Quackity memandangi lilin yang berdiri di atas meja kerjanya. Ruangan ini sunyi, tetapi lilin itu seakan memecahnya dengan percikan api yang pantang padam. Quackity mulai berpikir apa lilin itu benar-benar peduli dengannya yang benci kesunyian, atau hanya takut fungsinya terlupakan.
Tangannya bahkan masih menggenggam sehelai kertas kusam. Kertas yang bahkan sudah berumur setahun, setahun pula Quackity memulai kebiasaannya untuk membaca tulisan yang tertulis di atas kertas itu.
Setiap ia membaca huruf-huruf berantakan itu, suaranya yang riang terdengar, bercampur suara lava mendidih di belakangnya.
Tatapannya kosong, memperhatikan ke luar jendela yang dipenuhi pantulan cahaya kota kasino yang ia buat sendiri. Kemewahan dan kemegahan ini masih terasa begitu salah di hatinya.
Akhirnya ia melepas kertas itu lantas mengambil gelasnya. Aroma kuat whisky menyebar luas dari mulut, tenggorokan sampai hidungnya.
Pria dengan luka di mata kirinya itu melipat kembali surat yang temannya itu tulis, lalu memasukannya ke dalam laci mejanya. Menguncinya rapat-rapat, tidak ingin siapa pun bawa jauh-jauh dari jangkauannya.
Quackity kembali meneguk whisky-nya setelah mendengar lava seakan ada di belakang daun telinganya. Alex benci lava. Alex benci saat dia sadar dia bukan benci, tapi takut.
"Slime, aku belum puas mengajarimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DreamSMP digoyang
Fanfictionnote: aku kasih rating dewasa karena mengandung kata kasar dan adegan kekerasan Fanfiction dreamsmp in bahasa Indonesia! Cerpen, kalo mau request silakan (◍•ᴗ•◍)❤