Episode 11 : If Rain | Jaden * Hanin🍁

6 3 0
                                    

Danu berjalan di koridor sekolah, saat menemukan papan nama kelas 3-A. Danu menghentikan langkahnya, dan ia melirik ke dalam kelas yang sedang ribut dan ricuh, hingga pandangannya tertuju pada Jidan, Pemuda berhidung mancung dengan tatapan tajam. Danu sengaja melihat gerak-geriknya yang sedang memijit pelipisnya, karena teman-temannya beramai-ramai datang ke mejanya untuk menertawakannya.

Cieeee Jidan

Aku tak menyangka, jika kau menyukai Hanin?

Kau gila! 

Ah cinta, ketika orangnya hilang, kau baru ketahuan menyukainya

Jidan mendobrak meja. "DIAM!" teriaknya kasar, sampai membuat teman-temannya yang tadi sibuk menggeledah tas, bukunya, dan sesekali tersenyum menggoda, pudar begitu saja.

"Bisa diam gak? aku gak suka sama dia!" sambung Jidan, lalu ia menjauh dari mereka yang saling membuka halaman bukunya satu persatu, karena tadi salah satu dari mereka menemukan kertas usang yang bertuliskan.

Senyum dong
Dear Hanin

Jidan tak sengaja menjatuhkan kertas itu saat ingin mengumpul tugasnya, dan membuat satu kelas riuh, meledek Jidan yang menyukai si badut sekolah.

Jidan terlihat frustasi dan mengacak-ngacak rambutnya. Kakinya menuju ke luar kelas dan menemukan Danu yang sedang berdiri di pintu kelas. Lelaki itu mengambil kamus di meja guru, lalu memukulkan ke salah satu kepala temannya, sambil merebut kertas usang itu kembali dan segera memasukkanya asal ke dalam kantung celana.

"Kau suka Hanin?" tanya Danu dengan nada lugu, membuat Jidan menghajar pipi Danu sampai badannya tersungkur ke bawah.

"Kamu siapa? Jangan ikut campur. Murid dari kelas berapa sih kamu, pakai nguping pembicaraan orang!" ketus Jidan. Napas Danu terengah-engah. Ia bangkit berdiri, lalu menatap Jidan.

"Aku Danu dari kelas 3-A. Tenang dulu. Aku hanya ingin berbicara padamu," sahut Danu menatap dengan serius ke arah Jidan yang mengabaikannya, lalu beranjak  pergi. "Tunggu. Kau tahu tidak, jari-jemari yang ditemukan Asoka Sosa, sebelum ia ditemukan meninggal di dalam ruangan musik, aku tak sengaja melihat cat kuku di jari itu,  dan cat kuku bergambar bulan sabit itu cat kuku Hanin kan? Berarti kemungkinan Hanin dibunuh," urai Danu membuat langkah Jidan terhenti, lalu menatapnya.

"Apa aku boleh berbicara padamu?" tanya Danu lagi. Kali ini Jidan mengangguk, ia mengajak Danu ke kantin sekolah.

Di kantin sekolah, Danu mengutarakan maksud dan tujuannya pada Jidan, termasuk mengenai rasa penasarannya terhadap kematian Kayla yang kasusnya merembet pada teman-temannya.

"Jadi kau mencurigai Hanin yang mendorong Kayla dari apartemen?" tuduh Jidan, ia sampai berdiri dari bangkunya, lalu duduk dan dengan tenang kembali menghisap minuman lemonnya.

"Tapi kalau kau berpikiran seperti itu. Bisa jadi memang dia yang membunuh," lanjut Jidan, lalu ia menuturkan bagaimana kehidupan Hanin di sekolah dan rahasia kecil di antara mereka.

Sehari sebelum Camelia bunuh diri

Senja selalu mengajarkan pada kita, bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Keindahan hanyalah sebuah kesemuan belaka yang kapan saja akan direnggut oleh sang pencipta.

Mencium hujan dan menari di tengah rintiknya memang membuat Hanin betah berlama-lama di jalanan. Setelah aku menjebak Hanin di apartemen bersama ayahku, Hanin kembali ke sekolah. Ia juga lebih sering bolos sekolah, sesekali aku melihatnya sibuk dengan notebooknya, mungkin untuk menulis cerita. Mengenai foto-fotonya yang memalukan itu juga sudah tersebar, bahkan beberapa pria hidung belang bertanya mengenai Hanin. Sejak saat itu, tanpa sepengatahuanku Hanin memulai pekerjaan yang terlarang.

Bad Girls Tamat☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang