[4]

798 132 5
                                    


  Gadis muda itu melangkahkan kedua kakinya menjauh dari lokasi apartemen laki-laki muda itu. Sebetulnya Kenma masih ingin mendengar banyak hal tentang [Name], namun sayangnya gadis itu menolak.

"Aku tak ingin mengungkit masa lalu"

  Ia mengatakannya sendiri. Alhasil, perkataan itu melekat di pikirannya. Ia sudah tak ingin berurusan dengan masa lalu, atau mungkin kembali ikut campur.

  Gadis ini selalu menganggap bahwa dirinya memang terlahir sebagai seorang remaja. Ia mengaku tak memiliki masalalu.

  Tapi, apakah hal tersebut mudah dilakukan?

  Tentu saja tidak akan. Tidak akan pernah. Walau semenyakitkan apa masa lalu, takkan mudah untuk melupakan bahkan melaluinya begitu saja.

  Kejadian kemarin merupakan alasan atas kondisimu saat ini. Kesalahan kemarin akan menjadi penyesalan masa kini. Percayalah, itu semua memang benar akan terjadi.

  Namun malangnya gadis ini. Kondisinya kini bukan merupakan suatu akibat perbuatannya di masa lalu. Dirinya yang dulu hanya seorang gadis kecil polos yang masih terlalu muda untuk melalui saat-saat sulit.

  Salahkan saja pria sialan itu. Oh malangnya ia merupakan ayah kandung dari gadis malang ini.

  Peran orang tua memang sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang anaknya.

"Enyalah dari pikiranku. Apa harus kubuat diriku bertabrakan dengan kendaraan disini agar bisa melupakan segalanya?" gumamnya pelan

 
°

°°


Pada akhirnya ia tiba dirumah kesayangannya. Tempat ia kembali, dimana segala macam perasaan telah dicurahkan disini.

  Bolehkah ia mengatakan bahwa dirinya lelah untuk saat ini?

  Walau hari ini ia bolos, tapi bukan itu yang ia maksud. Lelah terus hidup dengan cara seperti ini. Batinnya sudah lelah, pikirannya dirasa tak mampu berfikir lurus lagi.

  Lagi-lagi, ia merogoh isi laci meja belajarnya. Meraba hingga menerka-nerka bentuk permukaan yang sedang ia cari. Dirasa menemukannya, ia ambil.

  Ia benci ini. Padahal ia sudah berjanji untuk menyudahi hal ini. Namun disaat seperti ini, cuma inilah tempat pelariannya.

"Maaf, janji ini terakhir kalinya"

  Benda tersebut diarahkan ke tempat tujuan. Hanya tersisa jarak tidak lebih dari 3 cm.

  Mata pisau cutter disana sudah siap membuat kembali bekas luka di pergelangan tangannya. Bahkan luka yang kemarin belum sempat pulih.

  Perlahan, sayatan demi sayatan mengenai permukaan kulitnya. Masa bodoh dengan penampilannya. Ia juga takkan pernah mau memakai pakaian terbuka demi menarik perhatian banyak lawan jenis diluar sana.

  Tetesan darah mulai mengaliri pergelangan tangan lalu jatuh diatas sprei yang mulanya putih bersih.

  Pikirannya sudah kembali berfungsi tidak normal. Otaknya sudah enggan mencerna rasa sakit yang ia lakukan kembali pada dirinya sendiri.

  Tapi ada satu hal yang tersisa pada pikirannya. Yaitu mengapa Kenma masih ingin berbicara dengannya?

  Padahal hari itu, disaat dirinya pergi menghilang tanpa kabar begitu saja atau mungkin dulu saat [Name] yang keras kepala selalu menentang Kenma yang tak bersalah apa-apa, bagaimana bisa laki-laki itu memaafkan dirinya?

  Bahkan [Name] tak bisa memaafkan dirinya sendiri atas perbuatannya dulu.

  Walau bisa dibilang bernasib sama, ada banyak perbedaan diantara [Name] dan Kenma pada kehidupan mereka masing-masing. Perbedaan inilah yang dulunya [Name] rasa tidak akan mungkin menyatukan mereka.

  Mungkin saat itu gadis kecil ini sudah cukup tertekan akibat tekanan masanya saat itu. Pada akhirnya, ia tak bisa menerima pernyataan dari Kenma dimana lelaki itu sama sekali tidak bisa merasakan apa yang ia rasakan.

"Itu buruk, Kenma seharusnya terluka"

  Ucapnya begitu ia mengingat seberapa seringnya ia membentak Kenma dikarenakan frustasi.

  Namun tau apa yang Kenma lakukan saat itu?

  Laki-laki itu hanya diam, bahkan ia tak terlihat kesal karena terus-terusan disalahkan oleh [Name]. Hingga saat ini, bagaimana bisa ia bersikap tenang seolah tak terluka sedikitpun perasaannya terhadap gadis ini?

  Tanpa keraguan, ia menariknya keluar dari situasi seperti tadi. Harus diakui bahwa Kenma memang penyabar. [Name] juga tahu akan hal itu.

  Tapi ia juga tak menyangka jika lelaki itu bisa bertahan hingga saat ini.

"Perlukah aku meminta maaf?"

  Tanyanya pada diri sendiri. Kedua manik [e/c] nya menatap aliran darah pada pergelangan tangannya. Lalu ia tersenyum mengingat bahwa Kenma begitu tidak menyukai hal ini.

"Kurasa itu memang harus"


























"Gomenne, Kenma"


TBC..

• Tinggalkan jejak!👣

cukup singkat ya? iya, sesingkat hubunganku dengannya :")

maaf slow update, author lagi sibuk sm rl + lagi nyiapin buat book yang kemungkinan bakal di publish beberapa minggu kedepan (?)

𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐞𝐧𝐝 | 𝐊𝐨𝐳𝐮𝐦𝐞 𝐊𝐞𝐧𝐦𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang