[18]

590 105 53
                                    


⚠️TW : Suicidal thoughts, bloods.

  Nafasnya tertahan. Seakan dicekik kuat oleh sesuatu. Namun tidak dirasa ada satupun hal yang mungkin mencekiknya untuk saat ini.

  Dia berdiri disana. Sendirian di dalam rumah ini. Menatap dalam sebuah pecahan cermin akibat ulahnya sendiri.

  Ujung pecahan yang runcing terlihat menggiurkan. Seakan memanggil-manggil sang empu untuk menyobekkan permukaan kulitnya dengan benda tajam disana.

  Pernah terbesat dalam pikirannya untuk melakukan hal itu. Namun ia kubur kembali dengan alasan, ia tidak mau menyerah begitu saja.

  Namun situasi saat ini sudah berbeda. Gadis itu sudah lelah. Ia tak sanggup lagi. Ia pikir mengakhiri hidupnya akan mengakhiri segala penderitaannya selama ini.

  Tidak akan ia sesali. Bahkan ia tidak mau dilahirkan kembali di kehidupan selanjutnya. Cukup satu kali saja ia terlahir untuk menghadapi dunia yang  kejam ini.

"Terima kasih atas segalanya. Tuhan, maafkan aku"

  Tanggannya menggenggam erat pecahan kaca tersebut. Tanpa sadar ujung tajam dari permukaannya telah melukai telapak tangannya. Tetesan demi tetesan jatuh ke lantai. Tidak terpasang ekspresi bahwa ia merasakan sakit.

  Disaat ia tengah membulatkan tekadnya untuk pergi, ia merasakan mati rasa di sekujur tubuhnya. Telinga, hidung, serta mata dan pikiran sudah tidak berfungsi dengan normal.

  Semuanya sudah tidak terasa apa-apa lagi. Hanya menyisakan raga setengah sadar yang tengah membulatkan keinginannya untuk berhenti sampai disini.

  Bibirnya bergetar, tubuhnya juga demikian. Disaat tangan kanan yang memegang pecahan kaca tersebut digerakkan mendekat ke bagian leher, tubuhnya makin bergetar hebat.

  Walau ia sudah tidak bisa merasakan apa-apa, gadis itu masih bisa merasakan tubuhnya yang bergetar dahsyat.

  "Mengapa? Aku tidak akan menolak untuk ini"

  Gerakannya perlahan. Lama-kelamaan membawa pecahan kaca tersebut hingga berjarak kurang dari 5 cm dari permukaan lehernya.

  Persetan mengenai cukup atau tidaknya benda tajam ini untuk mencabut nyawanya, yang jelas kehilangan banyak darah akan membuatnya mati pada akhirnya.

  "Ini keputusanku, mengapa tubuhku bergetar seperti ini?"

  Ia menolak untuk ragu. Bahkan niat untuk melakukan hal ini sudah tersimpan dari jauh hari.

  "Aku tidak akan mundur"

  Indra pendengarnya sudah tidak bisa menangkap apa-apa. Hingga tidak bisa merasakan siapa yang datang mendobrak pintu saat ini.

  Pikiran negatif sudah sepenuhnya mendominasi. Saat ini ia bahkan tak bisa menarik kembali tubuhnya dari kegiatan berbahaya ini.

  Gadis itu tidak mendegar jika ada seseorang yang memanggil namanya dari kejauhan. Suara langkah kaki yang terdengar semakin jelas, hingga suara beberapa pintu ruangan yang dibuka secara paksa.

  Ia tak tahu jika ada yang meneriakkan namanya dengan perasaan yang bercampur-aduk. Dia takkan pernah tahu itu. Karena saat ini, yang disana bukanlah dirinya lagi. Ia kehilangan kekuasaan untuk mengendalikan dirinya.

  Ujung pecahan kaca itu sudah menyentuh permukaan kulit. Sedikit menusuk tipis hingga darah mengalir dari leher jenjangnya.

  Jika saja ia menarik sebuah garis, ucapkan selamat tinggal untuk [Full Name].

𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐞𝐧𝐝 | 𝐊𝐨𝐳𝐮𝐦𝐞 𝐊𝐞𝐧𝐦𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang