Episode 7: Sweet Poison🍁

9 6 4
                                    

Chat grup sekolah kelas 3-A


"Jadi, jemari mayat yang ditemukan Asoka, adalah mayat Hanin?"

"Iya, aku juga mendengar kabar, kalau Danu dan Lily menemukan potongan kaki dan lengannya."

"Bagaimana mungkin Hanin bisa tewas dengan mengenaskan seperti itu."

Danu menatap pesan masuk dari grup kelasnya. Matanya membulat, saat mayat yang diisukan itu adalah mayat Hanin. Danu masih mengingat bagaimana kejadiannya sebelum Hanin jatuh dari apartemen Kayla, membuat pemuda bermanik teduh itu kembali menatap ponselnya.

"Kasihan sekali. Padahal aku sangat menantikan novel yang ia buat di platform menulis."

"Secepat itu, ia meninggal,"

Danu ketakutan, ia mengangkat kedua lututnya ke atas dan bertumpu padanya. Perasaan kacau menghinggapi dirinya, Danu tak habis pikir, mengapa ia harus terlibat dengan kematian Kayla dan disusul oleh kematian sahabat-sahabatnya.

Danu memutuskan untuk melempar ponselnya, mendadak ponselnya kembali mengeluarkan cahaya, benda pipih itu bergetar. Danu mendekatkan wajahnya ke ponselnya dan melihat satu panggilan masuk dari Hanin.

"Hanin? Bukankah ia sudah meninggal?" batin Danu, ia menggeleng dan melihat emailnya yang terdapat pesan masuk, bunyinya adalah Welcome to paradise story by Hanindya. Di dalam email itu juga ada tautan menuju ceritanya. Danu masih mencerna situasi apa yang ia alami sekarang, sambil menelan ludah kasar, Danu membuka tautan cerita itu dan menemukan novel yang ditulis secara online berjudul Bloody lips : Sweet Poison


~Racun Manis~

Hidupku seperti senja yang dinantikan kehadirannya, tapi hanya sebentar untuk bisa dinikmati. Namaku Hanindya Pradita. Aku tak mempunyai orang tua, aku anak yang diasuh dari panti asuhan. Hobiku adalah menghayal bersama keluarga dan tak mempunyai keluarga adalah penyesalan terbesar seumur hidupku.

Suatu hari di panti asuhan. Siang itu di musim panas. Aku menengok gerombolan pemuda berseragam hitam dan tampak elegan, ternyata itu adalah pasukan sekolah Tunas Angkasa yang memberikan kesempatan untuk anak panti asuhan seperti kami, merasakan bagaimana rasanya sekolah di sekolah elite. Aku bertekad untuk masuk ke dalam, karena aku tahu, aku tidak bisa apa-apa. Salah satu cara untuk mengubah nasibku adalah bersekolah disana.

Seminggu telah berlalu. Aku memenangkan seleksi di panti asuhanku sendiri. Waktu itu aku sangat bahagia, aku hanya gadis biasa dengan penampilan yang cupu, bahkan seragamku juga pemberian sekolah. Ku kira sekolah adalah tempat yang nyaman untuk belajar, tapi aku salah, ternyata sekolah itu hanya dijadikan untuk memamerkan kekayaan yang mereka miliki. Kebahagianku surut saat siswa-siswi yang lain memperhatikan penampilanku dan seragamku yang kian hari semakin buruk. Ibu di panti asuhan lepas tangan padaku. Aku tinggal di apartemen sekolah.

Di hari pertama aku masuk sekolah. Kulihat beberapa gadis dengan wangi parfum Baccarat Les Larmes Sacrees de Thebe. Parfum paling mahal di dunia, rambut bak bangsawan eropa dan penampilan raja dan ratu yang mencolok. Aku hanya bisa menunduk di hadapan mereka. Aku terlihat berbeda dengan mereka, hingga mereka menjadikanku bahan bullyan

Di hari kedua aku sekolah.

"Hei lihat ada anak baru. Ups maksudku anak bau lewat. Kalian lihat gak guys, seragamnya dekil, wajahnya juga jelek, liat kacamata buruk itu. Dia sangat memprihatinkan," ledek seorang gadis yang memakai pengait gigi dan rambut blonde yang berkilau.

Bad Girls Tamat☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang