis karena bawang merah yang sedang di potongnya.
"Apaan sih Al?" Ucap Indra kesal.
Tanpa pikir panjang Alettha kemudian mengambil air keran dan menadahkannya ditangan.
Mengelap mata Indra yang pedih karena memotong bawang merah. "Gimana? Enakkan?" Tanya Alettha setelah itu.
"Iya udah mendingan" jawab Indra dengan sigap berdiri dan kembali mengambil pisaunya.
"Eh uda udah gausa. Nanti kamu yang masak aja. Biar aku yang motong" tahan Alettha.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bek
Fanfiction____________________________________________ Lingkungan yang tak seharusnya membuat diri Alettha menjadi sosok gadis yang tegar. Kehilangan sosok ibu karena bahtera rumah tangga yang tak dapat dipertahankan lagi membuat dirinya kesepian. Ia kehilang...