[24]

619 94 30
                                    


  Helaan nafas terlepas dari hidungnya. Pandangannya mata yang tidak segar itu menatap jalan yang ia lalui saat ini. Terbesat di pikirannya akan visual seseorang yang berhasil membuatnya sendiri tidak mengerti.

  Setelah menemui Kuroo tadi, setidaknya ia bisa sedikit bernafas lega. Ingat, hanya sedikit. Rasa akan sesuatu masih seakan terjepit di dalam rongga dadanya. Apakah itu? Kenma juga tidak tahu.

  Apa maksud dan tujuan dari tindakannya saat ini? Apakah ia berharap akan sesuatu yang setidaknya dapat membuat rasa sesak ini pergi?

   Dikala pintu utama dari kediaman seorang Kozume Kenma terbuka, nampaklah sosok gadis yant terduduk di sofa dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Pandangan gelisah tergambar jelas disana. Rambut yang tak tersisir rapih sebagai ciri khas seorang yang baru bangkit dari tidur lelapnya.

"[Name]--"

  Gadis itu bangkit dari posisi duduk. Berlarian kearah laki-laki disana sebagai sosok yang selalu ada disisinya selama ini. Kedua tangannya menangkup tubuh lelah Kenma.

  Lelaki bermahkota pudding itu hanya diam ditempat seakan terlilit oleh serangan dadakan dari gadis itu saat ini. Dekapan dari [Name] terasa sangat kuat. Entah apa yang membuat gadis iti tiba-tiba seperti ini, Kenma tidak akan pernah menolak jika [Name] ingin melakukan ini.

  "Hey, ada apa tiba-tiba begini?" ucap Kenma pelan.

  Jari-jemari mantan seorang setter di SMA nya ini menyisir pelan surai [h/c] milik sosok terkasihi. Gadis disana tidak menggubris akan hal itu.

  "Tidurnya nyenyak tadi?" sambung Kenma akibat tak mendapat respon. "Kenapa diam? Masih capek ya.." tanya Kenma.

   Kurang lebih selama 2 menit sudah mereka jatuh dalam keheningan. Masih dengan posisi [Name] yang memeluk erat tubuhnya erat, serta Kenma yang diam ditempat.

  Yang mulanya diam hening, terpecah akibat suara isak tangis. Lagi dan lagi, Kenma adalah sosok yang berhasil membuat [Name] menangis.

  Ia bukan menangis akibat luka, melainkan haru. Seumur hidupnya ia tak punya tempat untuk dijadikan sandaran atau pelepas penat. Namun disaat lelaki ini kembali di kehidupannya, semua berubah seketika.

   "Hey kamu nangis? Ada apa, [Name]?" rasa cemas Kenma kembali datang. Kali ini apa yang membuat [Name] menangis, pikirnya.

  "Kamu.. terlalu baik untuk aku, Ken." dengan nafas yang tersengal-sengal, suara yang membelai halus indra pendengar Kenma ini membuat lelaki itu bungkam sesaat.

  "Untuk apa sih, Ken? Apa untungnya buat kamu?" sambung [Name]. "Stop buang-buang waktumu cuma buat aku, tidak ada gunanya.." di akhir kalimat, nada bicaranya menjadi pelan.

  Kehadiran Kenma disini cukup membuatnya sedikit bahagia. Setidaknya rasa sakit serta beban dari hidupnya berkurang sedikit demi sedikit.

  Tapi ia tidak mau menjadi pribadi yang egois. Dia tak suka jika Kenma melakukan ini, menghabiskan waktunya demi dirinya seorang. [Name] tidak suka bila ada seseorang yang rela merepotkan diri hanya untuk dirinya.

  Beruntungnya disaat sebelum Kenma pergi tadi, gadis itu tersadar dari tidurnya. Masih dengan kedua mata yang terpejam, ia berpura-pura masih terlelap.

  Niatnya tidak ingin membuat Kenma mengkhawatirkan dirinya lagi, namun berakhir dengan mendengarkan curhatan isi hati dari teman masa kecilnya itu.

  Hatinya meringis. Air mata ia tahan agar tidak menimbulkan kecurigaan pada Kenma. Bagaimana bisa Kenma merahasiakan hal itu selama ini?

  [Name] tahu jika Kenma adalah lelaki yang baik, namun tidak disangka akan sebaik itu. Ia bisa merasakan ketulusan dari Kenma, namun ia tidak tahu jika akan setulus itu.

𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐞𝐧𝐝 | 𝐊𝐨𝐳𝐮𝐦𝐞 𝐊𝐞𝐧𝐦𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang