Episode 18 : Abortion Hanin🍁

5 1 11
                                    

Hanin datang ke sebuah dusun terpencil di tengah kota. Disana ia langsung masuk dengan tergesa-gesa sambil menengok ke belakang, takut kalau ada yang mengikutinya ke tempat yang papan namanya tertera jelas dengan tinta putih.


Dukun Kandungan

Hanin menemukan wanita tua yang kerap disapa nenek Darsi. "Pagi nek, aku mau aborsi kandungan aku bisa? Tapi jangan sakit-sakit ya nek, aku takut." Hanin memelas di hadapan nenek Darsi yang tersenyum pada pelanggannya itu.

"Banyak remaja seperti kamu yang datang pada nenek untuk melakukan aborsi kandungan, karena mereka melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan oleh remaja seumuran mereka. Nenek bingung sendiri di zaman sekarang susah mencari moral remaja yang baik. Semua pada nafsu, kan kalau mau ya tinggal nikah." Nenek Darsi menggelengkan kepalanya.

"Malah ceramah huh," batinku. Nenek Darsi mempersilahkan aku untuk duduk sembari menunggu dia mempersiapkan diri. Sejujurnya aku sangat takut, jika harus mengeluarkan bayi dalam kandungan secara terpaksa, tapi nasi sudah menjadi bubur.

"Aku gak mau masa remajaku hancur, hanya karena bayi yang gak guna gini. Aku harus menikmati masa remajaku yang indah ini," gumam Hanin tersipu malu.

"Ayo nak berbaring dulu. Sebenarnya tidak terlalu sakit juga, jika kamu tenang di awal. Kenapa terlihat takut dan gemetaran? bukankah kalian sudah memikirkan konsekuensinya sebelum melakukan perbuatan dewasa seperti yang pernah kalian lakukan?"

"Masa-masa remaja memang labil, penuh dengan gejolak dan khayalan yang indah." Nenek Darsi terlihat meracik beberapa daun dan bumbu dengan telaten ke dalam cairan kuning hasil perasan kunyit. Hanin bergidik ngeri membayangkan minuman pahit itu masuk ke dalam kerongkongannya.

"Amit-amit aku minum tuh cairan rasa sampah," gumam Hanin meludah.

"Minum jamu dulu nak. Jamu buatan nenek fungsinya untuk membuat kandungan kamu melemah." Nenek Darsi menyorongkan minuman beraroma pekat dengan warna hitam legam. Hanin sampai ingin muntah hanya karena menatap minumannya saja.

"Ayo nak, jangan malu."

"Siapa yang malu sih nek. Aku takut pahit!" jelas Hanin dengan kasar, lalu ia mengambil minuman jamu di tangan nenek, lalu meminumnya dengan cepat, sambil menahan napas. Perut Hanin langsung mual dan pergi kebelakang untuk meludahkan sisa jamu dalam rongga mulutnya.

"Pasangannya mana nak? gak ikut nemenin. Hari ini bakal jadi hari terberat dalam hidup kamu lo, masa dia gak ada," celotek nenek Darsi. Hanin menjawabnya dengan malas. "Udahlah nek, jangan tanya-tanya pribadi."

"Eh jangan tegang. Ayo berbaring. Gayanya seperti orang yang akan melahirkan ya."

Hanin membuka kakinya selebar-lebarnya dengan ditutupi oleh sarung di atasnya. Nenek Darsi mengambil peralatan aborsinya di kamar, lalu kembali dengan tersenyum. Ada alat seperti pen panjang yang berfungsi mencabik-cabik bayi dan tabung untuk menampung kepingannya.

"Siap ya. Tahan." Nenek Darsi mulai mengelus-elus perut Hanin, yang awalnya lambat menjadi sedikit strong dan cepat.

"Aduh nek, jangan sakit-sakit!"

"Gila nek. SAKIT!!" jerit Hanin. Air mata menetes di pipinya.

"Sabar nak, ini belum ke intinya lagi lo. Kalau sudah saya keluarkan lebih sakit lagi."

Bad Girls Tamat☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang