Aku dengan senang hati berbelanja kebutuhan sehari-hari bersama Soni yang sedang asyik memilih jajaran susu kaleng khusus orang tua untuk ibunya di supermarket. Melihatnya bahagia, karena bantuanku, membuatku jadi gembira juga.
"Kayla. Aku sangat senang. Dari dulu ibuku ingin sekali membeli daging kornet ini, tapi baru kali ini aku bisa mengabulkannya berkat kau." Soni tersenyum padaku.
"Berbelanjalah setiap hari. Kau bisa minta apa saja padaku."
Lalu kami berpelukan untuk saling menikmati ketulusan persahabatan yang kami pancarkan. Aku menoleh pada leher dan tangan yang penuh dengan luka, juga bekas cakaran di lutut Soni. "Son?"
Soni melepaskan pelukannya.
"Kenapa kau memiliki bekas luka yang banyak?"
Soni menengok ke samping dan bawah tubuhnya. "Gak papa kok Kay. Aku biasa kerja seharian, jadi ya gini."
"Kamu kerja apa? bukannya kamu cuman ngelaundry pakaian orang?" tanyaku menatapnya dengan cemas, tapi Soni menepuk pundakku.
Percakapan kami harus terhenti, karena dua orang pemuda yang memakai seragam urakan dan terlihat nakal masuk ke dalam supermarket sambil merokok. Asapnya membuat kami berdua batuk.
"Rokok yang kaya biasa cantik," goda pemuda itu pada pelayan toko. Mendadak raut wajah Soni berubah jadi marah. Aku lihat ia meremas kedua tangannya.
"Tahan Son. Tahan," ucap Soni dalam hati. Walaupun begitu, aku tetap heran dengan tatapan mematikan Soni. Pemuda yang merasa ditatap dengan intens menengok ke arah kami. Soni langsung melototi pemuda yang langsung menarik rambut Soni dengan brutal.
"Cewek gila!" pekiknya dengan kesal. Soni memukul mereka dan terjadi keributan yang alhasil aku harus memboyong Soni ke dalam mobilku.
"Kamu kenapa Son?" aku memegang lengannya, tapi Soni malah menghempaskan lenganku. "Maaf Kay, aku harus pergi."
Soni berlari dari mobil yang seharusnya menjemput kami berdua. Aku hanya bisa melongo melihat ketergesahannya. Soni dengan tatapan tajam mengarah pada jalanan yang mulai gelap. Dengan mata merahnya dia berjalan ke rumahnya.
Ibu Soni terlihat tertidur dengan nyenyak dengan bekas liur yang ada disekitarnya, sangat jorok dan bau. Soni menghampiri ibunya dan mencium kening ibunya. Pakaian yang diberikan Kayla pada ibunya Soni buang, karena tidak tahan mencium kotoran ibunya yang berbau pekat.
"Mending ku buang aja pakaian ini, toh nanti aku bisa minta lagi ke Kayla," batin Soni. Ia masuk ke dalam lemarinya dan mengambil dress hitam yang indah, pemberian Kayla. Malam ini Soni terlihat menawan dan cantik.
Senyumnya mengambang. Pukul 20.00 ia keluar rumah sambil berjalan dengan tenang dan elegan bak model papan atas. Di malam bulan purnama yang indah, Soni bersiul di ujung gang dengan posisi menaikkan sebelah kaki pada dinding, lalu memainkan helaian rambutnya yang dicat merah muda.
Dua orang pemuda yang barusan masuk ke dalam gang melirik ke arah Soni yang berusaha menggoda mereka untuk mendekat. Dan Soni memeluk mereka, tapi sebilah pisau kecil menusuk tubuh mereka. Teman cowok satunya lagi, kaget dan membelalak saat Soni mencium ujung pisau berdarah yang mengkilat, karena habis ditusukkan pada sahabatnya.
Temannya segera lari lunggang-langgang, namun Soni mengejarnya dan menusukkan pisaunya ke bahu pemuda yang langsung jatuh dan tumbang, kemudian Soni menghantam mereka dengan balok kayu, lalu menyeret mereka dan membakar mereka bagai membakar sampah.
Kobaran api menyala di pelupuk matanya. Jiwa iblis dalam hatinya berkobar.
"Orang jahat harus dibasmi," bisik Soni dengan kejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girls Tamat☑️
Mystery / ThrillerMisteri & Thriller. Mengandung gore. Danu harus terjebak dalam misteri kematian seorang gadis di sekolah, setelah dirinya menerima pernyataan cinta dari gadis itu, malam sebelum dia ditemukan meninggal bunuh diri. Gadis itu bernama Kayla Ananda Mega...