Pas dansa lagunya itu yang di atas 👆👆
***
Aku sedang berlatih di ruang dansa istana sendirian. Ayah bilang, seorang puteri kerajaan harus bisa berdansa, dan ya, aku sama sekali tidak bisa melakukannya.
Kakiku mulai sakit karena terus tersandung gaunku yang lumayan panjang. Aku mulai menyerah dan mematikan lagu, lalu berbaring di tengah-tengah ruangan yang luas ini. Lantainya sejuk, membuatku hampir tertidur sampai telingaku menangkap musik yang kembali menyala.
Aku terduduk dan menoleh ke arah radio, seorang pria gagah berdiri di sana, jari telunjuknya masih menempel pada tombol 'play' di radioku.
"Butuh bantuan, Yang Mulia Tuan Puteri?" Katanya dengan suaranya yang dalam.
Dia Billiam, orang istana biasa memanggilnya Sir Billiam. Dia adalah pengawal pribadi Raja, ya, pengawal ayahku.
Billiam mendekatiku, entah mengapa tubuhku kaku dan malah memperhatikannya menghampiriku dengan posisi duduk di lantai. Saat sudah sampai di depanku, dia mengulurkan tangan. Aku meraihnya, Billiam pun membantuku untuk berdiri.
Wajahku dekat sekali dengan wajahnya, tangan kirinya sudah ada di pinggangku, sedangkan tangan kanannya setia menggenggam tanganku. Kami mulai berdansa dengan alunan lagu yang sejak tadi sudah ia putar.
"Pemula hm?" Tanyanya saat di tengah-tengah gerakan dansa.
Aku mengangguk canggung. "Iya,"
"Jangan menghapal gerakan, ikuti saja alurnya," kata Billiam.
Pria ini dapat aku pastikan sudah sangat berpengalaman. Tubuhnya terlihat lemas dan gagah disaat yang bersamaan. Ditambah parfumnya yang khas membuatku terhipnotis dalam setiap gerakan.
Lama-kelamaan, aku makin menikmati ini, tubuhku mulai terbiasa. Aku tersenyum akan itu, senang akhirnya aku membuat kemajuan dalam berdansa.
"Sudah menemukan alurnya Tuan Puteri?" Billiam kembali bertanya.
Aku mengangguk sambil tersenyum kepadanya.
Lantunan lagu mulai melemah, dan akhirnya berhenti. Kami terpaku di posisi berdekatan untuk beberapa saat.
"Terima kasih, Billiam." Kataku.
Billiam membungkuk lalu mengecup punggung tanganku. "Apa pun untukmu, Puteri."
Dia berbalik lalu pergi menjauhiku menuju pintu keluar.
Ini kesempatan besar, aku tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja. Aku menyimpan rasa untuknya, belum lama, tapi aku yakin dia pria yang tepat.
"Billiam!" Panggilku saat dia hampir meraih gagang pintu.
Dia menoleh, menatapku.
"Maukah kau meminum teh malam ini? Berdua saja, bersamaku, di taman belakang." Kataku agak gugup, tatapannya membuat kakiku lemas.
"Tentu, Yang Mulia." Balasnya, lalu keluar meninggalkanku sendirian di ruangan ini.
Aku tersenyum sendiri, lalu melompat kegirangan. Ini hari terbaik yang pernah aku rasakan dalam hidupku.
***
In this chapter I allowed everyone untuk ngehaluin Sir Billiam walau pun dia gak nyata. So if you are not voting or follow this account, please consider to follow and vote. You can always change your mind and unfollow me anytime you want, thanks for reading.
Love, mamamu
KAMU SEDANG MEMBACA
DreamSMP digoyang
Fanfictionnote: aku kasih rating dewasa karena mengandung kata kasar dan adegan kekerasan Fanfiction dreamsmp in bahasa Indonesia! Cerpen, kalo mau request silakan (◍•ᴗ•◍)❤