Pelangi Kala Senja - Sapnap

371 42 8
                                    

Kisah George dan Zainab. Iya, dia tahu itu. George adalah salah satu teman dekatnya di sekolah. Dia mungkin tidak terlalu menganggap cerita pasangan itu serius, dia sudah sering melihatnya di serial cinta di TV.

Namun Sapnap punya kisahnya sendiri. Dia suka langit mendung di sore hari. Sejuk, menenangkan, juga angin yang membelai wajahnya lembut. Sapnap mengikuti ekstrakurikuler bahasa asing di hari Jum'at, dan membuatnya kadang harus pulang terlambat. Tapi dia tidak memikirkan itu, terlebih saat cuaca sering gelap.

Seperti hari itu, latihan listening selesai sekitar setengah lima sore, Sapnap memilih untuk duduk di salah satu kursi kantin. Langit terlihat abu-abu, persis seperti yang Sapnap suka. Mereka belum tutup, tapi Sapnap tidak memesan apa-apa karena uangnya habis untuk traktir Dream mi ayam tadi siang. Katanya Dream lupa bawa uang, entahlah Sapnap tidak terlalu peduli.

Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat beberapa pesan dari grup kelas dan teman-temannya. Sapnap tidak berniat ikut dalam percakapan. Dia hanya mencari ketenangan di sini, kantin yang sepi adalah hal yang ia suka.

Cowok itu memerhatikan para penjaga kantin yang mulai membereskan barang-barang mereka. Mungkin beberapa menit lagi, atau menunggu satpam menegurnya. Sapnap tidak ingin pergi dari sana.

Mendengarkan beberapa lagu dan soal listening, Sapnap mengeluarkan topi dari dalam tasnya. Langit semakin gelap, dan mungkin ibunya juga akan semakin khawatir. Akhirnya, Sapnap kembali memakai tas ranselnya lalu berjalan ke luar kantin.

Dia tersenyum kepada bu kantin di sana, sampai-sampai tidak melihat seseorang berlari ke arahnya. Orang itu menghalangi langkah Sapnap karena berdiri tepat di depan tubuhnya.

"Bu, tadi pagi aku pesen milo tiga. Inget gak?" katanya, bahkan napasnya belum teratur.

Bu kantin memerhatikan wajah perempuan itu, lalu tersenyum. "Ohh iya. Saya inget." Perempuan yang belum terlalu tua itu berjalan ke meja yang ada di belakangnya. "Untung kamu pesen, kalo gak udah kehabisan."

Saat itu, Sapnap tidak bergerak sama sekali. Rambutnya pendek, bandana hitam, tas wanita berwarna cokelat pastel. Dia tinggi, hampir menyamai tinggi badan Sapnap. Sepatunya putih dengan bercak tanah. Sapnap ingat dia tidak mencium bau parfum. Dan Sapnap juga yakin kalau rok perempuan tidak seharusnya menyentuh lantai. Walaupun tinggi, karena roknya yang kepanjangan membuatnya terlihat imut bagi Sapnap.

Hujan turun tiba-tiba. Sapnap tidak berpikir panjang waktu itu, dia langsung berdoa hujan itu turun deras. Mereka terjebak di sana, tidak berduaan karena masih ada ibu kantin. Mereka mengobrol, mungkin tidak lama. Karena Tuhan mengabulkan doa Sapnap, tetapi membuat hujan itu turun lebih singkat.

Sapnap tidak ingat nama perempuan itu. Dia tidak ingin mengingatnya. Karena tidak ingin membuatnya terganggu dan merasa tidak nyaman, cowok itu tidak menawarkan nomor telepon sama sekali. Mereka hanya berbincang ringan dengan ibu kantin sore itu.

Yang paling Sapnap suka dari dia adalah cara dia berbicara. Lembut, seperti tiupan angin sebelum gerimis.

Setelah pertemuan itu, Sapnap sering duduk di depan kantin penjual susu cokelat yang waktu itu dia beli. Dan benar, perempuan itu kembali keesokan harinya untuk membeli susu yang sama. Lalu hari berikutnya, lalu hari berikutnya. Sapnap tidak membeli apa-apa di sana, hanya duduk di kursi depan untuk melihat perempuan itu membeli susu cokelat kesukaannya. Dia pintar membungkus semua ini dengan rapi, sampai tidak ada satu temannya yang tahu kalau dia sedang jatuh hati.

Sampai hari itu datang. Tidak ada lagi si gadis bandana yang membeli susu kesukaannya, Sapnap tidak mau ambil pusing, dia menganggap perempuan itu tidak masuk. Namun cowok sudah duduk di sana selama satu bulan, satu bulan tanpa melihat dia membeli susu.

Tidak ada kabar. Karena Sapnap tidak mau mengganggu privasinya dia bahkan tidak mau mencari tahu perempuan itu menduduki kelas berapa. Dia menghilang begitu saja.

Sapnap ingin melupakan tentang semua itu, tetapi melupakan hal indah tidak semudah jatuh cinta. Sapnap benci saat perasaannya berubah lemah seperti ini. Dia tahu dia jatuh sedikit terlalu dalam, hanya karena pertemuan singkat kala senja.

DreamSMP digoyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang