Author lupa kasih summary wkwk
jadi ini ceritanya tentang quackity yang datengin dream setiap hari unutk minta buku revive
Warning: Gore
***
"Kunjungan hari ke dua puluh delapan. Nama, Quackity. Tempat tinggal, Las Nevadas."
Dinding batu turun secara otomatis. Memperlihatkan kolam lava yang mengalir ke bawah. Lama kelamaan lava itu mulai surut dan memperlihatkan ruangan gelap di seberang Quackity berdiri. Seorang pria dengan pakaian oranye terlihat duduk bersandar di dalamnya.
Quackity menoleh ke penjaga penjara itu, mengangguk sekali. Sam, sang penjaga menangkap isyaratnya. Ia menarik tuas di depannya, lantai sepetak yang Quackity injak pun mulai berjalan maju.
Si tawanan terlihat tidak terlalu peduli dengan siapa yang datang. Ia masih sibuk duduk bersandar memainkan kuku jari tangannya yang patah.
Quackity sampai di depan ruangan itu. Jalan tadi kembali ke ruangan di seberang, pagar obsidian diturunkan, lava kembali turun menutupi ruang lembab itu.
"Selamat malam, Dream." sapanya dingin.
Mata Dream membola. Ia menoleh ke sumber suara, wajahnya terlihat terkejut sekaligus takut saat menyadari kalau Quackity lah yang datang.
Sang bandar mengambil langkah mendekat, sedangkan Dream menyeret tubuhnya mundur.
"Sudah hampir sebulan." kata Quackity.
"Aku mohon, untuk hari ini saja. Tidak ada siksaan." balas si pirang.
Quackity tersenyum, tetapi matanya tetap datar.
Pria itu mengambil sebuah rantai yang ada di pinggir ruang sel. Rantai berkarat itu bahkan masih basah dengan darah Dream kemarin. Quackity juga masih bisa melihat dengan jelas luka di leher Dream yang belum kering.
Ia mengikat kuat leher itu dengan rantai dan membiarkan Dream sampai berada di titik paling ujung hidupnya, lalu melepaskan ikatannya. Quackity meminta bukunya lagi, tetapi Dream tetap keras kepala. Ikatan itu kembali mengencang, membuat Dream kembali kesusahan mengambil napas. Lalu Quackity bertanya lagi, lalu Dream tetap diam, terus begitu sampai Dream kelelahan dan akhirnya pingsan.
Dan ia kembali lagi di sini, Dream bahkan tidak sempat membayangkan apa yang akan bandar kasino itu lakukan padanya.
"Aku tidak akan bosan untuk bertanya baik-baik disetiap pertemuan kita." Quackity melilit jarinya sendiri dengan rantai itu. "Berikan aku bukunya."
Wajah Dream berubah drastis. "Tidak." katanya tanpa ragu.
Pria dengan mata hijau terang itu menyeret tubuhnya sampai menyentuh diding di belakangnya saat Quackity berjaaln mendekat. Quackity menarik rambut pirang itu sampai sang empunya berdiri.
"Aku ingin mengingatkan sesuatu kepadamu, Tuan." gumam Quackity dengan suara dalam.
Tangannya mengambil kapak besar dari belakang tubuhnya, membuat Dream hampir berubah pikiran. Quackity mengarahkan mata kapak itu ke leher pria di depannya, sedangkan Dream tidak bisa berbuat apa-apa selain menahan sakit rambutnya masih ditarik dengan kencang.
"Kalau kau sudah tidak punya apa-apa di sini."
Kapak itu menekan kulit leher Dream perlahan. Membuat sungai merah panjang di sana.
Dream menahan erangannya. Goresan itu cukup dalam untuk membuatnya hilang sadar, tetapi tidak cukup dalam untuk membuatnya mati.
"Semua kekuasaan, harta, bahkan tatapan tinggi yang orang-orang selalu berikan padamu, mereka tidak ikut ke dalam neraka, Dream." lanjut Quackity.
Tangannya sebagian basah karena darah, Quackity belum puas dengan itu. Ia menurunkan kapak itu, menempatkan ujungnya di depan hulu hati Dream.
"Jadi aku katakan sekali lagi, berikan aku bukunya."
Dream tidak berkutik. Tatapan matanya bahkan seakan menantang Quackity untuk melanjutkan aksinya.
Quackity membuang napas pelan. Ia menekan ujung kapaknya maju. Teriakan Dream terdengar serak dan tertahan. Quackity semakin mendalaminya sampai hulu hati si tawanan terasa sangat tipis.
Quackity mendekatkan bibirnya ke depan telinga Dream, berbisik pelan. "Saat aku bilang aku akan membuat hari-harimu seperti neraka, aku tidak bercanda." Ia menyelipkan kekehan dingin di akhir kalimatnya.
Wajah Dream memerah. Tanganya yang ringkih berusaha menjauhkan kapak itu dari tubuhnya, tetapi apa guna. Dia bukan hanya kesusahan bernapas, tetapi sakit yang begitu menyiksa juga terasa bertambah setiap detiknya.
"Le... pas... Aku mohon..." lirih Dream susah payah.
"Bukunya," balas Quackity enteng.
Dream sudah tidak punya daya untuk membalasnya. Kepalanya menunduk, menatap perut bagian atasnya yang terasa mau hancur.
Pikiran kalau dia akan mati kembali menghantui, tetapi ia mengusir itu jauh-jauh. Dream masih ingin membalas dendam kepada mereka yang sudah membuatnya seperti ini.
Terutama Quackity.
Pria itu mengangkat dagu Dream, matanya mulai melemas dan napasnya pendek-pendek. Ia akhirnya menjauhkan kapaknya dari tubuh Dream, pria itu jatuh berbaring di lantai. Quackity tersenyum saat mengetahui dia benar-benar tidak punya kekuatan.
Dream terbatuk. Jari-jarinya bergetar menutup mulutnya yang kembali mengeluarkan darah. Sebagian baju tahanannya basah karena darah yang masih mengalir dari lehernya. Dream berusaha untuk tetap bertahan, tetapi rasanya begitu menyakitkan bahkan hanya untuk menahan matanya terbuka.
Quackity memperhatikan tubuh tak berdaya itu. Tangannya kenbali melepas rantai yang tadi ia ambil. Ternyata tidak perlu ada pemaksaan untuk hari ini, katanya dalam hati.
Ia menggoyangkan tangannya sedikit, membuat darah bermuncratan dari ujung jarinya. Ia berdiri di depan ruangan itu, dan tak lama lava kembali turun dan jembatannya kembali untuk menjemputnya.
"Kau tahu dia tidak akan memberikan buku itu kan?" tanya Sam saat mereka berjalan keluar area sel.
"Setidaknya dia harus tahu bagaimana rasanya dipermainkan."
Sam membuang napas.
"Kau tidak akan berubah pikiran untuk berhenti membantuku kan?" tanya Quackity, dengan nada yang jelas mengancam.
"Tidak." jawab Sam.
Quackity mengangguk. "Bagus."
***
yeay nyiksa tokoh
PLS DREAMTEAM BENERAN MEET GAK SEH SY BUTUH KEPASTIAN
DiahUwU✩
KAMU SEDANG MEMBACA
DreamSMP digoyang
Fanficnote: aku kasih rating dewasa karena mengandung kata kasar dan adegan kekerasan Fanfiction dreamsmp in bahasa Indonesia! Cerpen, kalo mau request silakan (◍•ᴗ•◍)❤