Episode 23 : Pembunuhan Ala Sofia🍁

8 0 0
                                    

Agnes bertepuk tangan dan terkekeh.

"Bagaimana mungkin saling bersahabat bisa berakhir dengan perkelahian?"

Episode sebelumnya.

Mungkin, bagi setiap orang dunia hanyalah ajang pameran topeng dari seluruh manusia, hingga Agnes menyadari titik hitam yang melingkari hidupnya. Aib yang membuat dirinya terkekang oleh Kayla.

"Kayla, kayla. Bagaimana cara agar aku bisa mempermalukan dirimu, biar kamu sendiri yang membunuh dirimu," kata hati Agnes yang tersenyum manis menghadapi Hanin yang bergegas keluar dari kamar Kayla.

Kayla menatap ke arah Agnes yang melipat tangan di dada. "Agnes, tolong tinggalkan aku sendiri."

Agnes menautkan alisnya. "Baiklah. Sampai berjumpa kembali di sekolah. Aku akan menjadi teman baikmu selamanya," ucap Agnes sambil menyengir.

"Bulshit!" Sesaat setelah Agnes keluar, Kayla langsung menyumpah.

Aku merasa kesal saat Kayla mengusirku. Kaki yang lemas mengusuri jalanan, dan aku memutuskan untuk pergi ke toko buku. Jajaran buku tempo dulu dan modern pada masing-masing raknya, hingga pandanganku jatuh pada buku tebal yang berisi ilmu hitam. Aku tersenyum riang, lalu membayar buku nya pada kasir.

Di dalam kamar, aku membaringkan badanku di kasur. Ku tarik napasku dengan panjang. "Aku harus menggunakan ilmu hitam pada Kayla. Orang seperti dia yang sok kecantikan, sok kepintaran itu akan terus-terusan menebar pesonanya dengan basi. Cih," tukasku mengambil buku yang ku beli barusan dan membukanya.

Halaman pertama yang tertera dibuku tersebut adalah.

"Jangan sembarangan menggunakan ilmu hitam."

"Setiap yang melakukan kejahatan, akan menuai akibatnya sendiri."

Aku langsung merinding, lalu mengusap lenganku. "Ah!" aku menutup bukunya dan menaruhnya di meja, namun jika teringat di sekolah hanya Kayla yang dipandang dan dipuji oleh orang banyak, malah semakin membuatku darah tinggi.

Hal yang harus dipersiapkan dalam menggunakan ilmu hitam adalah menyiapkan media terlebih dahulu. Kuku, rambut, darah dan air liur yang terbukti ampuh untuk mengirimkan bala padanya.

Bahkan, mata hatiku seakan tertutupi dengan nafsuku terhadap pengakuan oleh orang-orang di sekitarku.

Kelasku yang belum dimasuki guru, membuatku mudah mendekati Kayla yang hari ini terlihat lesu dan tak bersemangat. Ia hanya menengkulupkan kepalanya di meja. Aku sedari tadi hanya meliriknya yang digerumbruni oleh siswa-siswa yang mengidolakannya.

Tanpa sadar, aku terus mengikiskan jari-jemariku di meja dengan kuat dan berenergi, hingga lama kelamaan cairan merah menetes ke mejaku. Rasa pedih karena terluka, kini masih tak kurasakan.

"Aww," akhirnya aku merasa sakit dan baru sadar, jika darahnya menetes sampai ke seragamku. Mendengar aku yang menjerit, membuat murid yang tadinya berisik, jadi terdiam dan menjadikan aku pusat perhatian.

"Aku harus ke UKS!" aku berdiri dan berbicara dengan lantang. Ketika melewati Kayla, aku merebut dengan paksa lengannya agar mengikuti aku.

"Hei. Kau aneh sekali, mau dibawa kemana Kayla?"

"Dia harus ke uks. Kayla sedang sakit, ya kan Kay?" aku menatapnya penuh harap. Kayla mengangguk.

Sesampainya di uks Kayla merebahkan dirinya dengan dibantu oleh aku yang sebenarnya tak berniat mengobati luka di kukuku. Kayla juga terlihat tidak peduli dengan lukaku. Ia dengan mudahnya tertidur di kasur.

Bad Girls Tamat☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang