Episode 22 : Pembunuhan Ala Hanin🍁

8 0 0
                                    

Pernahkah kalian iri terhadap seseorang dan berniat membunuhnya. Aku tahu ini salah, tapi kenapa rasa itu menggebu-ngebu di dadaku dan selalu minta dituntut.

Hanindya Pradita

~Hanin pov~

Aku menyadarkan punggung belakangku dan menoleh ke samping jendela. Rasa kedengkian yang teramat besar terus menusuk perasaanku. Saat aku menatap status watshap dan instagram miliknya yang sangat terlihat bahagia, karena ia bisa memiliki segalanya. Ia punya keluarga dan cinta. Kehidupannya begitu sempurna, membuatku panas dan melempar ponselku ke bawah, lalu menjerit.

"Woi. Udah gagal nikah masih mau aja berangkat ke sekolah."

"Emang gak tahu malu si jalang!"

"Jual diri sekalian jadi pelakor!"

Chat masuk yang bertubi-tubi dari grup chat sekolah membuatku semakin sakit hati dan kecewa pada takdir hidupku sendiri. Aku menangis. Dadaku sesak dan aku berlari kebelakang sekolah, setidaknya jika tidak melihatku, mereka tidak akan membullyku.

"Brengsek kalian semua!" keluhku terduduk menangis di tembok gudang sekolah. Tapi tiba-tiba aku merasakan mual yang teramat bau busuk menyengat.

"Uhuk. Uhuk." Aku menoleh ke sekitarku, memang banyak sampah, tapi tidak mungkin baunya seperti bangkai. Aku berdiri dan menyilak rerumputan.

"Akh."

Aku terkejut saat menatap bangkai tikus yang terkoyak-koyak penuh luka. Perutku terguncang dan aku segera pergi menjauh dari sana. Aku kembali berjalan di kelas dan mulai merencanakan sesuatu.

Sebuah senyuman melekat di wajahku. Membayangkan bagaimana Kayla akan menerima kado terindah dariku. Aku memilih untuk membolos, namun sebelum pulang ke apartemen, aku akan ke gudang belakang sekolah untuk mengambil bangkai tikus itu.

Dengan bermodalkan sebuah kantung plastik dan penjepit sampah aku mengais tikusnya dengan wajah kusut, dan hidung yang sengaja ku jepit. Setelah berhasil mengambilnya, ku buat ke dalam tasku.

Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Kayla yang ternyata izin untuk pulang lebih awal, karena ia sakit perut, efek dari menstruasi.

Sesampainya di apartemen aku segera mengeluarkan bungkusan berisi tikus dan nenaruhnya di dapur sambil menatapnya dengan jijik.

"Bagaimana ya rasanya kalau Kayla meminum minuman bangkai? Pasti Kayla akan merasakan apa yang pernah ku rasakan menjadi bangkai."

Aku mengingat kejadian dimana segerombolan gadis-gadis membullyku dengan melemparkan bangkai dan kotoran hewan kepadaku. Rasa sakit itu terus mengikis hatiku. Ingin aku membalas mereka, tapi apa dayaku, pasti mereka yang akan menang, karena memiliki segalanya di dunia.

Aku membuat jus dengan perisa strawberry dan juga ditambahkan dengan susu, nampak lezat, namun aku tersenyum saat menemukan racun tikus di bawah kolong meja. Aku mulai meluruhkan racun tikus itu pada minumannya.

"Kayla."

"Kayla."

Aku mengetuk pintu kamar Kayla. Sampai wajah sumringah tanpa dosa menatapku.

"Hanin?"

"Masuk. Wah baunya segar. Bikin jus?" Aku mengangguk tenang. Saat Kayla sedang ke kamar mandi, aku segera mengambil plastik yang ku lipat-lipat di dalam saku berisi bangkai tikus, tanpa membuang waktu lagi aku segera melemparkannya ke kasur Kayla dan menutupinya dengan selimut. Aku menaruh jus strawberry di meja rias Kayla.

"Untuk sahabatku yang selalu ku harapkan hidupnya menjadi hidupku."

Sebuah catatan kecil ku selipkan di bawahnya, setelahnya aku pergi dari kamarnya.

Kayla yang baru saja dari toilet merasa aneh dengan sikap Hanin yang terburu-buru pergi tanpa berpamitan.

"Hanin memang benar-benar manis. Dia memberikanku jus, tapi kenapa tulisannya begini?" Kayla mengeryitkan dahinya.

"Kasihan Hanin, ia pasti iri padaku."

Kayla menggendor pintu kamar Hanin, namun tak ada respon sampai Kayla lelah sendiri dan memutuskan untuk menyerah. Ia merebahkan diri pada kasurnya, hingga bau busuk menyerbak di sekitarannya, bahkan Kayla merasa pusing

Kayla turun dari kasurnya. "Bau apa ini?" Kayla membuka selimut yang mengeluarkan bau amis dan betapa terkejutnya ia. Ia baru saja merebahkan diri dibawah bangkai tikus.

"Sial! Gila!"

Kayla menjerit. Mendengarnya aku segera memanggil Kayla dari luar.

"Kayla. Kamu kenapa?"

Kayla keluar dengan ekspresi dingin, membuat badanku memundur.

"Siapa orang yang menaruh bangkai di kasurku. Kau tahu orangnya Hanin?" tanya Kayla datar. Aku sampai terpojok di dinding.

"Bau! Kau sangat bau Kayla. Ada apa dengan kau. Ruanganmu juga bau."

Para gadis-gadis yang merasa ada keributan keluar dari apartemen mereka dan serentak menatap padaku dan Kayla.

Aku mengeluarkan parfum dari balik belakangku. "Pakailah Kay, kau sangat bau."

Padahal parfum itu juga sudah aku berikan racun agar ketika ia memakainya, Kayla akan alergi. Efek sampingnya akan menyebabkan kebutaan, mungkin dengan ketidaksempurnaan Kayla pasti berpikir akan mengakhiri hidupnya.

Kayla menatapku dengan tajam. Ia menarik lenganku agar masuk ke dalam kanarnya, lalu menguncinya.

"Bajingan!" Kayla menarik rambut di kepalaku, lalu wajahku ia arahkan agar mencium bangkai tikus di kasurnya. Dapat kurasakan gejolak di dalam tubuhku saat wajahku bertemu dengan bangkai.

"Kayla. Lepaskan aku!"

"Minta dilepaskan? Baik." Kayla mendorongku sampai terjatuh dari lantai. Ia kembali merenggut kepalaku.

"Bangkai ini darimu kan?"

"Kau jahat sekali!"

"Kau yang jahat Kayla. Kenapa di dunia ini harus ada orang sepertimu!"

Aku mulai menangis. Aku tidak mengira, ia akan sekasar ini.

"Aku juga manusia Hanin. Aku bukan malaikat. Aku punya perasaan marah dan kesal, bahkan sekarang aku sangat membencimu!"

"Sekarang cepat selesaikan ceritaku atau kau yang akan merasakan akibatmu sendiri karena telah memperlakukan aku dengan hal yang buruk," ancam Kayla padaku. Ia berubah menjadi iblis.

"Kalau kau tidak mengikuti perintahku. Kau akan hancur. Dasar sampah!" Kayla mengataiku. Aku jadi rendah diri dan mendorongnya, hingga kepalanya menyentuh ujung meja.

"Jalang!" Kayla mengelus kepalanya yang berdarah sedikit, lalu memukulku dengan pialanya, hingga suara ketukan pintu terdengar harus menghentikan perkelahian kami. Orang yang datang adalah Agnes dengan vibes putrinya yang kembali lemah lembut.

Agnes bertepuk tangan dan terkekeh.

"Bagaimana mungkin saling bersahabat bisa berakhir dengan perkelahian?"

Bad Girls Tamat☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang