George senang ⚆◡⚆ (pt. 3)

589 98 76
                                    

kangen sekolah gak?

baca bab sebelumnya untuk melanjutkan oke

***

Langit sudah mulai gelap, sedangkan George masih duduk di motor abang ojol ini. Agak mendung pula, dia berharap hujan gak turun sebelum dia sampai rumah.

Setelah melewati toko cat, ojol yang George naiki akhirnya berbelok ke gang perumahannya. Kakinya terasa pegal, mana besok dia harus lomba.

Motor itu berhenti tepat di depan pagar rumah George. Dengan hati-hati cowok tinggi itu turun sambil menahan sakit di bagian tumit.

George mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikan nya ke abang ojol. "Makasih ya pak,"

"Sama-sama mas," bapak itu memutar arah lalu pergi menjauh.

George memasuki pekarangan rumahnya, terlihat beberapa tanaman hias yang ibunya rawat. Ia membuka pintu utama lalu langsung pergi ke kamarnya. Pikiran George hanya dipenuhi oleh rebahan sejak masih di sekolah tadi.

Dia mengambil handuk lalu bergegas mandi. Setelah mandi, George membaringkan tubuhnya di atas ranjang singel bed yang sebenarnya gak seempuk punya orang kaya.

Hari ini hari yang cukup berat buat cowok itu. Pacarnya, Zainab, yang dia gebet satu semester dan akhirnya jadian, mutusin dia secara sepihak.

"Aku liat kamu pegang tangan temennya temen kamu,"

"Zainab denger, aku cinta sama kamu, aku gak akan–"

"Dari awal aku dah gak suka ya kamu temenan sama Dream. Sekarang bener kan, kamu selingkuh sama si Y/n!"

"Sayang denger dulu..."

"Gak usah panggil aku sayang lagi! Kita putus!"

George menutupi wajahnya dengan bantal. Hatinya sakit bahkan hanya untuk mengingat kejadian pulang sekolah tadi. George mungkin gak akan mau latihan kalau Dream tidak menemaninya tadi.

Dia gak selingkuh, gak akan.

George cinta sama Zainab, apa kalimat itu kurang jelas?

Saat sedang memikirkan bagai mana nasibnya saat lomba nanti, nada dering di ponselnya berbunyi, dengan malas George mengangkatnya tanpa melihat siapa nama penelepon.

"Mama?"

"Iya sayang."

George membuang napasnya, itu bukan mamanya, itu Dream. "Kenapa?"

"Masih?"

George mengerti apa yang dikatakan Dream, sahabatnya itu pasti menanyakan suasana hatinya apakah masih galau atau enggak.

"Enggak kok, udah enggak."

"Boong, gw tau dari suara lu, pasti masih mikirin dia kan?" balas Dream.

"Tuh tau ngapa nanya,"

"George denger, masih banyak, cewek yang lebih baik dari dia. Lu gak perlu jadi bucin gini."

"Gw gak bucin," sangkal George.

"Heleh,"

Keadaan hening sejenak. George mencoba mencerna perkataan Dream, iya sih dia tidak bokeh jadi budak cinta begini. Besok dia harus tanding, dia tidak boleh mengecewakan pelatihnya cuma gara-gara diputusin cewek dan konsentrasinya jadi pecah.

"George,.. Gimana kalo kita main Minecraft? PC lu belom meninggal kan?" Dream mencoba mengalihkan pikirannya.

"Belom lah."

DreamSMP digoyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang