[11]

498 96 47
                                    


  Gadis itu menguap lelah. Kedua matanya jadi berair dikarenakan terlalu lelah. Hari ini memang lebih melelahkan daripada kemarin.

  Waktu sudah menunjukkan pukul 9.26 malam. Sudah seharusnya bagi gadis itu untuk pulang kerumahnya.

"[Name] disana sudah beres?"

  Seorang lelaki yang dikenal sebagai teman kerjanya itu bersahut pada [Name] yang tengah berdiri di depan wastafel. "Sudah, tinggal buang sampah-sampah yang ada disini" balas [Name].

  Lelaki itu mengangguk. Ia kembali mengelap meja yang berada disebelahnya. Sementara gadis pemilik surai [h/c] itu disibukkan membawa satu kantong plastik hitam besar berisi sampah untuk diletakkan di tempat sampah disebelah bangunan.

  Begitu pintu dibuka, dinginnya malam langsung menyapa kulit pucat milik gadis disana. Ia sedikit meringis kedinginan dikala udara sejuknya malam perlahan memperlambat aliran darah di sekujur tubuhnya.

"Padahal belum musim dingin" gumamnya setelah berhasil meletakkan satu kantong plastik berisi sampah kedalam tempat sampah.

  Tanpa berlama-lama, ia kembali masuk kedalam demi mencegah dirinya makin menggigil. Entah kenapa suhu menjadi turun drastis akhiran ini. Terlebih saat malam hari, dimana gadis ini harus menerjang dinginnya malam untuk kembali kerumah.

  Begitu ia sampai didalam, ia melihat teman kerjanya itu sedang memakai mantel cokelat muda yang biasa dia pakai. Mengerti bahwa sudah waktunya untuk 'pulang', gadis itu ikut memakaikan coat abu-abu miliknya.

  Tak berlangsung lama setelah itu, ucapan selamat malam dan sampai jumpa esok dilontarkan. Gadis itu berjalan menelusuri jalanan sepi yang memang sudah menjadi kebiasaannya disetiap malam.

"Jika dipikir-pikir, memang gadis seusiaku tidak layak untuk berkeliaran sendiri di waktu seperti ini" batinnya

  Kedua mata satunya difokuskan untuk mengamati jalanan yang ia lalui. Kulit tipisnya ia coba kuatkan untuk diterpa angin malam yang kian berhembusan. Ingin ia melangkah lebih cepat, namun kedua kakinya tertahankan akibat meringis kedinginan.

  Dari sorot matanya yang sudah kelelahan, ia mendapati sosok tubuh jakung berdiri di tepi jalan. Ia bersandar pada mobil sedan hitam miliknya.

  Begitu langkah gadis itu kian mendekat kearahnya, ia bangkit dari posisi bersandarnya dan berdiri sembari menatap gadis itu.

  [Name] tidak begitu menghiraukannya dikarenakan ia memang tak peduli. Gadis itu sudah kelelahan, ia hanya ingin pulang.

  Namun sayangnya perjalanan pulang takkan berakhir semudah itu. Sosok bertubuh jakung tadi merupakan seorang pria. Dan pria itu malah menghentikan langkahnya yang hendak terus maju menuju arah pulang.

"Berhenti dulu" pintanya

  Ingin rasanya dihiraukan saja, namun salah satu tangan pria itu menghalangi jalannya. Perempuan itu mendecak kesal. Ia tak suka harus menunggu lebih lama lagi di bawah suhu dingin malam ini.

  Kedua netra [e/c] nya melirik tajam kearahnya. "Ada masalah?" tanyanya pada pria yang bertubuh lebih tinggi darinya itu.

"Santai dong, tidak akan lama jika kau menurut"

  Dahinya dikerutkan, tak mengerti maksud ucapan pria random dihadapannya ini. "Memang kau siapa? Apa kita pernah bertemu?" pria disana justru tersenyum miring.

𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐞𝐧𝐝 | 𝐊𝐨𝐳𝐮𝐦𝐞 𝐊𝐞𝐧𝐦𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang