🤸🤸🤸
Sekarang tanggal 24, bulan depan sebentar lagi. Karl harus mempersiapkan dirinya.
***
"Lu gak ada niatan buat temenan gitu sama dia? Gw denger lu sekelompok sama dia pas tugas Pak Bad kemaren."
Sapnap termenung mendengar kata-kata temannya, Quackity, barusan. Sebenarnya dia ingin bersahabat dengan siapa saja, tapi gengsinya terlalu tinggi sejak bermain dengan Dream, George dan Techno. Dia jadi menganggap anak culun dan kutu buku itu memang pantas tidak punya teman.
Pemuda itu mengangkat bahunya singkat. "Mungkin nanti." Lalu melanjutkan makan siangnya.
Mereka sudah pulang sekolah, dan Quackity mengajak Sapnap untuk makan di warung soto ayam dekat sekolah. Katanya, ibu penjual soto sudah mengenal dekat Quackity, dan yang paling penting mereka akan dapat diskon.
"By the way, lu ikut acara kemah?" Tanya cowok Yang sering dipanggil Big Q itu.
"Ikut," balas Sapnap.
"Gw enggak."
"Kenapa?"
"Gak ada duit."
"Yaahh, padahal gw mau sekelompok sama lu." Sesal Sapnap.
"Sekelompok ngapain?" Quackity menambahkan sambal ke dalam mangkoknya.
"Kata kepala sekolah bakal ada games berkelompok gitu nanti, dan satu kelompok isinya lima orang. Anggotanya gapapa beda kelas."
Quackity mengerutkan dahinya. "Jadi kalo gw ikut lu bakal masukin gw ke gengnya Dream yang kerjaannya bully sana sini?"
Sapnap mengangguk polos.
"Idih. Auto rusak nama gw sebagai anak emas guru." Ketus Quackity.
"Dasar caper." Sapnap memasang wajah pura-pura muntah.
Sambil menghabiskan sotonya, Sapnap masih berpikir siapa yang akan dia masukkan ke dalam kelompoknya nanti. Masalahnya, teman-temannya yang lain sudah setuju kalau Sapnap akan mengajak Quackity ke dalam kelompok mereka.
Seharusnya Sapnap tahu Quackity gak pernah punya uang.
Satu orang muncul dalam kepalanya. Karl, haha, mungkin menambahkan orang seperti Karl tidak ada salahnya. Karl akan menurutinya, tinggal ancam dia, anak itu akan mau masuk ke dalam kelompoknya.
Dream dkk juga tidak akan protes, mereka malah akan senang Sapnap membawakan mereka mainan. Dan mungkin, Quackity ada benarnya, sudah cukup dia menindas anak tidak bersalah, Sapnap akan memintanya untuk berteman saat kemah nanti. Entah apa yang akan Karl katakan, setidaknya Sapnap sudah mencoba.
***
Setelah beberapa hari, acara itu pun datang.
Karl menggenggam erat ranselnya, bersiap naik ke bus pariwisata yang disewa sekolah. Tasnya terasa begitu berat setelah Karl membiarkan ibunya memilih barang bawaan.
Karl memasuki bus kelasnya, sangat ramai. Beberapa orang masih berdiri membereskan bawaan masing-masing.
Dari belakang bus, samar-samar Karl mendengar percakapan teman sekelasnya, Niki dan Minx.
KAMU SEDANG MEMBACA
DreamSMP digoyang
Fanfictionnote: aku kasih rating dewasa karena mengandung kata kasar dan adegan kekerasan Fanfiction dreamsmp in bahasa Indonesia! Cerpen, kalo mau request silakan (◍•ᴗ•◍)❤