[7]

642 110 10
                                    


  Dimana aku? Tempat yang lebih tenang?

  Gadis penyendiri itu berujar dalam hati ketika kedua matanya masih menampakkan sekitar yang masih kabur. Mengerjap pelan, kemudian memproses hingga mencerna apa yang telah terjadi.

  Ia agak lupa.

  Dirinya merasa bahwa ia baru saja terbangun setelah 100 tahun lamanya. Mimpi yang ia alami tadi berlangsung sangat lama. Bisa dibilang kilas balik dari kehidupannya.

  Ia hanya memasang wajah datar dengan mendecih disaat mengetahui bahwa tidak ada yang berubah. Serendah apapun ia memohon kepada Tuhan, rasanya doanya tak pernah didengar.

  Tidak baik berprasangka buruk seperti itu sebetulnya, namun gadis ini sudah cukup putus asa akan kehidupannya.

"Fuck it, this hell again."

  Menyadari dirinya masih mendapati matahari pagi di keesokan hari membuatnya tak bersemangat sedikutpun. Bahkan tak tergerak untuk beranjak dari posisi duduknya sekarang.

  Perlu diingat, sedari tadi malam posisi duduknya masih sama. Memeluk lutut beralaskan lantai mendingin akibat kesepian, bersandarkan dinding putih sedikit kusam.

  Keheningan dapat dirasa kental disini. Tiada sedikitpun suara yang setidaknya mencairkan suasana. Hanya suara samar dari kendaraan yang berlaluan setiap beberapa menit.

  1 jam berlalu.

  Masih senantiasa diposisi yang sama. Bahkan tak beranjak satu jengkal pun. Apa yang disana masih hidup?

| Knock knock

  Suara ketukan yang bersumber dari arah pintu utama setidaknya berhasil memecahkan keheningan. Ada jarak antara ketukan yang pertama hingga yang berikutnya.

  Siapa disana?

  Bahkan yang mengetuk pintu tak bersuara. Hanya setia mengetuk pintu kayu tersebut berharap sang pemilik menghampirinya.

  Suara bising baginya itu sampai ke indra pendengar seorang gadis yang tengah menyendiri di kamarnya. Ia mendongak sekilas, dan bertanya-tanya.

"Siapa.. itu?"

  Suaranya hampir tak terdengar. Sedikit serak-serak akibat tak adanya satu tegukan air yang setidaknya membanjiri tenggorokannya dari tadi malam.

  Ia tak berniat menghampiri atau sekedar membukakan pintu walau hanya satu jengkal.

  Sudah terlalu malas berhadapan dengan dunia. Siapapun itu, ia tak peduli lagi.

  Sudah tidak kuat katanya. Ia menyerah. Setelah berhasil membangun dirinya yang hancur, lalu kembali dihancurkan oleh masalah yang sama.

  Juga menghancurkan memori baiknya dengan Kenma.

  Membayangkan-- bahkan mengingat nama dengan 5 huruf itu saja sudah cukup menghantuinya.

K E N M A

  Entah ia benci atau apa. Ia tak ingin mengingat nama itu lagi. Sudah cukup ia berhadapan dengan Kenma. Setelah lelaki itu banyak terlibat dalam hidupnya.

  Namun ia tak mau membencinya. Sepatutnya ia yang dibenci Kenma, mungkin?

  Karena dirinyalah Kenma menjadi sosok yang sekarang. Setelah ia tinggalkan lekaki malang itu dalam kehangatan, ia hancurkan pula kepercayaannya.

"Hate me Ken, hate me now!"

"I deserved it."

  Suara ketukan pintu kembali terdengar. Menggema keseluruh penjuru ruangan. Sang gadis masih duduk membatu, hanya bola matanya yang memutar kearah pintu utama.

𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐞𝐧𝐝 | 𝐊𝐨𝐳𝐮𝐦𝐞 𝐊𝐞𝐧𝐦𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang