[27]

528 59 6
                                    

.☆。• *₊°。 ✮°。

☆°。                            ☆°

2 𝗬𝗲𝗮𝗿𝘀 𝗟𝗮𝘁𝗲𝗿

✮°。                            ✮°

.✮。• *₊°。  ☆°。

═════ ◈ ═════

"Tak peduli sebanyak apapun yang aku punya, tidak ada satupun yang bisa menggantikan kehadiran dirimu."

- Kenma Kozume -

═════ ◈ ═════

  Hembusan angin di sepanjang jalanan kota menerpa daun-daun kecoklatan yang berserakan di trotoar jalan. Hentakan dari heels hitam setinggi 5 cm itu menggema di setiap telinga para pejalan kaki yang berlaluan.

  Bukan hanya satu atau dua orang yang melirik kearahnya begitu berpapasan dengan sosok anggun nan menawan itu. Bibir merah muda serta wajah yang dipoles sedikit make-up itu menjadi sorot perhatian para laki-laki yang berjalan dari arah yang berlawanan.

  Walau demikian, tak ada satupun dari semua tatapan yang dilemparkan kepadanya mendapat respon kecil. Kedua matanya tetap lurus memandang ke depan terfokuskan pada bangunan berwarna putih berdinding kaca yang berjarak kurang lebih 100 meter dari posisinya saat ini.

  Kedua kaki jenjangnya membawa dirinya lokasi tujuan dengan kurun waktu yang cukup singkat. Pintu otomatis pada lobby rumah sakit itu meyambut kehadirannya disertai senyuman laki-laki muda yang berprofesi sebagai seorang security dirumah sakit ini.

  "Selamat siang, nona.", laki-laki itu tersenyum dengan sedikit membungkuk.

  "Siang juga, Mark.", balasnya dengan senyuman.

  Para staff yang bekerja di rumah sakit ini sudah mengenal dirinya begitu baik. Salah satu pasien terdekat salah seorang psikolog ternama di kota ini.

  "Apa Dokter Stephanie sudah hadir?"

  Gadis muda yang mengenakan pakaian perawat itu mengangguk ringan. "Beliau sudah hadir sejak 30 menit yang lalu, nona."

  Wanita itu mengangguk faham seiring berjalan memasuki elevator dan menekan tombol lantai 3. Tak butuh waktu lama, pintu elevator itu terbuka pada suasana koridor lantai 3.

  Bagaikan sudah hafal betul kondisi rumah sakit ini, ia berjalan tanpa satupun perawat rumah sakit yang menginstruksikan dirinya. Beberapa dari perawat tersebut menyapa kehadiran pertamanya untuk minggu ini.

  Kini ia berdiri di depan pintu berwarna cokelat muda yang bertuliskan 'Dr. Ann Stephanie'. Ia menarik nafasnya dalam sesaat sebelum memutar knob pintu tersebut.

  Beberapa detik kemudian, dirinya sudah berada didalam ruangan familiar yang sudah menjadi rumah ketiga nya selama 2 tahun belakangan ini.

  "Hai Steph.", panggilnya dengan nada rendah pada perempuan dengan nametag bertuliskan 'Dr. Ann Stephanie' itu.

  Yang dipanggil membalikkan kursi kerjanya kearah perempuan yang menggenggam tas dengan kedua tangannya itu.

𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐞𝐧𝐝 | 𝐊𝐨𝐳𝐮𝐦𝐞 𝐊𝐞𝐧𝐦𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang