Episode 2 : Hanindya Pradita🍁

17 8 6
                                    

Hanin masuk ke dalam kamarnya dengan tergesa-gesa, setelah dia tidak sengaja melukai Danu dengan menusukkan ujung piala yang lancip ke wajah Danu.

Gadis itu jadi ketakutan setengah mati, dia menghirup napasnya dalam-dalam, sambil bergumam. "Kalau aku sampai ketahuan orang gimana ya? Aku kan gak sengaja nusuk dia pakai piala." Hanin memilih menghempaskan piala yang dia rebut dari Danu ke bawah kasur, membiarkannya tergeletak bersama gelapnya ruangan yang sengaja dia matikan lampunya.

Kurang lebih setengah jam Hanin menghidupkan saklar lampu kamarnya lagi, dengan kondisi wajah yang terias rapi, dimerahkan oleh lipstik yang cukup tebal. Hanin berubah menjadi sosok wanita dewasa yang berdandan cukup menor, berbanding terbalik dengan penampilannya waktu di sekolah, dan tanpa mengucapkan satu patah kata pun Hanin berlalu untuk pergi ke luar rumah.

***

"Sialan!"

Danu menyumpah. Wajahnya tergurai, karena sayatan dari ujung piala yang ditancapkan oleh Hanin. "Wanita itu benar-benar gila! " umpat Danu berkata di dalam hati, sembari mengingat kejadian dimana Hanin yang seakan-akan bersengaja menusuknya di pipi.

"Orang orang yang pernah dikenal Kayla memang gila!" Bisik Danu memandang tajam ke arah apartemen sekolah melalui jendelanya, seketika matanya terbelalak saat menjumpai Hanin berada di apartemen orang yang bunuh diri kemarin, yang dicurigai Yohan sebagai apartemen Kayla, ia pun segera berlari kesana.

Danu kembali menatap puncak apartemen yang luar biasa tinggi bak menara yang menjulang sampai ke langit. Danu melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam apartemen yang sudah disiapkan khsusus untuk siswa-siswi dari orang tua kaya raya yang anaknya bersekolah di SMA Tunas Angkasa.

"Permisi?" sapa Danu ketika melihat salah seorang penjaga mendekat ke arahnya.

"Kau siapa, apakah kau salah seorang murid SMA Tunas Angkasa?" tanya bapak itu dengan tatapan menyelidik. Danu mengangguk, karena raut wajah penjaga itu masih tidak percaya, membuat Danu merogoh saku hoodienya untuk menunjukkan kartu pelajarnya.

"Kenapa apartemen ini terlihat biasa saja. Mengapa tidak ada orang yang mengingat peristiwa tadi malam?" gumam Danu.

"Saya Danu dan apakah bapak mengenal wanita yang bunuh diri di sini?" tanya Danu menggaruk pelipisnya, sedikit ragu untuk mengungkapkannya.

"Hei anak muda, jangan berbicara bunuh diri disini, itu aib dan kau tidak pantas mengingatnya lagi. Mari lupakan anak muda," ucap penjaga itu, lalu dia menepuk dengan ramah bahu Danu.

"Boleh saya masuk?"

Penjaga itu segera menggeleng. "Untuk apa? Bukannya kau bukan penghuni apartemen sekolah?"

"Tapi aku sudah berjanji dengan..." Danu bingung sendiri. "Hanin!"

"Dia temanmu?" tanya penjaga berusaha menyelidikinya lagi.

"Dia temanku di sekolah. Kami sama-sama duduk di kelas 3," jawab Danu lagi, lalu penjaga mempersilahkannya untuk masuk.

Baru saja Danu melangkahkan kakinya untuk masuk. Terlihat Hanin dengan gaun panjang memasuki lift untuk naik ke atas. Danu segera menyusulnya. Saat lift itu akan menutup, Hanin terkejut bukan main, karena mendapati Danu tengah berdiri di hadapannya.

"Kau lagi?" Hanin geram. Danu tersenyum tipis. "Aku akan mencekik kau, jika kau sudah membunuhku dengan piala yang selalu kau bawa itu! " tunjuk Danu, dia sudah berada bersama Hanin di dalam lift, membuat Hanin menunjukkan eksperesi marah.

"Mau apa kau denganku?"

"Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau selalu menghindar saat aku ingin berbicara padamu?" tanya Danu memplototi Hanin.

Bad Girls Tamat☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang