[3]

984 153 17
                                    


"Pergilahh!"

  Teriakan dari seorang wanita disana yang terdengar seakan menahan rasa sakit. Perkataannya serasa berdengung di telinga gadis remaja disana.

  Menatap sendu, menahan tangis, serta kepala yang dipakai untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Bibirnya bergetar, kedua tangannya dikepal rapat. Kedua matanya mulai berkaca-kaca.

"Larilah! [Name] larilah! Rumah ini bukan tempat kembalimu lagi!"

  Perkataan itu terdengar dari arah lantai bawah. Sementara dirinya masih bersembunyi didalam lemari.

  Apakah harus ia pergi begitu saja?

  Meninggalkan ibunya sendiri dalam situasi mengerikan ini. Ia bukannya orang yang tak punya hati.

  Suasana gelap dari dalam lemari kian mencekam. Suara gaduh dari lantai bawah hingga rintihan dari sang ibunda masih dapat ditangkap oleh kedua telinga.

  Dirinya mencoba untuk tidak mengeluarkan tangisan. Salah satu tangannya digigit kuat agar mencegah suara tangisan. Semakin lama semakin kuat. Tanpa disadari aliran darah mulai mengaliri lengan hingga menetes pada baju yang ia pakai.

  Langkah kaki mulai terdengar. Seakan menaiki tangga dan kembali berhentakkan pada lantai kayu rumah. Semakin dekat dan jelas. Keringat dingin mulai bercucuran disekujur tubuh.

  Semuanya seakan mimpi buruk. Sebelum berlari ia menjerit frustasi. Hingga terdengar suara pintu yang terbuka kasar bergema diruangan.

  Tatapannya dengan pria itu sempat bertemu. Namun hanya sekejap. Setelah itu, rasanya ia tak pernah bertemu dengannya lagi.

°°°

  Entah apa yang terjadi. Nafasnya kini terengah-engah. Keringat membasahi bagian pelipis hingga leher. Padahal AC nya tidak bermasalah.

  Begitu ia tersadar, ternyata ia sedang terduduk diatas ranjangnya. Ternyata ia barusan terbangun dari tidurnya.

  Namun apa itu tadi? Benar-benar sebuah mimpi buruk-- bukan-- malahan menyerupai kejadian nyata yang kini menjadi trauma terbesarnya.

  Tubuhnya kembali bergetar. Seperti apa yang ia rasakan saat itu. Ia mengetahui bahwa seharusnya ia harus segera bersiap. Namun tubuhnya seakan bertentangan.

  Ia mencoba untuk bersiap-siap memulai harinya seperti biasa walau suasana hati serta kondisi tubuhnya saat ini entah mengapa tiba-tiba seperti ini.

"Ah mulai lagi ya?" batin [Name]

|Di Kampus

  Kedua matanya menatap ubin disepanjang koridor seperti biasanya. Orang disekitar sudah tidak aneh dengan kebiasaannya yang seperti ini.

  Tapi lagi-lagi, rumor tersebut selalu berdengung di gendang telinga. Tiada hari tanpa gosip dari orang-orang. Tetangga, pejalan kaki, bahkan mahasiswa disini tak bosannya menyebutkan kata bahkan hingga paragraf tentang keburukan [Name].

  Ia selalu bertanya, "Sebenarnya salah apa aku?" pada dirinya sendiri. Ia tak mempunyai tekad untuk menanyakan langsung akan hal tersebut pada orang-orang pemilik mulut sampah disini.

  Berbeda dengan laki-laki di ujung sana. Sedari tadi mungkin ia satu-satunya yang tidak mengeluarkan satu kata pum tentang gadis yang tengah berlalu di koridor ini.

𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐞𝐧𝐝 | 𝐊𝐨𝐳𝐮𝐦𝐞 𝐊𝐞𝐧𝐦𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang