2. Pulih

95 20 0
                                    

Hari ini adalah hari kepulangan Alettha ke rumah setelah seminggu ia menyendiri bersama sang kakak di villa pengunungan.

Pikirannya sedikit tenang, perlahan ia telah mengikhlaskan apa yang sudah tuhan lepaskan dari hidupnya.

Sifat periangnya sudah mulai kembali. Senyuman manis yang sempat lenyap kini sudah terukir di wajah cantik Alettha.

Mungkin akhirnya Alettha sadar, bahwa yang di dunia ini semuanya itu semu. Terlalu mencintai, sampai akhirnya terluka sendiri.

Ya itulah cinta. Cinta terkadang kejam. Terkadang juga membahagiakan. Tergantung cara seseorang menyikapinya.

Mobil yang mereka kendarai kemudian berhenti di lampu merah. Hanif menatap Alettha lekat. Ia merasa bahagia karena kini penyemangat hidupnya kembali.

Adik tersayangnya sudah bisa tersenyum setelah sekian lama guratan kebahagiaan itu tak muncul.

Tin tin...

Suara klakson mobil bersahut sahutan membuat Hanif tersadar dari lamunannya. Hanif membenarkan posisi duduknya dan mulai menginjak gas untuk kembali melaju di jalanan kota Bandung yang cukup ramai.

Suara indah Alettha pun terdengar saat ia menyanyikan sebuah lagu yang terputar di dalam mobil.

🎵
I like your eyes you look away when pretend not to care
I like the dimples on the corners of the smile that you wear
I like you more the world may know but don't be scared
Coz I'm feeling deeper baby be prepared
I like your shirt, I like your fingers love the way that you smell
To be your favorite jacket, just so I could always be near
I loved you for so long, sometimes is hard to bear
But after all this time, I hope you wait and see
🎵

Senyum Hanif mengembang. Hatinya sangat bahagia ketika melihat adiknya, Alettha menyanyikan sebuah lagu dengan gembira.

Sedangkan Alettha merasa lega karena bisa menuangkan seluruh emosinya pada lagu bertempo cepat itu.

Perlahan tapi pasti, Alettha kembali menjadi dirinya yang dulu. Alettha yang selalu ceria. Alettha yang cerewet dan suka ngomong unfaedah.

-

Setelah berjalan tanpa henti, mobil avanza yang dikendarai Hanif dan Alettha akhirnya sampai pada rumah tingkat bercat biru yang tak terlalu besar.

Dengan langkah kaki girang, Alettha berlarian kecil menuju ke rumah untuk segera merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang sudah seminggu ini ia tinggal.

Cklek!

Suara pintu dibuka membuat pikiran Alettha langsung terfokus pada ruangan dengan pintu yang dihiasi foto foto keluarga yang sempat terbadikan dengan kamera.

Alettha membuka pintunya perlahan. Aroma parfum ocean yang menjadi ciri khasnya pun menyeruak mengisi relung udara di paru parunya.

Tampak sedikit berdebu. Dengan sigap Alettha mengambil kemoceng dan membersihkan barang barangnya dari debu yang menempel.

Tak butuh waktu lama untuk membereskannya. Hingga setelah semuanya bersih kinclong. Alettha langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk dengan seprai berwarna hijau senada dengan beberapa barang serta cat di kamarnya.

Sedangkan Hanif sedang sibuk menurun nurunkan koper yang masih berada di bagasi mobil. Waktu dan uang yang ia relakan tak berakhir sia sia. Kini adik perempuan yang sangat ia sayangi  sudah kembali tersenyum. Semenjak rumah tangga ayah dan ibubya berantakan, ia lah yang bertanggung jawab atas segala hal menyangkut Alettha.

The Perfect BekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang