Episode 14 : Soni ; Kesaksian Lily🍁

8 3 18
                                    

Danu segera pergi meninggalkan apartemen Kayla, ditengah jalan dia menabrak Lily yang sedang tergopoh-gopoh, membawa tasnya. "Lily?" Danu memanggil nama Lily, namun tak kunjung dihiraukan, Lily semakin cepat berlari menuju jalanan sempit. Danu membelokkan arahnya dan menemukan Lily di depannya yang kaget.

"Kak Danu?" tanya Lily ketakutan, dengan tubuh gemetar. Danu mendekati Lily.

"Kenapa Li. Kamu kenapa?"


"Aku----," sahut Lily gugup. Danu segera mengambil dengan paksa ponsel di tangan Lily. Dia menemukan pesan berderet yang masuk, isinya adalah.

Kenapa kamu tidak menolong ibuku?
Kenapa kamu membiarkan mereka menyakiti ibuku?

Apa kamu senang melihat ibuku dilecehkan mereka?

Kamu tahu kan kejahatanku, tidak menutup kemungkinan aku bisa melakukan hal buruk padamu Lily.

Danu langsung menatap ke arah Lily yang terlihat syock. Dia menggigit bibir bawahnya, dan mendekap tubuhnya. "Aku takut," desis Lily.

"Soni menerorku, setelah dia menghilang selama beberapa hari ini. Aku harus bagaimana?" Lily menoleh kesana-kemari, takut kalau ada yang mendengar percakapan mereka. Danu lantas membawa Lily menepi. Dia menenangkan gadis itu sambil mencoba mengorek informasi mengenai Soni yang diketahuinya, kalau Lily adalah tetangganya.

"Apa kamu tahu kalau Soni pernah membunuh?" tanya Danu, membuat Soni berani menatap ke wajahnya. "Darimana kamu tahu?" tanya balik Lily. Danu berdecak.

"Aku pernah melihatnya," kata Danu berbohong, untuk menyakinkan Lily agar mau bercerita. "Aku juga pernah menyaksikan bagaimana Soni tega membunuh orang yang sudah melecahkan ibunya.

Malam itu aku bergegas untuk pulang ke rumah, setelah mengikuti kelas malam. Saat melewati gang kecil dekat aliran air, aku melihat kalau Soni sedang membawa gergaji besar. Dia menetengnya di bahu, aku membelokkan langkahku dengan buru-buru, hingga sebuah teriakan mengerang di telingaku. Aku mengintipnya, aku kaget saat menyaksikan bagaimana Soni melakukan aksi mutilasinya di malam hari, saat itu aku memundurkan badanku, mencoba menstabilkan emosiku, tiba-tiba seseorang memukul pundakku seraya berbisik.

"Jangan diintip," katanya, aku tak berani membalikkan badan, namun setelahnya aku memberanikan diri dan menemukan Soni sedang mengeluskan darah ke pipiku, membuatku pingsan.

Keesokan harinya aku menemukan diriku berada di dalam kamarku. Aku membuka jendela kamarku dan melihat Soni sedang berjalan tergesa-gesa, saking parnonya aku, aku keluar dari rumah, karena takut dia menemukanku atau pergi ke rumahku.

Aku mengikuti Soni yang ternyata berjalan ke arah sekolah, tepatnya ke apartemen, sebelum kesana dia pergi ke gudang belakang sekolah. Disana aku lihat dia membawa sebuah pisau di balik pakaiannya, dan aku juga melihat dia dibuntuti oleh orang gila. Aku tahu Soni berjalan ke apartemen lagi, di jam 19.00 malam.

Danu mencerna kalimat dari Lily, mungkin Soni yang yang mendorong Kayla, meski dia datang tiga jam setelah Kayla menjatuhkan diri dari apartemennya.

"Aku harus menemukan sambungan naskah yang ditulis Hanin, aku yakin naskah yang hanya berisi dua kertas ini memiliki hubungan dengan kejadian yang aku alami," batin Danu menatap Lily yang yang cemas.

Sayangnya, di lembaran kertas yang ditemukan Danu hanya sampai menceritakan 'kehidupan sang dewi' yang penuh dengan kesempurnaan dan kesetian serta keindahan dunia yang terlalu nikmat untuk dia rasakan.

**//**

Musim gugur telah tiba. Awan-awan bernostalgia kelabu, di bawah langit senja Danu berjalan seorang diri. Dia menghela napasnya, menatap pada kejauhan aliran sungai di atas jembatan. Danu memicingkan mata saat dia menemukan Alu berjalan tergopoh-gopoh sambil membawa plastik hitam dengan tampilan acak dan berantakan, demi memenuhi hasrat keingintahuannya Danu mengikuti Alu yang pergi ke sebuah rumah tua di ujung gang, disana Danu kaget saat menemukan Alu tinggal di dalam rumah kumuh.

Danu masuk ke dalam rumah Alu, dia mengintipnya dan membelalakkan mata saat seorang gadis berpenampilan kotor dan cupu sedang menangis terisak dan Alu menghempaskan makanan dari tong sampah yang diambilnya untuk disajikannya pada gadis itu. Danu tiba-tiba penasaran gadis misterius itu. "Apa Alu menyekap seorang gadis atau menculiknya?" pikir Danu.

"Makan! hari ini kau hanya boleh memakan sisa-sisa makanan bekas," kata Alu sebelum pergi berangkat lagi. Perempuan yang diikat di kedua tangan dan dirantai kakinya hanya bisa menatap sedih pada Alu. Ia menggeleng-ngeleng, tapi Alu tak menghiraukannya lagi. Alu malah memukul kepalanya. "Lain kali, menurutlah padaku!"

"Aku akan kembali besok. Beristirahatlah dengan tenang mine, hahaha," gumam Alu.

Danu jadi kasihan, dia mendekati gadis itu setelah Alu pergi keluar rumah. Sebelum mendekatinya, Danu menemukan sesuatu di dalam rumah itu. Ada lukisan, not musik dalam berlembar-lembar kertas dan Danu juga menemukan foto guru muda baru di sekolahnya. Disana terlihat dia diapit oleh dua orang pria dengan dia yang memegang piala 'Seni Terbaik Pentas Drama Internasional'.

Gadis itu merintih, membuat Danu menoleh padanya. Penampilan gadis itu sangat jorok, seakan-akan tidak pernah mandi. Tubuhnya kaku, wajahnya pucat bagai mayat hidup. Kelopak matanya terlihat melebar dan gadis itu memakai kacamata bulat dengan flek hitam di pipi yang bertumpuk.

"Hai?" Danu menggaruk punggung kepalanya, sedangkan gadis itu menatapnya dengan nanar dan sedih. Dia hanya terdiam, sampai Danu berjongkok untuk mendekatinya. Gadis itu terlihat hampa, membuat Danu rasanya juga malas untuk menyapanya lagi, tapi saat Danu melangkah gadis itu mengeluarkan suara, hingga Danu menyadari, kalau gadis itu bisu.


Mereka bertatapan, Danu tak begitu jelas menatap wajah kusut wanita itu yang mendadak berpaling menatap jendela di sampingnya.

"Aaaaaa---aaaa," kata gadis itu, mencoba berbicara tapi gagal, Danu segera mencari kertas dan pulpen untuk memberikannya pada gadis yang baru dikenalnya itu.

Gadis itu berusaha menulis sesuatu di kertasnya, meski kedua tangannya dirantai.

Tolong. Aku disekap olehnya, tolong aku. Aku mohon, hanyalah kau satu-satunya yang pernah kesini.

Danu membacanya dengan seksama, lalu menatap gadis itu, awalnya dia ragu, tapi karena melihat penampilan, keadaan dan raut wajah tersiksa gadis itu membuat Danu melepas semua rantai yang mengikatnya.

Selama ini aku telah disekapnya dengan kejam.

Tulis sang gadis, Danu menelan ludahnya dengan kasar, tanpa membuang-buang waktu lagi Danu menarik lengan gadis itu.

"Kau kenapa?" tanya Danu saat gadis itu terpeleset di lantai. Ia menunjuk ke arah lututnya, memang ada memar dan nampaknya ia tidak sanggup berjalan.

"Kakimu sakit? Kau tidak bisa berjalan ya? Ah baiklah, naikklah ke punggungku, sebelum Alu datang," tawar Danu. Ia menyorongkan punggungnya. Dengan malu gadis itu naik ke punggung Danu, lalu ia berpegangan dengan kuat. Ketika malam semakin beranjak gelap, melewati jalanan sunyi dan senyap, di bawah taburan bintang Danu terlihat menggendong gadis yang diam-diam tersenyum manis.

____Bersambung___

Bad Girls Tamat☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang